Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mustahil!



Mustahil!

0"Ayah, apa yang sebenarnya terjadi pada Nana?" melihat Maria menangis hebat seperti itu, Aiden berpikir pasti ada sesuatu yang terjadi pada keponakannya itu.     

"Lihatlah sendiri!" Bima memberikan hasil penyelidikan yang ia lakukan kepada Aiden.     

Aiden mengambil dokumen yang diberikan oleh ayahnya dan membacanya dengan seksama. Saat melihatnya, ia begitu terkejut. Ekspresi panik dan bingung yang tidak pernah terlihat di wajah Aiden sebelumnya kali ini terpampang dengan jelas. Matanya seolah ditutupi dengan kabut tebal yang membuat hatinya gundah gulana.     

"Mustahil!" hanya satu kata itu yang bisa terucap dari bibirnya.     

"Anya bukan putri dari Deny dan Diana. Putri mereka sudah meninggal sejak lahir. Anya adalah putri kakakmu," kata Bima sambil menutup matanya. Ekspresinya terlihat sangat pahit saat mengatakannya.     

Ia sendiri juga menginginkan kebahagiaan untuk putranya. Ia juga bahagia melihat Aiden dan Anya memiliki hubungan yang harmonis.     

Tetapi mengapa semuanya jadi seperti ini?     

Aiden menggelengkan kepalanya. "Pasti ada yang salah. Anya dan Keara sangat mirip. Kemungkinan besar, Anya adalah putri Bibi Indah yang menghilang. Tidak mungkin Anya adalah anak Kak Maria. Ia sama sekali tidak mirip dengan Kak Ardan atau pun Kak Maria. Ia tidak mirip dengan Nico!"     

"Ini adalah hasil tes DNA antara Indah dan Anya. Keara yang memberikannya kepadaku. Dan ini adalah hasil tes DNA antara Anya dan Maria," Bima juga berharap semua ini salah. Ia sudah menerima Anya sebagai menantunya. Ia juga turut bahagia mendengar kabar kehamilan Anya dan menantikan kelahiran cucu keduanya.     

Tetapi hasil tes DNA ini malah menunjukkan bahwa Anya adalah cucu kandungnya!     

"Dari mana hasil tes ini?" teriak Aiden dengan keras. Matanya terlihat menggelap dan penuh dengan kemarahan.     

Anya adalah putri kakaknya? Anya adalah keponakannya?     

Ini konyol!     

"Tirta sendiri yang menjalankan tes DNA ini. Ia tidak mungkin melakukan kesalahan," kata Bima.     

Aiden berusaha mengendalikan kemarahan di hatinya. Tangannya bergetar hebat saat ia berusaha untuk mengendalikan emosinya. "Aku ingin menjalankan tes ulang. Tidak peduli bagaimana pun hasilnya, jangan beritahu Anya. Mengapa kalian tidak memberitahuku kalau kalian melakukan tes DNA ini?"     

"Saat itu, Indah juga sedang mencari putrinya dan menemukan seseorang informan yang mengetahui mengenai identitas bayi perempuan yang menghilang 20 tahun lalu. Informan itu mengatakan bahwa ia bisa memberikan sampel darah selama kita mau membayar sebesar 100 juta rupiah. Ia juga akan memberitahu di mana keberadaan anak itu saat ini," Bima menceritakan awal mula penyelidikan ini.     

"Kakak iparmu dan Indah sama-sama memberikan uang kepada informan itu dan mereka berdua mendapatkan sampel darah anak perempuan tersebut. Dengan sampel darah tersebut, mereka melakukan tes DNA di rumah sakit milik Tirta. Tirta sendiri yang menanganinya secara langsung. Tidak mungkin ada kesalahan."     

Setelah mendengar penjelasan Bima, Aiden merasa bingung. "Tidak mungkin. Mungkin saja sampel darah Kak Maria dan Bibi Indah tertukar. Apakah kalian tidak bisa lihat kemiripan di antara Anya dan Keara? Ditambah lagi, Anya sama sekali tidak memiliki fitur seperti Nico. Tidak mungkin mereka bersaudara."     

"Aiden, apakah kamu pikir Tirta akan melakukan kesalahan dalam masalah sepenting ini?" kata Bima. "Apakah kamu pikir aku berharap bahwa Anya adalah cucuku? Ia sedang mengandung! Aku … Ini bencana!"     

"Aku tidak percaya. Ini mustahil! Aku akan melakukan tes lagi," kata Aiden dengan serius.     

Ia tidak bisa mempercayainya. Ditambah lagi, keterlibatan Keara dalam masalah ini membuatnya makin curiga.     

Meski Anya bukan putri Indah sekali pun, bukan berarti ia tidak memiliki hubungan darah dengan Galih.     

Saat ini, hanya ada satu cara untuk membuktikan semuanya. Anya dan Maria harus melakukan tes DNA sekali lagi. Selama mereka berdua tidak ada hubungan darah, semuanya akan baik-baik saja.     

"Baiklah. Aku harap ini memang salah." Bima melepaskan kacamatanya dan mengusap wajahnya.     

Aiden meninggalkan ruang kerja Bima dengan wajah yang dingin. "Kak, tolong berikan sampel rambutmu padaku. Aku akan melakukan tes DNA ulang."     

"Aiden, aku tidak menyangka semua ini akan terjadi. Aku …" Maria menangis saat mengatakannya.     

"Pasti ada kesalahan. Aku akan melakukan tes lagi. Bisakah kakak memberikan sampelnya sekarang juga?" Aiden tidak memiliki kesabaran lagi. Saat ini, hatinya sedang kacau.     

Ia tidak bisa mempercayai semuanya.     

Nico mengambil sebuah plastik tersegel dan memberikan sampel itu pada pamannya. "Paman, apakah kalian menemukan adikku? Di mana dia sekarang?" tanya Nico.     

"Kalau memang benar adikmu ditemukan, aku akan memberitahumu. Semuanya masih belum jelas. Kak Maria …"     

"Aku tidak akan memberitahunya," Maria mengangguk dengan wajah yang masih basah.     

Aiden segera meninggalkan rumah Keluarga Atmajaya dengan sampel yang ia dapatkan. Sebelum pergi, Aiden berkata pada Nico. "Hari ini adalah hari ulang tahun bibimu. Ajak Tara untuk makan malam di rumah. Jangan lupa hadiah untuknya."     

"Jangan khawatir, aku tidak lupa," jawab Nico.     

Hari ini, tanggal 19 November, hari ulang tahun istrinya.     

Hari ini, mereka telah meluruskan kesalahpahaman mereka dan memutuskan untuk berdiri berdampingan, membantu satu sama lain.     

Hari ini, pertama kalinya mereka pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Anya.     

Hari ini juga, Aiden mendapatkan hasil tes DNA dan mengetahui bahwa Anya ternyata adalah keponakannya.     

Apakah Tuhan sedang menggodanya?     

Tidak mungkin semua ini terjadi. Pasti ada kesalahan!     

Begitu masuk ke dalam mobil, Harris bertanya. "Tuan, kemana kita akan pergi sekarang?"     

"Ke toko bunga," jawab Aiden.     

Anya sudah menanam bunga lebih dari belasan tahun. Ia telah merawat bunga dengan baik dan menjual bunga yang indah kepada orang lain.     

Kali ini, Aiden ingin memberikan bunga yang terindah kepada istrinya.     

Di toko bunga, Aiden merasa kesulitan saat melihat bunga-bunga yang mekar di sekelilingnya. Tidak peduli seberapa indahnya bunga itu, tidak ada yang pantas untuk diberikan kepada istrinya.     

Anya adalah bunga terindah untuknya.     

Akhirnya, ia memilih buket bunga matahari yang cerah, mengingatkannya pada senyum indah di wajah istrinya. Senyum itu membuat kabut di hatinya sedikit menghilang.     

Ekspresi di wajah Aiden terlihat sedikit lebih tenang setelah ia pulang dari toko bunga.     

Sesekali, Harris melirik ke arah Aiden, seperti bisa merasakan perasaan Aiden yang kacau balau saat ini. "Tuan, ada masalah apa?"     

Alih-alih menjawab, Aiden berkata. "Aku akan pergi ke Hong Kong besok."     

Wajah Harris sedikit berubah dan kemudian ia menjawab dengan hati-hati, "Tuan, Anda tidak diperbolehkan untuk meninggalkan Indonesia saat ini karena kasus Nona Natali. Pengacara Atmajaya Group sedang mengurus masalah larangan tersebut."     

Kening Aiden sedikit berkerut. Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. "Kalau begitu, aku akan menyerahkan tugas ini kepadamu." Ia tidak akan memberikan tugas sepenting ini kepada orang lain. Hanya Harris yang bisa ia percaya.     

"Baik,Tuan," kata Harris.     

Begitu kembali ke rumah, Aiden menemukan istrinya sedang tertidur di dalam kamar mereka. Setelah kejadian buruk yang menimpanya di rumah sakit kemarin, Anya tidak bisa beristirahat dengan tenang.     

Ia tidak bisa tidur kemarin malam sehingga hari ini ia kelelahan dan tertidur pulas …     

Aiden melangkah masuk ke dalam kamarnya dan melihat Anya sedang meringkuk di dalam selimut. Matanya terpejam dan napasnya teratur. Tidurnya terlalu lelap sehingga ia tidak mendengar kedatangan Aiden.     

Aiden duduk di pinggir tempat tidur dan mengusap rambut-rambut Anya yang berantakan, menyelipkannya di belakang telinga.     

Matanya terlihat sangat lembut saat memandang istri kecilnya.     

Ia tidak berlama-lama di sana karena tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya.     

Aiden segera mengambil sisir di meja rias Anya, mengambil beberapa helai rambutnya dan kemudian pergi meninggalkan kamar mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.