Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Naif



Naif

0Tara : Anya, lihatlah fotonya. Apa benar itu Natali?     

Anya memutuskan untuk tidak membalas pesan Tara karena ia tidak tahu harus berkata apa.     

Tangannya sedikit gemetaran saat membaca berita tersebut. Setelah membacanya secara seksama, ia menyadari bahwa Natali telah diselamatkan oleh seorang pria tua yang tinggal di pinggir kota. Pria tua itu melihat bahwa ada banyak pria yang sedang berkumpul di taman dan merasa ada sesuatu yang salah.     

Pria tua itu langsung menelepon polisi saat menyadari bahwa pria-pria bertampang sangar itu sedang memperkosa seorang wanita muda yang cantik secara bergiliran.     

Tidak ada satu orang pun yang tahu bagaimana Natali bisa berada di pinggir kota. Apa yang sebenarnya terjadi?     

Anya tidak bisa melihat foto yang tersebar di internet itu lagi. Ia pikir, polisi akan langsung menangkap Natali begitu semua bukti kejahatannya berhasil dikumpulkan.     

Tetapi ia tidak menyangka bahwa kejadian yang mengerikan ini akan menimpa Natali.     

Tiba-tiba, Anya teringat bahwa Aiden pulang sangat larut kemarin malam. Apakah kejadian yang menimpa Natali ini ada hubungannya dengan Aidne?     

Ia merasa sangat tidak nyaman saat memikirkannya. Meski Natali tidak memiliki hubungan darah dengannya dan berulang kali berusaha untuk mencelakainya, ia tidak mau kalau Aiden melakukan hal sekejam ini.     

Anya tidak mau kalau ayah dari anaknya berbuat sekeji ini.     

Natali memang bukan wanita baik-baik. Tetapi bukan berarti ia bisa dihukum secara semena-mena seperti ini.     

Membiarkannya diperkosa secara bergiliran oleh banyak pria seperti ini jauh lebih kejam dibandingkan membunuhnya.     

"Anya, jangan melihat ponselmu saat sedang makan," Diana menarik kursinya dan duduk di hadapan Anya.     

"Ibu, makanlah dulu. Aku mau menelepon sebentar," Anya membawa ponselnya dan berlari menuju ke taman rumahnya.     

Ia langsung menelepon suaminya, tetapi malah Harris yang mengangkat panggilan tersebut. "Nyonya, Tuan sedang rapat. Ia tidak bisa mengangkat panggilan Anda sekarang. Apa ada yang bisa saya bantu?"     

"Sesuatu terjadi pada Natali. Apakah Aiden yang melakukannya?" tanya Anya tanpa basa-basi.     

"Tidak," jawab Harris dengan singkat, tetapi sangat tegas.     

"Kamu tahu kemana Aiden pergi semalam, kan?" tanya Anya lagi.     

"Tuan Aiden memang menemui Nona Natali tadi malam. Ia juga menemukan ponsel yang Nona Natali gunakan untuk menghubungi suster Dina dan menyerahkan ponsel itu pada polisi. Sekarang, Tuan sudah memiliki bukti yang cukup untuk memenjarakan Nona Natali. Ia tidak akan melakukan apa …" sebelum Harris selesai berbicara, panggilan itu sudah terputus.     

Harris berdiri diam di tempatnya dengan hati yang ragu sebelum ia akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam ruang rapat.     

Melihat Harris masuk ke dalam ruang rapat dan mengganggu jalannya pertemuan, Aiden menatapnya dengan tidak senang. Tetapi Aiden tahu bahwa Harris tidak akan mengganggunya kalau masalahnya tidak penting.     

"Ada apa?" tanya Aiden.     

Harris langsung membisikkan beberapa kalimat di telinga Aiden. Aiden mengangguk dan langsung memberi perintah. "Cepat cari tahu apa yang terjadi."     

"Baik, Tuan," tanpa menunggu lebih lama, Harris langsung keluar dari ruangan rapat untuk menjalankan perintah Aiden.     

Nico menatap ke arah Harris yang tergesa-gesa meninggalkan ruang rapat sambil mengingat kembali berita yang ia baca di internet. Reaksi pertama Nico saat membaca berita itu adalah mencurigai pamannya. Ia yakin betul bahwa pamannya lah yang telah melakukan semua ini.     

Tetapi sekarang, saat melihat tatapan di wajah pamannya, mungkin masalah ini tidak ada hubungannya dengan Aiden sama sekali.     

Setelah rapat berakhir, Aiden kembali ke kantornya dan langsung menghubungi Anya. Tetapi Anya menolak untuk menjawab panggilan Aiden.     

Oleh karena itu, Aiden memutuskan untuk menghubungi Hana untuk menanyakan kondisi istrinya.     

Saat mendapatkan panggilan dari Aiden, Hana terlihat sangat-sangat gembira. "Tuan, akhirnya Anda menelepon kembali. Anya tidak mau sarapan. Saya juga bertanya kepadanya mau makan apa siang ini, tetapi Anya tidak mau menjawab."     

"Apakah ibu sudah berusaha untuk membujuknya?" tanya Aiden.     

"Nyonya Diana sudah berusaha untuk membujuk Anya, tetapi Anya sangat keras kepala. Kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan kami tidak tahu harus berbuat apa," kata Hana dengan panik.     

"Biarkan saja kalau begitu. Kalau Anya tidak mau makan, biarkan saja dia kelaparan," Aiden menutup panggilan tersebut dan melemparkan ponselnya ke atas meja.     

Sekitar pukul 11 siang, polisi datang ke perusahaan Atmajaya Group.     

"Tuan Aiden, Nona Natali melaporkan bahwa Anda telah menculiknya, merampok semua dokumen serta ponselnya dan menyuruh beberapa pria untuk memperkosanya di pinggir kota. Tolong ikut dengan kami untuk menjalankan pemeriksaan lebih lanjut."     

"Kalian bisa berbicara pada pengacaraku," kata Aiden dengan acuh tak acuh. Ia sama sekali tidak memedulikan polisi yang ada di hadapannya dan tidak mau bekerja sama dengan mereka.     

"Tuan Aiden, kami minta kerja sama dari Anda," kata salah satu polisi tersebut.     

"Natali mengatakan bahwa aku telah menculiknya dan membayar orang-orang untuk memperkosanya. Mana buktinya? Kalau tidak ada bukti, kalian tidak bisa memaksaku untuk ikut dengan kalian ke kantor polisi hanya karena laporan seseorang yang tidak berdasar. Maaf, aku sangat sibuk sekarang. Asistenku akan memberitahu kalian jadwalku kemarin," Aiden baru saja mengatakannya, tiba-tiba saja Harris sudah masuk ke dalam ruangan bersama dengan pengacara Atmajaya Group. "Tuan Aiden, klien Anda sudah menunggu di ruang konferensi."     

"Maaf, aku masih harus bekerja. Kalau ada yang kalian butuhkan, tanyakan saja pada asisten dan pengacaraku," Aiden bangkit berdiri dan meninggalkan kantornya.     

Harris langsung memberikan dua rekaman CCTV pada polisi tersebut. Pada pukul 9.50 malam kemarin, Natali tiba di depan pintu rumah sakit tempat di mana ayahnya di rawat.     

Rekaman CCTV yang lain menunjukkan bahwa Aiden telah kembali ke rumahnya pada pukul 10 malam.     

Bisa dilihat bahwa saat Natali ada di depan pintu rumah sakit, Aiden sedang berada di rumahnya. Mustahil Aiden bisa menculiknya dalam waktu sesingkat itu.     

"Saya menyarankan agar Anda menyelidiki apa yang Nona Natali lakukan dan kemana ia pergi setelah pukul 9.50 malam. Sebelum hal ini terjadi, Tuan Aiden sudah mendapatkan bukti kejahatan yang dilakukan oleh Nona Natali. Tidak ada untungnya bagi Tuan untuk menculiknya," kata Harris dengan tenang.     

"Kami akan membawa dua rekaman CCTV ini untuk identifikasi dan analisa lebih lanjut. Kalau ada informasi baru lagi, kalian bisa langsung menghubungi kami. Dan juga, Tuan Aiden tidak diperbolehkan untuk meninggalkan Indonesia sebelum kasus ini selesai."     

Harris mengangguk dan menerima hasil penyelidikan ini. Ia bisa meminta pengacara Atmajaya Group untuk menyelesaikan masalah larangan untuk bepergian ini dengan mudah.     

Harris tahu bahwa para polisi ini mencurigai tuannya karena Aiden memiliki motif yang sangat kuat untuk melakukan hal ini. Semuanya karena Natali berulang kali berusaha untuk mencelakai Anya sehingga Aiden dicurigai dengan alasan motif balas dendam.     

Bukan hanya polisi saja yang mencurigai Aiden, tetapi Anya juga.     

Pada pukul satu siang, Aiden meninggalkan kantor dan pulang ke rumah.     

Begitu melihat Aiden, Hana langsung menghampirinya dengan lega. "Tuan, Anda sudah pulang. Anya masih ada di dalam kamarnya. Saya sudah mengatakan bahwa hari ini ia harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya, tetapi ia mengunci dirinya di dalam kamar dan tidak mau keluar."     

Diana sedang berada di taman saat Aiden tiba. Begitu mendengar suara Aiden, ia langsung masuk ke dalam rumah.     

"Aiden, bisakah ibu bicara denganmu sebentar?" tanya Diana.     

Hana langsung meninggalkan ruangan itu untuk memberi privasi pada Aiden dan Diana. Aiden menghampiri Diana dan membantu ibu mertuanya itu untuk duduk di sofa.     

"Ibu bisa bertanya apa pun padaku," kata Aiden dengan tenang.     

"Kalau memang bukan kamu yang melakukan semua ini pada Natali, seseorang sedang berusaha untuk menjebakmu. Mungkin tujuannya adalah untuk merusak rumah tanggamu dengan Anya. Anya sangat panik karena kejadian kemarin. Sekarang, ketika melihat Natali mengalami hal seperti ini, ia merasa takut. Ia takut suaminya dan ayah dari anaknya ternyata adalah seorang pria yang kejam," kata Diana.     

Mata Aiden terlihat sedikit memancarkan kekecewaan saat mendengarkan kata-kata Diana. "Anya bilang ia mencintaiku, tetapi ia tidak pernah percaya padaku. Ibu tahu sendiri aku bukan orang yang mudah untuk menjelaskan apa yang aku lakukan."     

"Semua ini salah ibu. Ibu terlalu melindunginya sehingga Anya sangat naif. Aku harap kamu bisa mempertimbangkan kembali bahwa Anya masih sangat muda. Ia akan tumbuh dewasa seiring berjalannya waktu," kata Diana. "Aiden, istrimu masih sangat muda. Beri Anya waktu untuk berkembang. Kamu tidak boleh terlalu mengaturnya. Kamu juga harus menghormatinya. Anya adalah istrimu, bukan anakmu. Apakah kamu mengerti?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.