Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pertama Kalinya Menyatakan Cinta



Pertama Kalinya Menyatakan Cinta

0"Ke mana kamu akan lari?" suara itu membuat seluruh tubuh Natali merinding.     

Ketika mendengarnya, Natali merasa sangat ketakutan!     

Tetapi keinginannya untuk bertahan hidupnya yang kuat membuatnya langsung menenangkan diri, "Kakak ipar, apa yang bisa aku bantu? Mengapa kamu di sini?"     

"Siapa yang kakak iparmu? Aku tidak memiliki saudara dengan otak yang licik sepertimu," kata Aiden dengan dingin.     

Natali menjawabnya dengan berani. "Aiden, aku dituduh. Aku sama sekali tidak mengenal siapa itu Dina."     

"Aku hanya akan menanyakan satu hal. Kalau kamu menjawabnya dengan jujur, aku akan mempertimbangkan untuk membebaskanmu," kata Aiden. "Siapa yang memberitahumu mengenai jadwal pemeriksaan Anya."     

"Kakakku dan aku memiliki hubungan yang buruk. Mana mungkin aku bisa tahu jadwal pemeriksaannya. Aku tidak tahu dan tidak ada yang memberitahuku," Natali sangat cerdas. Kalau ia mengakui bahwa ia mengetahui tanggal pemeriksaan Anya, bukankah itu sama saja dengan mengakui bahwa ia mencelakai Anya?     

Aiden mencibir mengenai jawabannya. "Sebenarnya, tidak perlu kamu katakan pun aku sudah tahu siapa yang memberitahumu. Apa yang ada di dalam tas itu?"     

"Dokumen perusahaan milik ayah. Ia memintaku untuk menyimpannya," Natali terlihat sangat tegang. Tangannya yang kecil berusaha untuk melindungi tas itu mati-matian. Aiden hanya perlu melirik ke arah pengawalnya dan tas itu sudah berada di tangannya.     

"Berangkat," atas perintah Aiden, mobil itu meluncur dengan cepat.     

"Ke mana kita akan pergi? Aku sudah bilang aku tidak melakukan apa pun!" Natali merasa panik. Ia tidak menyangka Aiden akan turun tangan untuk mengurusnya.     

Mobil itu terus berjalan hingga mencapai pinggiran kota dan berhenti di bawah sebuah jembatan.     

Aiden keluar dari mobil terlebih dahulu. Setelah itu, pengawalnya langsung menyeret Natali turun. Natali berpegangan pada pintu mobil dan menolak untuk turun.     

Ia bisa mendengar suara air dengan jelas. Mengapa Aiden membawanya ke tempat ini malam-malam seperti ini?     

Apakah mereka ingin membunuhnya dengan menenggelamkannya di bawah jembatan?     

"Turun!" Dua pengawal Aiden bekerja sama untuk menyeret Natali keluar dari mobil.     

"Geledah semua barangnya!" Aiden menyalakan rokok dan memberi perintah pada para pengawalnya dengan dingin.     

Malam itu angin berhembus dengan kencang …     

Para pengawal Aiden langsung melepaskan jaket Natali dan mengeluarkan semua barang yang ada di tas Natali. Beberapa saat kemudian, ponsel cadangan yang hendak dihancurkan oleh Natali berhasil ditemukan.     

Sudah terlambat untuk membuang ponsel tersebut.     

"Aku akan bertanya satu kali lagi. Apakah kamu benar-benar tidak melakukannya?" Aiden memain-mainkan ponsel itu dengan satu tangannya. Suaranya terdengar menusuk dan sangat mengerikan …     

"Aku bersalah. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku … Aku hanya tertawa emosi. Untung saja aku tidak melakukan kesalahan yang besar. Tolong maafkan aku. Beri aku kesempatan, aku akan menyerahkan diri ke polisi,�� Natali berlutut di tanah dan memohon di kaki Aiden.     

Aiden menahan keinginan di hatinya untuk mencekik Natali hingga mati. Ia membalikkan badan dan kembali ke mobil. Setelah itu, mobilnya melesat, menghilang di tengah jalan, menyatu dengan kerumunan mobil-mobil yang masih berlalu lalang.     

…     

Ketika pulang ke rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Anya sedang meringkuk di sofa ruang tamu sambil memegang lututnya. Ia tertidur dengan lelap.     

Melihat istrinya berada di rumah dan aman, hati Aiden yang penuh dengan rasa ingin membunuh langsung meleleh.     

Kelembutan bisa terlihat di wajahnya yang dingin. Membuat es yang beku di hatinya langsung meleleh dalam waktu singkat.     

Aiden langsung menggendong Anya dan membawanya kembali ke kamar. Sesekali bibirnya menyentuh puncak kepala Anya, seolah menginginkan kehangatan dari tubuh mungil istrinya.     

Anya bisa merasa dirinya terayun. Ia seperti melihat Aiden, tetapi ia tidak bisa membuka matanya. Ia merasa sangat mengantuk.     

Saat ia bangun, hari sudah pagi ...     

"Apakah kamu sudah bangun?" suara Aiden yang seperti magnet terdengar di telinga Anya.     

"Jam berapa kamu pulang kemarin?" tanya Anya.     

"Jam sepuluh malam. Mengapa kamu menungguku di ruang keluarga? Di sana dingin. Bagaimana kalau kamu sakit," Aiden memeluk pinggang Anya, membantunya untuk duduk dan bersandar di tempat tidur.     

Anya melihat Aiden sudah mengenakan pakaian kerja yang rapi, membuatnya mengerutkan bibirnya. "Bisakah aku kembali bekerja? Aku tidak bisa membuat parfum, tetapi aku masih bisa menjadi sekretaris."     

"Siang ini, kita akan melakukan pemeriksaan dulu. Kalau kondisimu baik-baik saja, kamu boleh ikut bekerja denganku besok," kata Aiden sambil menggendong Anya ke dalam kamar mandi.     

"Aku boleh bekerja?" Anya menatap suaminya dengan terkejut.     

"Saat kita menikah, aku sudah berjanji akan membiarkanmu melakukan apa pun yang kamu inginkan dan aku akan menghormati keputusanmu," Aiden mengecup sisi kening Anya.     

Anya hanya bisa mengedipkan matanya berulang kali dan kemudian memegang baju Aiden dengan erat. "Terima kasih, sudah memperbolehkan aku kembali bekerja."     

"Aku minta maaf untuk kemarin. Kamu terlihat sangat gugup sehingga aku tidak tega memberitahumu mengenai rencanaku. Tetapi aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu dan aku sangat mencintai bayi kita. Aku tidak akan pernah membiarkan kalian berdua berada di dalam bahaya," kata Aiden.     

"Apa katamu?" Anya tersenyum seperti orang bodoh setelah mendengar kata-kata Aiden.     

"Aku tidak akan pernah membiarkan kalian berdua berada di dalam bahaya," Aiden mengulangi kata-katanya.     

"Bukan yang itu, yang pertama," desak Anya.     

"Kamu terlihat sangat gugup sehingga aku tidak tega memberitahumu …"     

"BUKAN YANG ITU!!!" Anya benar-benar akan meledak kalau sampai Aiden menggodanya sekali lagi.     

"Aku sangat mencintaimu dan aku sangat mencintai bayi kita, dasar bodoh," Aiden mengecup kening Anya dengan lembut.     

Anya tertawa dengan senang mendengarnya. Ini pertama kalinya Aiden menyatakan cintanya secara langsung. Seluruh kemarahannya, kesedihannya, kekecewaannya langsung menghilang dalam sekejap.     

Anya marah karena Aiden tidak memberitahu rencananya dan mendiskusikannya dengannya.     

Ia marah karena Aiden jadwal pemeriksaannya ini sebagai umpan untuk memancing Natali keluar.     

Ia bahkan salah paham, berpikir bahwa Aiden menjadikan ia dan anak mereka sebagai umpan.     

'Tidak ada resiko karena tidak akan ada yang terjadi.'     

Tetapi tetap saja, Anya merasa tidak senang karena Aiden tidak memberitahunya.     

Namun, ketika Aiden mengatakan bahwa ia mencintainya dan mencintai anak mereka, kemarahan Anya menguap seperti asap.     

Ia benar-benar sudah mabuk kepayang. Mengapa ia begitu mudah dibujuk seperti ini?     

Tetapi ia benar-benar bahagia, karena Aiden mencintainya.     

Aiden mencintainya!     

"Sekarang, cuci muka, gosok gigi dan mandi. Setelah itu kita akan sarapan," kata Aiden dengan lembut.     

"Suamiku, aku sangat mencintaimu," kata Anya sebelum Aiden keluar dari kamar mandi.     

"Aku tahu," jawab Aiden.     

Anya cemberut mendengar jawaban itu. Anya mengatakan bahwa ia mencintainya, tetapi jawaban Aiden hanya 'aku tahu'.     

Bukankah seharusnya ia mengatakan hal yang sama? Membalasnya dengan pernyataan cinta yang sama?     

Dua puluh menit kemudian, Anya turun ke bawah untuk sarapan.     

Hana langsung menghampirinya, menemani Anya turun tangga karena takut Anya terjatuh atau terpeleset. Sambil berjalan ia berkata, "Anya, Aiden sudah pergi ke kantor karena ada rapat penting. Katanya ia akan pulang dan makan siang bersamamu nanti."     

Mendengar hal itu, Anya merasa sedikit kecewa.     

Ia masih merindukan suaminya. Tetapi untuk sarapan bersama saja mereka tidak bisa …     

Diana baru saja tiba dari luar, berjalan sambil ditopang dengan kruknya. Akhir-akhir ini, ia sering mengunjungi taman vanili karena mereka akan segera panen. Karena sudah memasuki musim hujan, mereka harus lebih memperhatikan tanaman mereka.     

Saat sarapan, tiba-tiba saja ponsel Anya berbunyi. Tara mengirimkan sebuah berita padanya.     

Anya segera membukanya dan menemukan bahwa itu adalah berita mengenai seorang wanita muda yang diperkosa oleh sekelompok pria di pinggir kota tadi malam.     

Wanita yang ada di foto tersebut terlihat berantakan seperti orang gila.     

Meski demikian, dari bentuk wajahnya, Anya bisa mengenal Natali hanya dengan sekali lihat.     

Tara : Anya, lihatlah fotonya. Apa benar itu Natali?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.