Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Makanan yang Tidak Disukai



Makanan yang Tidak Disukai

0"Hah?" Anya menatap Tara dengan bingung.     

"Aku tidak menyangka Nico akan melakukan ini," Tara mengarahkan tangannya ke arah mobilnya dengan kesal. "Jadi, jangan pernah berharap pria akan memahami isi hati kita. Mereka hanya memahami diri mereka sendiri. Aku tahu apa yang membuatmu marah, tetapi bukan pilihan yang bijaksana untuk menyiksa bayimu hanya karena kamu marah. Begitu aku masuk rumah, aku sudah bisa mencium aroma masakan yang lezat. Bu Hana pasti sudah menyiapkan makanan enak. Ayo kita turun dan makan."     

"Aku pikir kamu datang ke sini untuk menghiburku. Tetapi kamu benar-benar datang untuk makan," Anya tertawa.     

"Aku datang untuk menemanimu … sekalian makan," Tara juga ikut tertawa.     

"Ayo turun. Aku juga lapar," Anya tahu betapa Tara mencintai makanan dan tidak bisa menahan diri saat mencium aroma makanan lezat. Tetapi Tara memilih untuk menenangkannya terlebih dahulu dan mengajaknya untuk makan bersama.     

Tara benar. Ia tidak boleh tidak makan hanya karena sedang marah. Itu bukanlah pilihan yang tepat.     

Kalau memang ada masalah, akan lebih baik dibicarakan dengan perut yang penuh.     

Anya turun ke lantai bawah bersama dengan Tara. Mereka makan siang bersama dengan Diana dan juga Hana.     

Pagi ini, Anya tidak sarapan karena ia harus menjalani pemeriksaan. Itu sebabnya Hana menyiapkan makan siang lebih pagi dari biasanya.     

Hana menggunakan bahan makanan yang dibawakan oleh Tara. Ia menyiapkan semua masakan itu sambil memikirkan mengenai kondisi kesehatan Anya.     

Mata Tara ikut berbinar saat memandang masakan lezat ini, "Wow, ini semua adalah makanan favoritku!"     

"Memangnya ada makanan yang tidak kamu sukai?" goda Anya.     

"Aku tidak suka buah pir," jawab Tara dengan serius.     

Suasana saat makan siang cukup menyenangkan dengan hadirnya Tara. Emosi yang Anya rasakan sudah berkurang dan ia sudah terlihat tenang.     

Saat mereka sedang makan siang, sebuah paket datang. Paket itu untuk Anya.     

Hana langsung mengambilnya dan Diana yang menerimanya karena saat ini Anya sedang makan.     

'Bukankah ini …'     

Melihat paket tersebut, ekspresi di wajah Diana tampak sedikit rumit.     

"Apa itu, Bu?" tanya Anya.     

"Dari Perancis," jawab Diana dengan suara pelan.     

Tangan Anya berhenti bergerak sejenak. Ia mengerti apa isi dari paket tersebut, "Oh, simpan saja paketnya."     

"Baiklah," Diana tahu bahwa putrinya telah memutuskan. Tanpa banyak bertanya, ia langsung menyimpan paket yang berisi dokumen tersebut.     

"Memangnya apa itu?" tanya Tara dengan penasaran.     

"Undangan untuk ikut serta dalam kompetisi parfum. Aku sedang hamil, jadi aku tidak bisa pergi," kata Anya dengan sedikit kecewa.     

Tara tahu bahwa menjadi parfumeur adalah impian Anya. Melewatkan hal ini sama halnya dengan melewatkan kesempatan besar. "Tidak apa-apa. Setelah kamu melahirkan, kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu di dunia parfum," hibur Tara.     

Anya hanya mengangguk untuk menjawabnya.     

Diana masuk ke dalam kamarnya sambil membawa paket tersebut dan membukanya. Seperti dugaannya, Anya telah berhasil lulus pendaftaran Akademi Parfum di Perancis.     

Sejak umur 17 tahun, Anya sudah mengirimkan formulir pendaftaran. Namun, tidak pernah ada balasan dari akademi tersebut sampai akhirnya Anya memenangkan kompetisi parfum yang bergengsi.     

Tetapi sekarang Anya sedang hamil …     

Sekolah impiannya, akhirnya telah mengulurkan tangan padanya. Tetapi karena alasan pribadi, Anya tidak bisa menggapai impiannya.     

Di dalam hidup ini, seseorang selalu dihadapkan dengan beberapa pilihan yang sulit.     

Tetapi Aiden adalah alasan yang layak untuk Anya melewatkan akademi ini. Aiden akan selalu menjadi pilihan nomor satu Anya, tidak peduli apa pun pilihan lainnya.     

Diana menghormati keputusan putrinya. Ia juga tidak mau putrinya mengalami hal yang sama dengannya, tidak bisa punya anak karena terlalu sibuk bekerja …     

Tara merasa Anya jauh lebih linglung setelah menerima paket tersebut.     

"Anya, ada apa denganmu?" tanya Tara dengan khawatir.     

"Aku tidak apa-apa. Aku hanya lelah dan ingin istirahat," Anya tersenyum tipis.     

"Hari ini, memang salah Aiden telah menyembunyikan masalah ini darimu. Aku tidak akan membelanya. Tetapi aku ingin mengingatkanmu bahwa ia begitu peduli padamu sehingga ia terpaksa melakukan semua ini. Ia tidak akan mengambil resiko terhadap kamu dan bayi kalian, karena dalam masalah ini tidak ada resiko. Tidak akan ada yang terjadi. Semua ini adalah bagian dari strateginya. Apakah kamu mengerti yang aku katakan?" tanya Tara.     

"Aku mengerti. Tetapi kalau Aiden memberitahuku terlebih dahulu, aku tidak akan segugup ini. Hari ini adalah hari pemeriksaan pertamaku. Aku sangat gugup apa lagi saat tahu ia tidak bisa menemaniku. Selama pemeriksaan, ibuku berusaha untuk membujuk dokternya agar ia boleh masuk. Tetapi Aiden tiba-tiba saja mendobrak pintu bersama dengan banyak orang …"     

"Tara, aku merasa seperti orang bodoh yang tidak tahu apa pun. Aiden tidak pernah memberitahu apa pun padaku, tetapi ia ingin aku percaya padanya tanpa syarat," Anya tertawa dengan pedih. "Aku ini juga manusia. Aku bukan boneka …"     

Tara mengangguk mendengar isi hati Anya yang sebenarnya. "Aku mengerti perasaanmu. Kamu ingin Aiden juga menghormatimu. Aku harap lain kali ia membicarakan semuanya denganmu terlebih dahulu. Sebagai suami istri, kalian berdua harus lebih sering berkomunikasi. Aku tahu kamu juga ingin berperan dan tidak hanya dilindungi oleh Aiden setiap saat."     

"Kamu memang mengerti aku. Tetapi mengapa Aiden tidak bisa mengerti? Ia selalu mengatur semuanya untukku," Anya bangkit berdiri dari tempat duduknya perlahan. "Yang aku inginkan adalah belahan jiwaku, suamiku. Bukan ayah yang mengurusku."     

"Kamu bukan putrinya. Aku rasa ia juga menghormatimu dan selalu mendukungmu. Hanya saja, caranya yang berbeda …" kata Tara.     

"Entah mengapa, aku merasa Aiden bersikap seperti seorang ayah yang berusaha untuk membesarkan putrinya. Ia bahkan jauh lebih senang dan bangga saat melihat aku memenangkan kompetisi." Setelah Anya memenangkan kompetisi, ia merasa hubungannya dengan Aiden menjadi sedikit aneh. Bukan seperti sepasang suami istri yang saling bergantung satu sama lain.     

Ia merasa Aiden seperti seorang ayah yang mengatur anaknya, sementara ia adalah anak perempuan yang tidak bisa apa-apa …     

"Ketika ia kembali nanti, katakan padanya apa yang kamu pikirkan. Aku yakin ia pasti memahamimu kalau kamu menceritakan semuanya kepadanya," Tara menemani Anya untuk kembali ke kamarnya sebelum pulang ke rumahnya sendiri.     

…     

Ketika turun ke lantai bawah, Hana memberikan sebuah botol jus segar untuknya. "Dokter Tara, Anya memintaku untuk membuatkan jus untukmu."     

"Jus! Terima kasih!" Tara berjalan keluar dari rumah Aiden sambil membawa sebotol jus dengan senang.     

Setelah kembali ke mobil, Tara langsung menceritakan obrolannya dengan Anya pada Nico. Nico terbatuk dua kali dan menjawab. "Aku sudah tahu."     

"Bagaimana kamu bisa tahu secepat itu?" tanya Tara sambil membuka botol pemberian Hana. Ia meminumnya dan kemudian wajahnya berubah menjadi hijau.     

Tara langsung menurunkan jendela mobilnya dan memuntahkan jus tersebut.     

"Tara, ada apa?" Nico bisa mendengar suara Tara dari telepon dan langsung merasa panik.     

"Tidak ada apa-apa. Aku baru saja kembali dari rumah Anya. Saat makan, ia bertanya padaku apakah ada makanan yang tidak aku sukai dan aku bilang aku tidak suka pir. Ketika aku pulang, Bu Hana memberiku sebotol jus, katanya Anya yang menyiapkannya untukku. Aku sangat senang, tetapi sekarang aku ingin menangis," gerutu Tara sambil memandang botol yang dipegangnya. "Anya pasti kesal karena aku terus menerus membela Aiden. Padahal aku kan sahabatnya …"     

"Semua ini karena paman dan bibi sedang bertengkar. Nasib kita sama-sama buruk. Bibi memberimu jus pir yang tidak kamu sukai. Di kantor, paman terus membentak semua orang sehingga tidak ada yang berani masuk ke dalam ruang kerjanya," Nico menghela napas panjang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.