Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hasil Tes DNA Kedua



Hasil Tes DNA Kedua

0"Aiden, ada apa? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Anya dengan khawatir.     

"Hanya masalah kantor. Tetapi suamimu ini bisa menanganinya," kata Aiden dengan lembut.     

"Aku ingin kembali ke kantor dan bekerja bersama denganmu besok," Anya menyandarkan kepalanya di bahu Aiden dan berkata dengan manja.     

"Jenny sudah kembali ke Indonesia dan ingin belajar di sini sementara. Ketika proyek dengan Keluarga Mahendra berjalan, ia akan mengikuti Nico untuk ikut serta dalam proyek tersebut. Sementara ini, kamu istirahat saja di rumah," jawab Aiden.     

"Jenny? Sepupumu?" Anya langsung melepaskan pelukannya dari Aiden dan memandang ke arah suaminya. "Ia mengambil tempatku?"     

"Hanya untuk sementara. Setelah itu, ia akan menjadi asisten Nico," jelas Aiden.     

"Itu adalah tempatku. Aku tidak setuju," Anya cemberut mendengar kata-kata suaminya.     

Aiden mengelus perut Anya dengan lembut. "Kamu sedang mengandung. Tunggu sampai tiga bulan. Setelah itu kamu bisa kembali bekerja."     

"Aku tahu kamu khawatir, tetapi aku baik-baik saja," Anya masih merasa kesal karena Aiden terlalu mengekangnya.     

Sejak tahu bahwa Anya sedang hamil, tanpa sadar Aiden sering sekali mengelus perut Anya. Anya tahu Aiden sangat mencintai dan menyayangi calon anak mereka sehingga ia sangat berhati-hati.     

Aiden bahkan mengganti semua sepatu hak tingginya dengan flat shoes. Anya bahkan tidak boleh menggunakkan sandal saat menaiki tangga karena takut terpeleset.     

Aiden begitu berhati-hati sehingga ia tidak memperbolehkan Anya pergi ke mana pun selama tiga bulan pertama.     

Anya benar-benar bosan di rumah. Ia tidak tahu harus berbuat apa …     

Ia tidak bisa bekerja, ia tidak bisa membuat parfum, ia tidak bisa melakukan apa pun …     

"Ibumu akan segera pergi ke luar negeri dan taman vanilimu akan panen. Aku khawatir semua ini akan membuatmu kelelahan. Bagaimana kalau kamu kembali ke perusahaan setelah taman vanilimu selesai panen?" Aiden berpikir sejenak dan kemudian memilih untuk sedikit mengalah.     

Anya tetap mengerutkan bibirnya. Walaupun ia tidak senang dengan keputusan Aiden, ia juga tidak mau menghalangi pengobatan ibunya hanya karena taman vanili mereka yang akan panen.     

Keesokan paginya, Diana pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya. Tubuhnya sudah mulai pulih dan dokter setuju ia bisa bepergian jauh dengan pesawat. Dokter tersebut juga membuatkan resep obat kalau terjadi sesuatu yang mendesak.     

Saat ini, Anya sedang tidak bekerja sehingga Diana bisa meninggalkan taman vanilinya ke tangan Anya dengan lega. Ia tidak mau putrinya kelelahan saat sedang hamil. Ditambah lagi, ada dua karyawan Anya di taman tersebut yang ikut mengawasi kondisi taman sehingga ia yakin tidak akan ada yang terjadi.     

Dua hari kemudian, Diana dan Esther berangkat untuk menjalani pengobatan mereka. Aiden menyuruh seorang pengawal untuk menjaga mereka dan juga seorang penerjemah untuk membantu mereka di luar negeri.     

Dalam perjalanan pulang dari bandara, Anya merasa sedikit sedih. Ia bersandar di pelukan Aiden dan berkata, "Aiden, akhir-akhir ini aku merasa ada yang kamu sembunyikan dariku. Sekarang, ibuku juga sedang pergi. Aku …"     

"Jangan berpikir yang macam-macam. Hormonmu sedang tidak stabil saat sedang hamil, membuatmu emosional. Bersantailah di rumah dan habiskan waktu di taman saja," kata Aiden.     

"Apakah kamu akan kembali ke kantor setelah ini? Aku ingin memetik apel. Ibu bilang kebun apelnya akan panen," kata Anya.     

"Aku akan kembali ke kantor karena Harris baru saja kembali dari dinas," kata Aiden dengan suara dalam.     

Seharusnya, Harris akan kembali dalam tiga hari. Tetapi karena cuaca yang sedang buruk, penerbangan Harris ditunda satu hari.     

Bagi Aiden, setiap menit menunggu hasil tes DNA itu adalah sebuah penderitaan besar.     

Walaupun ia yakin bahwa Anya tidak memiliki hubungan darah dengan Keluarga Atmajaya. Hanya dengan mendapatkan hasil yang pasti, Aiden baru bisa merasa lega.     

"Ahh, aku lupa Harris sedang dinas. Kalau dia kembali, apakah pekerjaanmu akan semakin berkurang?" tanya Anya dengan penuh harap.     

Aiden hanya bisa memandang Anya tanpa mengatakan apa pun. Ada kilau yang tidak Anya pahami di mata suaminya.     

Anya yakin ada sesuatu yang terjadi dan masalah itu sangat serius. Kalau tidak, Aiden tidak akan seperti ini.     

Tetapi Anya tidak berani bertanya kalau Aiden tidak mau menceritakannya. Mungkin ini adalah masalah perusahaan yang sangat rahasia.     

"Jangan khawatir, aku bisa menanganinya," kata Aiden sambil mengelus kepala Anya.     

Anya hanya mengangguk dengan patuh. "Aku akan mengantarmu ke kantor dan kemudian pulang."     

Dalam hati, Anya mengingatkan dirinya untuk lebih memahami Aiden. Peran Aiden bukan hanya sebagai suaminya saja, tetapi juga seorang CEO perusahaan besar. Ia harus memahami dan mendukung pekerjaan Aiden.     

Aiden memeluk Anya lebih erat. Akhir-akhir ini, ia mengalami insomnia. Ia tidak bisa tidur dan hanya bisa memandang wajah istrinya di malam hari.     

Mobil mereka berhenti di depan perusahaan Atmajaya Group. Aiden mengecup bibir Anya sekilas sebelum turun dari mobil.     

Tubuhnya yang tinggi menjulang terlihat mencolok saat ia berjalan dari gerbang depan. Saat ia melewati resepsionis, seorang petugas memanggilnya. "Tuan, Tuan Bima dan Nyonya Maria sedang menunggu Anda."     

Mata Aiden terlihat muram dan langkah kakinya menjadi dua kali lebih cepat. Ia langsung bergegas menuju ke lift khusus.     

Pada saat yang bersamaan, Harris sudah berada di dalam kantor Aiden. Bima dan Maria mengepungnya, memaksanya untuk menyerahkan hasil tes DNA tersebut.     

"Tuan, Tuan Aiden sedang dalam perjalanan ke tempat ini. Saya harus memberikan laporan ini kepada Tuan Aiden terlebih dahulu," tolak Harris dengan tegas.     

"Tidak bisakah kamu memberikannya kepadaku? Tidak ada bedanya memberikan laporan itu padaku atau Aiden," Maria berusaha untuk membujuk Harris agar menunjukkan laporan itu kepadanya.     

"Nyonya, maafkan saya. Saya hanya bisa memberikan laporan ini kepada Tuan Aiden. Laporan ini adalah berkas rahasia yang hanya bisa dilihat oleh Tuan. Biar Tuan sendiri yang membuat keputusan apakah bersedia menunjukkan kepada Anda atau tidak," tepat pada saat Harris mengatakannya, Aiden masuk ke dalam kantornya.     

"Terima kasih untuk kerja kerasmu," Aiden mengambil hasil laporan itu dari tangan Harris dan menepuk pundaknya.     

"Harris bekerja untuk Atmajaya Group, bukan hanya untukmu," gerutu Bima dengan tidak senang hati.     

Aiden bisa mendengar percakapan antara Harris, Bima dan Diana di dalam ruangan. Menurutnya, sikap Harris sangat benar. Ia sangat puas karena Harris menjalankan perintahnya dengan sangat baik.     

"Ayah, Harris adalah asistenku dan ia sangat setia kepadaku. Bukankah itu bagus," Aiden melihat laporan di tangannya dan menemukan bahwa laporan itu masih tersegel dengan rapi. Ada segel khusus di depan berkas tersebut dan ia tahu bahwa berkas itu belum pernah dibuka sama sekali.     

"Aiden, aku tidak bisa tidur. Aku menderita selama berhari-hari, menunggu hasil tes DNA itu. Cepat buka!" mata Maria memerah seolah ia telah menangis selama berhari-hari.     

Aiden tidak menunggu lebih lama. Ia langsung merobek segel tersebut dan mengeluarkan hasil tes DNA. Matanya langsung tertuju ke bagian bawah dan melihat bahwa hasilnya adalah 99,9999% cocok.     

Anya adalah putri kandung Maria.     

"Aiden, tunjukkan padaku," Maria berusaha untuk mengambil laporan tersebut, tetapi Aiden langsung memasukkannya kembali ke dalam amplop. Ia berpura-pura tenang dan berkata. "Hasil tesnya salah."     

"Aiden …" teriak Bima. "Tunjukkan kepada kami."     

"Aku tidak percaya Harris akan membawa hasil yang salah. Ia tidak akan pernah melakukan kesalahan seperti ini. Tunjukkan kepadaku," Maria juga memaksa ingin melihatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.