Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menebus Hutang



Menebus Hutang

0"Apakah sup ini sengaja dibuat untukku?" tanya Anya.     

"Hmm … Itu adalah sup yang sama dengan yang dulu kamu makan, sesuai dengan resep Tara," Aiden tidak berusaha menyembunyikannya.     

"Apakah sup yang ibuku buat di rumah akhir-akhir ini juga sesuai dengan resep Tara?" tiba-tiba Anya menyadarinya.     

Karena rasa masakan ibunya dan Hana berbeda, Anya tidak menyadari bahwa keduanya ternyata sama.     

"Sup sehat itu harus diminum secara rutin. Kalau kamu meminumnya setiap hari, dalam tiga bulan, kesehatanmu bisa membaik," Aiden mengatakannya sambil menuangkan sup tersebut dalam mangkuk dan memberikannya untuk Anya.     

Anya terdiam sejenak dan kemudian tersenyum dengan pahit. "Tara sudah bilang padamu bahwa kesehatanku sangat buruk dan mungkin aku tidak akan pernah bisa memiliki anak lagi. Apakah itu sebabnya kamu mengajakku untuk makan siang agar bisa memberikan sup ini kepadaku? Apakah ini caramu menebus kesalahanmu?"     

"Anya, aku tahu kamu tidak ingin berhubungan lagi dengan Keluarga Atmajaya. Aku melakukan semua ini bukan karena perasaan bersalah, tetapi karena … Karena …"     

"Karena apa?" Anya memandang ke arah Aiden.     

"Karena aku ingin bertemu denganmu," Aiden mengatakannya dengan suara pelan. "Aku ingin bertemu denganmu, aku benar-benar ingin melihatmu …"     

Mata Anya memerah saat mendengarnya dan suaranya tercekat. "Aiden, anak itu mungkin adalah anak pertama dan terakhirku. Hanya karena kamu ingin bertemu denganku, kamu memaksaku seperti ini. Apakah kamu pikir aku ingin bertemu denganmu?"     

"Aku akan menyembuhkanmu!" kata Aiden.     

"Kamu pikir kamu siapa? Aku tahu sejak dulu tubuhku lemah sehingga aku berusaha keras agar bisa memiliki anak itu. Dua tahun ini, aku begitu frustasi. Aku ingin melupakan segalanya sehingga tidak menjaga kesehatanku. Tara bilang mustahil aku bisa punya anak lagi. Apakah kamu pikir kamu Tuhan yang bisa mengubah segalanya?" meski mengatakannya dengan suara pelan, kata-kata itu terdengar sangat tajam, menusuk hati Aiden dalam-dalam.     

"Kamu yang menyakitiku dan sekarang kamu bilang kamu ingin menyembuhkanku. Apa yang kamu inginkan dariku? Kamu ingin aku tidak bekerja di industri parfum lagi? Aku tidak akan pernah melakukannya. Dua tahun lalu, aku menyerahkan seluruh cita-cita dan impianku demi kamu. Tetapi sekarang keadaannya sudah berbeda," Anya mengangkat kepalanya dan melanjutkan dengan tegas. "Aku terima takdirku kalau aku memang tidak bisa memiliki anak lagi."     

"Anya, jangan begitu. Aku minta maaf padamu," Aiden mendekat dan membawa Anya dalam pelukannya.     

Anya berusaha untuk melepaskan pelukan itu, tetapi pelukannya semakin mengerat.     

Anya membuka mulutnya dan menggigit bahu Aiden, tetapi itu saja belum cukup untuk membuat Aiden melepaskannya.     

Tanpa sadar, kemeja putih Aiden berubah warna menjadi merah karena darah.     

"Lepaskan aku," Anya menggeram.     

Akhirnya, Aiden melepaskannya. Anya langsung mundur beberapa langkah, menjauh dari Aiden.     

"Makanlah dulu. Aku akan ganti baju," Aiden berbalik dan masuk ke dalam kamar. Ketika ia keluar lagi, ia telah mengenakan kemeja baru yang masih bersih.     

Mereka makan dalam diam. Suasananya menjadi tidak mengenakan setelah perdebatan mereka barusan.     

Anya hanya bisa makan perlahan tanpa memandang ke arah Aiden. Ia khawatir terhadap luka di bahu Aiden.     

Saat menggigitnya, Anya benar-benar merasa marah. Tetapi setelah melihat luka itu, Anya merasa bersalah.     

"Ini hanya luka kecil. Bukan masalah," melihat kepala Anya yang terus tertunduk, Aiden tahu Anya merasa bersalah.     

"Siapa yang khawatir padamu? Aku sengaja melakukannya. Aku sengaja menggigitmu dengan keras," kata Anya dengan kaku.     

"Aku tahu. Aku pantas mendapatkannya. Kamu bisa menggigitku berapa kali pun," Aiden mengulurkan lengannya pada Anya.     

Anya langsung melotot ke arah Aiden. "Siapa yang mau menggigitmu lagi!" katanya sambil mengambil ayam goreng dan memasukkannya ke dalam mulutnya.     

Aiden tersenyum dan tidak berkata apa-apa lagi. Ia mengambil udang dan mengupas kulitnya, kemudian memberikan udang tersebut pada Anya.     

Anya tidak mengucapkan apa pun. Ia hanya memakan apa pun yang diberikan oleh Aiden, berharap jam makan siang segera berakhir.     

Saat memikirkan apa yang terjadi di lobby, Anya berkata, "Jangan suruh Harris menjemputku besok. Aku tidak mau digosipkan oleh orang lain."     

"Aku akan menyuruh Abdi menjemputmu besok," kata Aiden.     

"Apakah kamu yang menyuruh Nadine bekerja di Iris?"     

"Kalau kamu tidak suka padanya, aku bisa mencarikan pekerjaan lain untuknya," jawab Aiden pelan.     

"Aku tidak ingin berhubungan dengan Keluarga Atmajaya lagi. Selain itu, ia dan Keara adalah teman dekat dan tadi pagi mereka bertemu," Anya tidak hanya ingin menjauh dari Keluarga Atmajaya, tetapi juga Keara.     

"Tidak ada salahnya membiarkan seseorang yang mengenal Keara berada di dekatmu," kata Aiden.     

Saat bertemu dengan Keara tadi pagi, Nadine langsung membantunya dan membawanya pergi.     

Kalau saja tadi pagi ia sendirian, mungkin Keara akan langsung menghina dan mempermalukannya, membuat Anya tidak bisa berkutik.     

Tetapi dengan adanya Nadine, Keara tidak bisa berbuat apa-apa. Meski ia tidak menganggap Nadine sekali pun, Keara masih harus ingat bahwa ada nama Atmajaya dalam diri Nadine.     

"Terserahlah," Anya tidak menolak saran dari Aiden.     

Setelah makan siang, Aiden meminta seseorang untuk membuatkan teh untuk mereka.     

"Aku akan pergi dulu," Anya bangkit berdiri dan ingin pergi. Ia tidak mau minum teh bersama Aiden.     

"Aku dengar, kamu sudah tahu bahwa kamu bukan putri kandung ibumu dan sekarang kamu mencari orang tua kandungmu," kata Aiden, mencegah Anya pergi.     

Langkah kaki Anya langsung terhenti. "Cepat sekali beritanya tersebar."     

"Beritanya tidak tersebar. Aku sudah tahu dari dua tahun lalu. Apakah kamu ingat saat kita menunggu hasil tes DNA mu dan ibumu di rumah sakit?" tanya Aiden.     

"Ibuku bilang saat itu kamu takut aku tidak kuat menghadapinya sehingga kamu sengaja mengubah hasil tes DNA nya. Aiden, kamu begitu cerdas hingga bisa mengubah hasil tes DNA itu. Tetapi bagaimana bisa kamu …"     

Anya menelan kembali kata-katanya. Bukan ia yang harus memberitahu Aiden bahwa ia bukan putri Maria. Keluarga Atmajaya lah yang harus memberitahunya …     

Cepat atau lambat, Aiden akan tahu bahwa Maria sudah menemukan putri kandungnya. Untuk apa Anya ikut campur dalam urusan Keluarga Atmajaya?     

Anya tidak mau menjadi penjahat. Ia tidak ingin membuat Aiden dan keluarganya bertengkar.     

Ia hanya merasa, anaknya yang tidak berdosa telah mati sia-sia.     

Aiden bisa mengubah hasil tes DNA nya dan ibunya dengan mudah. Mengapa ia tidak curiga bahwa hasil tes DNA nya dan Maria juga bisa dimanipulasi?     

"Apa yang ingin kamu katakan?" Aiden melihat bahwa Anya berhenti berbicara.     

Anya hanya menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa. Aku tidak menyalahkanmu karena menyembunyikan hubunganku dengan ibu. Bagaimana pun juga, cita-citaku adalah untuk menjadi seperti ibuku. Kalau saat itu aku tahu bahwa aku bukan putri kandungnya, mungkin aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk bertahan hingga sekarang."     

"Aku dengar dari Bu Esther kalau kamu sedang mencari orang tuamu. Aku bisa membantumu," Aiden tidak menutupi dari mana sumber beritanya berasal.     

"Nenekku tidak meninggalkan petunjuk apa pun sebelum meninggal sehingga aku tidak tahu dari mana aku berasal. Di tahun itu, ada banyak orang yang kehilangan putrinya sehingga sulit untuk mencari orang tua. Aku akan berlatih keras dan memenangkan kompetisi parfum ini untuk mencari orang tua kandungku," Anya menceritakan rencananya pada Aiden.     

"Anya, aku berhutang padamu. Biarkan aku menebusnya dan membantumu untuk mencari orang tuamu," kata Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.