Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kembali



Kembali

0Aiden menggendong Anya kembali ke tempat tidur dan berbaring sambil memeluknya.     

"Kapan masa ovulasimu?" tanya Aiden secara tiba-tiba.     

"Ha?" Anya tertegun sejenak dan kemudian menjawab, "Seharusnya dalam minggu-minggu ini."     

"Aku akan berusaha," kata Aiden. Tangannya memegang wajah Anya dan mulai menciumnya.     

"Aiden, jangan aneh-aneh," Anya langsung memukul pundak Aiden. "Tidur saja. Aku mau tidur."     

"Kamu tidur saja, aku akan melakukan tugasku," Aiden tidak berniat untuk berhenti sama sekali. Seperti apa yang ia janjikan, ia akan berusaha untuk mewujudkan mimpi mereka.     

Meski sudah didinginkan dengan AC, kamar tersebut terasa sangat panas sampai pagi. Itu karena kobaran cinta mereka yang seperti badai, tidak berhenti hingga matahari menyingsing.     

Di saat matahari mulai terbit, Anya sudah tidak kuat lagi dan tertidur.     

Ia tidur hingga siang hari, merasa sedikit linglung saat bangun.     

Begitu bangun, ia bergegas mandi dan makan. Aktivitas mereka kemarin malam membuat Anya kehabisan energi dan kelaparan.     

Namun, setelah makan siang, Aiden kembali membawanya ke kamar lagi.     

"Aiden, tenanglah!" Anya tidak punya kekuatan untuk melawan Aiden lagi. "Itu hanya mimpi. Aku juga baru saja minum obatku selama beberapa hari. Mustahil aku bisa hamil semudah itu."     

"Anak kita ingin kembali bersama kita. Mana mungkin aku menolak," Aiden menatap Anya dalam-dalam.     

Anya tertegun. Sebuah suara jelas terdengar di telinganya.     

Apakah benar mimpi itu berarti bahwa anak mereka ingin kembali bersama dengan mereka?     

Sehingga akhirnya anak tersebut mendatangi kembali ayah dan ibunya, meski hanya dalam mimpi …     

"Benarkah?" tanya Anya dengan curiga.     

"Tidak ada salahnya mencoba. Bagaimana kalau benar terjadi?" entah mengapa, kata-kata Aiden memiliki kekuatan untuk menghipnotis orang.     

Anya benar-benar mencintai anaknya. Ketika kehilangan anak itu, Anya merasa sangat sedih dan sakit hati, memutuskan untuk menceraikan Aiden dan meninggalkannya.     

Tetapi sekarang Aiden bilang bahwa anak mereka ingin kembali.     

Dan entah mengapa kebetulan sekali ia sedang dalam masa subur.     

Tetapi …     

Apa mungkin itu benar terjadi?     

"Tidak usah banyak bicara. Lebih baik kita segera bekerja!" Aiden kembali mengulum bibir Anya. Kali ini, Anya tidak lagi menolak. Ia tidak paham apa arti mimpi tersebut, tetapi ia akan berusaha mencobanya!     

Mimpi itu membuat Anya lupa bahwa ia kembali untuk ikut serta dalam kompetisi parfum.     

Ia juga lupa bahwa ia baru saja kembali setelah belajar dengan susah payah di Perancis. Seharusnya, setelah kembali ke Indonesia, itu adalah saatnya untuk meniti karirnya dan menjadi parfumeur handal seperti ibunya.     

Ia tidak bisa punya anak sekarang …     

Namun, saat ia memikirkan anaknya, ia tidak bisa menolak anak tersebut.     

Dua tahun lalu, ketidakmampuannya sebagai seorang ibu yang membuatnya tidak bisa melindungi bayi itu.     

Tetapi sekarang anak itu muncul di dalam mimpinya dan mencarinya. Ia tidak bisa menyerahkan anak itu. Ia benar-benar merindukan anaknya …     

Selama tiga hari berada di pulau tersebut, Aiden terus mengajaknya bercinta tanpa lelah sedikit pun, seolah ingin menebus dua tahun saat mereka berpisah.     

Di malam mereka akan pulang, Anya merasa kepalanya pusing dan kakinya lemas. Aiden sampai harus menggendongnya menuju ke helikopter.     

Aiden langsung membawa Anya kembali ke rumahnya.     

Segala sesuatu di rumah itu masih tetap sama. Meski sudah dua tahun berlalu dan nyonya rumah itu sudah pergi, rumah itu tidak berubah.     

Anya berbaring di tempat tidurnya dua tahun lalu sambil berkata dengan suara lemah, "Aiden, apakah kamu berbohong padaku …"     

"Bohong apa?" Aiden duduk di samping tempat tidur sambil membelai wajah Anya. Wajahnya terlihat cerah. Tubuh dan pikirannya sudah dipuaskan karena tiga hari berlibur di pulau tersebut.     

"Kamu bilang anak kita kembali. Tetapi kamu berbohong dan hanya ingin aku memuaskanmu, kan?" Anya merasa sangat kesal. Seluruh tubuhnya terasa lemas, tetapi Aiden malah terlihat segar bugar.     

Ia benar-benar menginginkan anaknya, tetapi mengapa Aiden malah membohonginya seperti ini?     

"Apakah selama tiga hari ini kamu tidak senang?" Aiden menundukkan kepalanya dan mengecup kening Anya. "Aku yakin kamu sama bahagianya denganku."     

Wajah Anya langsung memerah karena kata-kata tersebut. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa Aiden juga membuatnya sangat puas.     

Aiden tertawa melihat rona di wajah Anya. "Aku sudah berjanji akan memberimu kebebasan setelah tiga hari ini. Tetapi ingatlah bahwa posisi Nyonya Atmajaya selamanya adalah milikmu. Aku akan menantimu, kalau suatu hari nanti kamu bersedia kembali padaku …"     

"Jangan menungguku. Aku bukan wanita yang pantas kamu tunggu," Anya menarik selimut menutupi kepalanya dan berbalik, tidak memandang Aiden lagi.     

"Istirahatlah dulu. Saat makannya sudah siap, Bu Hana akan memanggilmu. Aku harus pergi ke ruang kerja," Aiden berjalan keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang kerja.     

Setelah Aiden pergi dari kamar tersebut, hanya tersisa dirinya sendiri yang berada di dalam ruangan. Ia memukul bantal di tempat tidur dengan kesal.     

Ia begitu mudah tertipu dan terhasut. Aiden selalu membuatnya seperti ini.     

Ketika berada di pulau tersebut, Anya merasa sangat bahagia. Tetapi begitu kembali, ia malu setengah mati.     

Mereka berdua sudah bercerai, tetapi mereka kembali bersama lagi tanpa menikah …     

Bukankah ini kesalahan?     

Anya duduk dari tempat tidurnya dan merapikan rambutnya yang berantakan. Kemudian ia bangkit berdiri dan memandang sekitarnya.     

Kamar itu tetap sama. Sudah dua tahun berlalu, tetapi tidak ada yang berubah dari kamar tersebut.     

Satu hal yang berubah adalah pemilik kamar itu sudah tidak ada …     

Tidak ada lagi barang-barang Anya yang berada di meja rias ruangan tersebut.     

Tidak ada lagi gaun-gaun Anya yang memenuhi lemari.     

Anya bangkit berdiri dan keluar dari kamar tersebut.     

Di ruang kerja, saat Aiden sedang sibuk menelepon seseorang, ia melihat Anya melewati pintu ruang kerjanya. Ia bangkit berdiri dan menghampiri pintu, melihat Anya berdiri di depan pintu ruang parfumnya.     

Ruang parfum itu adalah ruang parfum yang Aiden buatkan untuk Anya, agar Anya bisa bekerja dari rumah.     

Anya berdiri di depan pintu ruangan itu dengan ragu, terlihat takut untuk memasuki ruangan tersebut.     

Ia berpikir sejenak dan akhirnya memutuskan untuk membuka pintunya.     

Ruangan itu masih sama seperti sebelumnya, seolah menunggu pemiliknya untuk pulang.     

Semua alat-alat, rak-rak, sama seperti dua tahun lalu …     

Dan ruangan itu terlihat sangat bersih, seolah ada seseorang yang selalu membersihkannya setiap hari. Seolah ruangan itu sama sekali tidak pernah ditinggalkan oleh empunya.     

Ini adalah tempat di mana mimpi Anya dimulai. Karena dukungan dari Aiden, Anya bisa terus berusaha melaju menggapai mimpinya setiap hari.     

Di tempat ini, Anya mengingat semua kenangannya yang indah. Kenangan itu seperti mimpi, indah dan tidak nyata …     

Tidak tahu sejak kapan Aiden tiba di belakangnya, tiba-tiba, tangannya memeluk pinggang Anya dengan erat.     

Ia menyandarkan kepalanya di pundak Anya, seperti seseorang yang baru saja kembali menemukan sandarannya, tempatnya untuk pulang …     

"Anya, jangan pernah pergi dariku. Kembali lah padaku …"     

Anya menarik napas dalam-dalam. "Aiden, jangan seperti ini …"     

"Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu kembali padaku," bisik Aiden di telinga Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.