Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Memilih Diri Sendiri



Memilih Diri Sendiri

0"Alisa ingin menikah dengan paman tampan …" kata Alisa sambil menangis.     

Anya merasa sangat bingung. Memang benar Nico tidak menyukai anak-anak. Ia menganggap anak kecil itu jorok dan berantakan. Mereka sangat menjengkelkan ketika menangis.     

Padahal sebenarnya Nico sendiri masih kekanakan.     

Sementara itu, Alisa begitu dewasa hingga bisa melihat bahwa Nico tidak suka bermain dengannya.     

Tetapi sekarang apa yang harus Anya lakukan? Alisa tidak mau bersama dengan Nico dan Aiden menolak untuk menemani Alisa, sengaja ingin mempermalukan Anya.     

Anya merasa pusing. Ia tidak punya banyak teman, apa lagi lelaki. Bagaimana ia bisa mendapatkan pria tampan dalam waktu dekat?     

"Ada apa? Aiden tidak bisa datang besok?" tanya Diana dengan cemas.     

"Iya, Aiden sedang sibuk. Alisa tidak menyukai Nico. Di mana aku bisa mencari seseorang yang mau menemani anak ini …" Anya merasa semakin pusing.     

Tiba-tiba saja, ponsel Anya berbunyi. Dalam hati Anya merasa senang. Ia pikir, Aiden berubah pikiran dan bersedia untuk menemani Alisa.     

Saat ia mengambil ponselnya dan melihat layarnya, ternyata Raka yang meneleponnya.     

"Raka, mengapa kamu menelepon malam-malam begini? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Anya.     

"Aku mengakhiri pertunanganku dengan Natali," kata Raka dengan semangat.     

"Aku sudah melihatnya di internet. Sebelumnya, kamu bilang takut orang tuamu akan memaksamu menikah dengan wanita lain. Tetapi mengapa sekarang kamu membatalkan pertunanganmu? Apakah kamu menemukan wanita yang kamu sukai? Selamat …" Anya tersenyum dan mengucapkan selamat pada Raka dengan tulus.     

"Aku ingin mengejarmu lagi," kata Raka dari telepon.     

"…." Anya tertegun seperti baru saja disambar oleh petir. Ia tidak bisa berkata apa-apa.     

Raka mengira Anya tidak bisa mendengar kata-katanya dan berniat untuk mengatakannya kembali. Ia ingin Anya tahu bahwa sekarang ia sudah siap untuk mengejar Anya dan mendapatkan hatinya kemblai. "Anya aku bilang aku ingin …"     

"Apa yang kamu katakan? Alisa terus menangis, aku tidak bisa mendengarmu," Anya langsung menyela agar Raka tidak bisa menyelesaikan kata-katanya.     

"Alisa? Apakah Alisa yang kamu maksud adalah anak perempuan dari Jonathan?" Raka juga beberapa kali bertemu dengan Jonathan dan tahu bahwa ia memiliki anak.     

"Iya. Jonathan sedang dinas dan menitipkan Alisa kepadaku. Beberapa hari lalu, ibuku mengadakan makan malam di rumah. Aiden berjanji untuk meluangkan waktu di akhir pekan untuk foto dengan Alisa. Tetapi besok ia tidak bisa datang karena sibuk. Sekarang Alisa tidak mau berhenti menangis," Anya menutupi telinganya dan bersembunyi di dapur untuk menjawab panggilan Raka. Tetapi ia masih bisa mendengar suara tangisan Alisa.     

"Aku libur besok. Bagaimana kalau aku yang datang dan berfoto dengannya? Alisa mengenalku dan ia cukup menyukaiku …" kata Raka.     

Keitka Anya berada di Perancis selama dua tahun, sesekali Raka akan datang mengunjunginya ketika ia sedang tidak sibuk.     

Ia pernah bertemu dengan Alisa beberapa kali dan cukup mengenalnya.     

"Benarkah? Kalau begitu, besok datanglah dengan mengenakan pakaian formal. Alisa bukan ingin berfoto biasa. Ia ingin foto pernikahan. Kamu akan menjadi pengantin prianya," kata Anya sambil tertawa.     

Raka juga ikut tertawa. "Aku akan mengenakan jas dan foto bersama dengannya."     

"Terima kasih sudah membantuku, Raka. Kamu adalah pahlawanku. Aku telah menggali lubangku sendiri dengan menceritakan dongeng tentang putri dan pangeran. Sekarang ia menyukai Aiden dan menganggapnya sebagai pangeran. Tetapi Aiden bukan orang yang bisa diminta tolong untuk hal-hal remeh seperti ini. Tanpa kamu, aku akan menggila karena tangisan Alisa," kata Anya dengan penuh terima kasih.     

"Kapan pun kamu membutuhkanku, aku akan selalu membantumu. Sekarang beristirahatlah. Sampai jumpa besok!" Raka tidak membicarakan mengenai liburan Anya dan Aiden. Meski ada banyak berita yang tersebar di internet, ia memutuskan untuk mengabaikannya.     

"Sampai jumpa besok," Anya mengakhiri panggilannya. "Alisa, berhenti menangis. Mama punya berita baik untukmu."     

"Apakah paman tampan akan datang besok?" tanya Alisa, dengan air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya.     

"Besok paman tampan akan datang. Sekarang cuci mukamu dan tidur. Kalau kamu tidur terlalu malam, kamu akan terlihat jelek saat foto besok," kata Anya, berusaha untuk membujuk Alisa.     

"Alisa tidak akan menangis lagi. Besok Alisa harus terlihat cantik," Alisa mengusap air mata dengan tangannya dan kemudian pergi mencuci muka bersama dengan Diana.     

Diana memandang Anya dengan curiga. Sebelumnya, Anya bilang Aiden tidak bisa datang. Mengapa sekarang tiba-tiba berubah?     

Ketika Nadine kembali ke dalam rumah, ia menemukan bahwa Alisa sudah berhenti menangis.     

"Astaga, suara anak itu. Mungkin suatu saat nanti ia bisa menjadi penyanyi opera," Nadine melihat ke arah tangga dengan kagum. Kemudian ia menuju ke arah sofa dan duduk di sana, "Bibi, duduklah bersama denganku. Aku mau memberitahumu sesuatu."     

"Ada apa?" kata Anya sambil menghampirinya.     

"Barusan aku menelepon Harris. Katanya paman tidak memiliki pekerjaan apa pun besok. Sebelumnya, ia sudah mengatur jadwalnya agar ia bisa menemani Alisa untuk berfoto," kata Nadine dengan penuh semangat.     

"Oh." Ekspresi di wajah Anya terlihat datar.     

"Oh, tidak. Mengapa kamu tidak senang? Paman tidak sibuk besok," kata Nadine.     

"Pamanmu tidak sibuk, tetapi ia tetap tidak mau datang. itu yang terjadi," kata Anya seolah tidak ada yang terjadi. "Namun, aku sudah menemukan penggantinya."     

"Siapa? Bukan kakakku kan?" tanya Nadine.     

"Bukan. Besok Raka libur. Ia akan datang untuk menggantikan Aiden berfoto dengan Alisa. Alisa juga mengenal Raka sebelumnya. Semuanya akan baik-baik saja," kata Anya sambil tersenyum.     

"Maksudmu, pamanku tidak mau datang sehingga akhirnya kamu meminta bantuan Raka?" Nadine merasa ada yang salah.     

Mengapa semuanya jadi seperti ini?     

Apa yang pamannya lakukan? Mengapa pamannya tidak mau datang, padahal ia sedang senggang?     

"Saat Raka meneleponku tadi, ia mendengar suara tangisan Alisa dan bertanya mengapa Alisa menangis. Jadi aku menceritakannya mengenai rencana untuk berfoto itu. Kata Raka besok ia tidak sibuk, jadi aku minta tolong padanya untuk berfoto dengan Alisa," Anya menjelaskannya dengan santai.     

"Jadi, bukan kamu yang meminta tolong pada Raka, tetapi pamanku yang menolak? Setelah itu, Raka tiba-tiba meneleponmu dan menawarkan bantuan. Tetapi bibi, apakah Alisa sudah tahu?" tanya Nadine.     

Maukah Alisa mengubah pangerannya?     

"Seharusnya tidak ada masalah. Raka adalah pria yang baik. Ia juga tampan. Tidak ada yang tidak suka padanya," kata Anya sambil tersenyum.     

"Apakah kamu juga menyukainya?" tanya Nadine.     

Anya mengangguk. "Dulu aku menyukainya. Ia adalah sahabat kakakmu. Apakah kamu mengenalnya sebelumnya?"     

"Aku juga menyukainya dulu. Tetapi itu sudah berlalu. Raka adalah pria yang baik, tetapi tetap saja menurutku pamanku adalah yang terbaik," Nadine tersenyum saat mengatakannya.     

Anya hanya mengangguk dengan canggung.     

"Kalau disuruh memilih, siapa yang akan kamu pilih, bibi? Pamanku atau Raka?" tanya Nadine.     

"Aku memilih diriku sendiri," Anya bangkit berdiri dan mengalihkan pembicaraan. "Sudah malam. Pulanglah dan beristirahatlah. Maaf sudah merepotkanmu beberapa hari ini."     

"Selamat malam, bibi." Begitu pulang, Nadine tidak langsung kembali ke rumah Harris, tetapi menuju ke rumah pamannya.     

Aiden sedang menunggu Anya, tetapi tidak disangka malah Nadine yang datang.     

"Mengapa kamu datang malam-malam seperti ini?" tanya Aiden dengan dingin.     

"Paman, kembalikan kartu ATM-ku. Aku akan memberitahumu informasi penting," kata Nadine.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.