Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menjaga Hati



Menjaga Hati

0"Apa yang kamu pikirkan?"     

"Aku berpikir mengapa aku tidak mau jadi istrimu lagi," jawab Anya dengan senyum tipis.     

Wajah Aiden sedikit berubah mendengarnya. "Lalu apa jawabannya?"     

"Mungkin karena aku tidak mencintaimu sebesar itu sekarang. Aku lebih mencintai diriku sendiri, lebih peduli terhadap perasaanku sendiri, dan aku tidak mau menyakiti diriku sendiri," jawab Anya setelah berpikir dengan seksama.     

Aiden mengangguk mendengar jawaban Anya. Ia tahu sekarang Anya sedang menjaga hatinya baik-baik dan tidak mau mempercayakan hatinya kepada orang sembarangan.     

Itu karena Aiden sudah terlanjur melukainya dua tahun lalu.     

Sekarang ia hanya perlu membuktikan bahwa ia tidak akan pernah menyakiti Anya lagi. Ia akan menjaga Anya dan melindunginya, bahkan dengan menggunakan nyawanya sekali pun.     

"Tidak perlu terburu-buru. Kamu bisa memikirkannya perlahan."     

"Aku bersedia untuk melupakan semuanya dan menjalani hidupku dengan cinta yang baru. Tetapi aku benar-benar tidak punya keberanian untuk kembali bersandar di pohon yang sama. Tidak ada yang bisa menjamin kita akan bahagia kalau kita bersama lagi," kata Anya dengan serius.     

Aiden tahu bahwa Anya takut hatinya terluka lagi.     

Ia tidak bisa menerimanya karena apa yang terjadi dua tahun lalu.     

Tetapi Aiden punya banyak waktu. Dan ia punya kepercayaan diri untuk mendapatkan cinta dan kepercayaan Anya lagi.     

Pada saat ini, Aiden tidak bisa berkata apa pun, dan hanya bsia memeluk Anya dengan erat.     

Anya bersandar di pelukan Aiden, mencium aroma Aiden yang familier untuknya. Ia merasa sangat nyaman …     

Tanpa sadar tangannya memeluk pinggang Aiden dengan erat. Mereka saling berpelukan tanpa mengatakan apa pun, hanya mendengarkan detak jantung satu sama lain dalam damai.     

Di rumah, Aiden langsung pergi ke ruang kerjanya, sementara Anya mandi terlebih dahulu.     

Setelah selesai mandi, Anya menemukan Aiden belum kembali ke kamar mereka.     

Anya bangkit berdiri dan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, melihat Tara mengirimkan video call padanya.     

Ketika melihat kamar yang dikenalnya, Tara langsung tersenyum nakal, menggoda Anya. "Anya …"     

"Apa …" Anya melotot pada sahabatnya itu.     

"Kamu sudah kembali ke rumah Aiden? Aiden meneleponku dan memintaku untuk membuatkan resep vitamin yang baru untukmu. Katanya kamu sedang dalam masa ovulasi, ia memintaku untuk membuat resep untuk penyubur kandungan. Sepertinya ia benar-benar menginginkan anak darimu," setelah mengatakannya, Tara merasa bahwa kata-katanya sedikit menyinggung Anya. Ia langsung berusaha menjelaskan, "Anya, aku tidak berniat untuk …"     

"Aiden benar. Aku memang sulit untuk hamil, jadi aku harus minum banyak obat dan vitamin. Hanya kamu yang bisa melakukannya untukku. Kalau aku tidak hamil, itu berarti salah kemampuanmu yang buruk. Aku akan melabrakmu," kata Anya setengah bercanda.     

"Jangan khawatir, aku akan berusaha sekuat tenaga," kata Tara sambil menepuk dadanya dan berjanji, "Aku berjanji dengan dadaku!"     

Anya tertawa melihatnya.     

"Dadamu tidak besar. Kalau kamu menggunakan dadamu sebagai jaminannya, jangan salahkan aku kalau dadamu rata."     

"Kamu kejam sekali, masih bisa tertawa. Pokoknya kamu harus minum semua vitamin yang aku resepkan, apakah kamu mengerti? Kalau kamu tidak bisa hamil dalam waktu cepat, jangan putus asa. Meski tidak dalam waktu singkat, kamu pasti bisa berhasil," kata Tara.     

"Aku tidak banyak berharap. Biarkan yang terjadi, terjadi saja," kata Anya dengan senyum tipis. "Lalu, apakah kamu meneleponku karena ini?"     

"Bukan. Aku punya masalah. Kakekku ingin menjodohkan aku dengan putra tertua dari Keluarga Srijaya. Katanya, kalau aku tidak berniat untuk menikah dengan Nico, aku perlu memikirkannya baik-baik karena usiaku sudah tidak muda lagi," Tara menggaruk kepalanya. "Aku tidak mau menikah dengan siapa pun. Bagaimana ini?"     

"Aiden dan aku sudah menyelesaikan masalah kami. Lalu mengapa kamu masih khawatir? Kalau kamu terus mengulur waktu seperti ini, apakah kamu tidak takut akan ada wanita lain yang merebut Nico darimu?" kata Anya.     

Tara mengerutkan bibirnya. "Nico adalah tunanganku, tidak ada yang bsia merebutnya."     

"Nico sangat tulus padamu. Jangan menggantungkannya seperti ini. Dua tahun sudah berlalu dan hubungan kalian masih tidak jelas. Tidak heran kakekmu mengira kamu tidak tertarik pada Keluarga Atmajaya dan ingin menjodohkanmu dengan pria lain. Alisa, gadis kecil yang berada di rumahku beberapa hari lalu adalah putri dari Jonathan Srijaya. Kalau kamu menikah dengannya, kamu harus menjadi ibu tiri dari anak orang lain!" kata Anya dengan sengaja.     

"Oh tidak! Mengapa kamu tidak memberitahuku hal sepenting itu? Ia sudah memilih anak, tetapi masih berani mencari istri dengan cara seterbuka ini!" kata Tara dengan dingin. "Keluarga Atmajaya memiliki banyak pria lajang yang sangat terhormat di kota ini, tetapi mereka tidak terang-terangan mencari istri. Siapa sebenarnya Keluarga Srijaya ini? Sombong sekali!"     

"Nico sudah menunggumu selama dua tahun. Lebih baik kamu menikah dengannya daripada menjadi ibu tiri. Kalau kamu benar-benar mencintai Nico, lebih baik jangan menunda lagi," Anya merasa sangat khawatir terhadap hubungan Tara dan Nico. Ia takut Tara melewatkan kesempatannya dan menyesal nanti.     

Selama dua tahun, Tara sudah menolak untuk menikahi Nico. Mana mungkin Keluarga Atmajaya tidak tahu?     

Sekarang memang belum ada wanita yang cocok untuk Nico, tetapi bukan berarti di masa depan tidak akan ada.     

"Aku mengerti," jawab Tara.     

"Besok aku akan kembali bekerja. Pergilah ke Iris, ayo kita makan siang bersama," kata Anya.     

"Apakah kamu tahu bahwa Bu Hana juga mengirimkan makanan sehat ke klinikku setiap hari," kata Tara.     

"Kita semua kan keluarga. Nanti kamu yang harus memberikan keturunan dan menjadikan Keluarga Atmajaya sebagai keluarga yang besar. Itu sebabnya, kamu juga harus makan makanan bergizi," kata Anya dengan serius.     

"Jangan melemparkan tanggung jawabmu padaku. Aku akan menyembuhkanmu. Kalau tidak, nanti kalau aku menikah dengan Nico, mungkin semua mata Keluarga Atmajaya akan tertuju pada perutku."     

Tara juga memiliki kekhawatirannya sendiri.     

Kalau Anya tidak bisa mengandung, ia sebagai istri dari Nico, satu-satunya cucu laki-laki di Keluarga Atmajaya mungkin akan dituntut untuk melahirkan banyak keturunan.     

Bagaimana pun juga, semakin banyak anak, semakin banyak juga kebahagiaan dalam keluarga.     

Itu juga salah satu alasan mengapa ia belum mau menikah dengan Nico.     

Ivan bahkan belum punya kekasih hingga sekarang. Meski Bima menikah sekali pun, ia sudah terlalu tua dan tidak bisa memiliki anak.     

Meski Aiden dan Anya kembali bersama, mereka mungkin tidak bisa memiliki anak untuk sementara waktu.     

Kalau Nico dan Tara menikah, mungkin semua Keluarga Atmajaya akan mendesak mereka untuk cepat punya anak. Berapa anak yang harus ia lahirkan kalau begitu?     

Tara merasa ini bukan waktu yang tepat untuk menikah. Ia akan menunggu hingga kesehatan Anya pulih. Dengan begitu, ada seseorang yang akan membantunya untuk melahirkan anak.     

"Tara, kamu bisa melahirkan anak kembar dan memberikan anakmu satu kepadaku," kata Anya sambil tersenyum.     

"Aku rasa anak kembar tidak cukup. Mungkin aku harus melahirkan kembar empat. Satu untukmu dan Aiden, satu untuk Ivan, satu untuk Bibi Maria dan satu untuk kakek Nico. Kemudian, aku bisa kembali ke klinikku untuk menghasilkan uang," Tara tertawa.     

"Kalau benar-benar bisa, aku akan konsultasi pada kakekmu. Siapa tahu ia punya resep rahasia untuk melahirkan banyak anak," kata Anya setengah bercanda.     

"Kalau kakekku memiliki resep rahasia seperti itu, ia akan sangat kaya raya sekarang. Melahirkan anak bergantung pada takdir," kata Tara.     

Anya mengangguk, kemudian ia melihat Aiden masuk ke dalam kamar sehingga ia langsung mengakhiri panggilan tersebut. "Sudah malam. Tidurlah. Besok kita bertemu!"     

Aiden berjalan menuju ke pinggir tempat tidur dan menatap Anya dengan lembut. "Apakah kamu menungguku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.