Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Ragu



Ragu

0"Apakah ayahku salah paham mengenai hubungaku dengan Anya dan ingin mencelakai Anya?" tanya Jonathan.     

Ia tidak memahami mengapa ayahnya berniat untuk mencelakai Anya.     

"Masalahnya tidak sesederhana itu. Aku minta tolong padamu untuk mengawasi ayahmu. Orang-orangku akan melindungi Anya secara diam-diam. Kamu hanya perlu memperhatikan gerak-gerik ayahmu. kalau terjadi sesuatu, kamu bisa menghubungi Harris atau menghubungiku langsung," Aiden memberikan kartu namanya dan kartu nama Harris.     

Jonathan menerimanya dan berkata dengan serius, "Aku akan memastikan Anya tidak akan terluka."     

"Ada hal lain. Wanita yang sedang bersama dengan Alisa adalah keponakanku, Nadine. Orang tuamu mungkin akan mengatur kencan buta antara kamu dengannya. Aku harap kamu bisa menolaknya dan memilih wanita yang kamu sukai," Aiden tidak ingin Nadine terjebak dalam keluarga Srijaya yang rumit. Aiden sangat menyayangi keponakannya itu dan tidak mau ia menikah dengan seorang pria duda beranak satu dan menjadi seorang ibu tiri di usianya yang masih sangat muda.     

Nadine memang menyukai Alisa, tetapi bukan berarti ia harus menjadi ibu tirinya. Ia pantas untuk mendapatkan rumah yang lebih layak.     

Selain itu, Harris sudah menunggunya selama bertahun-tahun …     

"Kencan buta itu adalah rencana para orang tua. Aku tidak berniat untuk menikah lagi. Aku juga tidak berniat mencari ibu tiri untuk Alisa. Tentu saja aku tidak akan membiarkan keponakanmu menjadi ibu tiri bagi anakku," ketika mengatakannya, Jonathan memandang ke arah dalam rumah.     

Alisa benar-benar mirip dengan ibunya, terutama matanya yang besar.     

Setiap kali ia melihat Alisa, Jonathan selalu teringat akan istrinya yang meninggal. Selama ia bisa menjaga dan mengurus Alisa dengan baik, ia tidak berniat untuk menikah lagi.     

Meski ia bertemu dengan wanita yang tepat suatu hari nanti, wanita itu harus benar-benar mencintainya dan menerima putrinya. Kalau tidak, Jonathan lebih memilih untuk menjadi duda seumur hidupnya.     

Aiden tidak khawatir terhadap hubungan Jonathan dan Anya. Kalau Jonathan tahu mengenai identitas Anya yang sebenarnya, Jonathan tidak akan mendekati Anya. Bagaimana pun juga, mereka adalah sepupu, meski tidak berhubungan darah.     

Tetapi Aiden khawatir terhadap Nadine. Nadine sudah memasuki usia yang cukup untuk menikah. Aiden khawatir ayahnya akan memanfaatkan kesempatan saat ia tidak berada di Indonesia, ia akan menjodohkan Nadine.     

Sekitar jam delapan malam, Alisa akhirnya hendak pulang. Sebelum pulang, Alisa menangis di pelukan Anya.     

Untung saja, gadis kecil itu sangat pengertian. Ia tahu Anya sibuk dan tidak punya banyak waktu untuk mengurusnya. Dan ia juga sudah beberapa hari tidak bertemu dengan ayahnya dan merindukan ayahnya.     

Seteah Alisa pulang, Anya merasa sangat lega.     

"Ibu, lain kali aku tidak akan membiarkan ibu bekerja keras menjaga anak orang lain selain anakku," kata Anya.     

"Apakah kamu sadar sekarang betapa sulitnya menjaga anak kecil? Saat kamu pergi, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Alisa? Bagaimana kita bisa menjelaskannya kepada ayahnya? Aku bahkan tidak bisa tidur tenang."     

Ia harus menjaga Alisa dan juga mengurus taman. Memang Alisa bukan anak yang nakal, tetapi sebagai seorang anak kecil, ia memiliki begitu banyak permintaan aneh dan sulit untuk dikabulkan, seperti berfoto dengan pangeran.     

Di siang hari, Alisa sangat penuh semangat. Namun, di malam hari, Alisa terus menangis karena merindukan ayahnya. Selain itu, ia juga selalu mengompol.     

Ditambah lagi, Diana masih harus memikirkan keadaan Anya.     

"Benar kata ibu, mengurus anak itu sulit. Aku hanya bisa menemani mereka bermain, menyuapi mereka, tetapi tidak bisa mendidik mereka. Menidurkan mereka saja sulit untukku," kata Anya.     

"Kalau kita punya anak lagi, kamu hanya perlu menyuapi dan menemaninya bermain. Sisanya serahkan saja kepadaku," kata Aiden secara tiba-tiba.     

Pipi Anya merona mendengarnya. "Siapa yang mau punya anak denganmu?"     

"Tentu saja kamu," Aiden melihat rumah Diana sudah kembali rapi seperti semula dan bertanya. "Bisakah kita pergi sekarang?"     

"Ke mana kalian akan pergi?" tanya Diana.     

"Ibu, aku ingin mengajak Anya ke rumahku untuk malam ini saja, sebelum aku pergi besok. Aku akan mengantarkannya pulang kepadamu besok malam," Aiden langsung meminta ijin pada Diana secara terang-terangan.     

"Anya, Aiden besok kan pergi dinas. Pasti ada banyak hal yang ingin ia bicarakan padamu. cepat siap-siap dan ikutlah dengannya."     

Wajah Anya langsung memucat mendengarnya. Begitu banyak orang yang mau membantu Aiden. Kalau ibunya sudah berkata seperti itu, apa yang bisa ia lakukan?     

Ia hanya punya satu pilihan. Mengikuti Aiden.     

"Apakah semua persiapan dinasmu sudah selesai?" tanya Anya saat mereka dalam perjalanan menuju ke rumah Aiden.     

Aiden mengangguk. "Sudah," jawabnya.     

"Saat kamu di luar negeri, sekalian periksakan kondisi kesehatanmu. Mungkin ada sesuatu yang bisa menyembuhkan insomnia-mu. Tidak cukup istirahat bisa berdampak buruk pada kesehatanmu," kata Anya.     

Aiden menatap Anya dengan tatapan bingung. Terkadang ia merasa begitu mengenal Anya dan terkadang ia merasa tidak bisa memahami Anya.     

"Mengapa kamu menatapku seperti itu? Apakah ada yang salah dengan kata-kataku?" kata Anya sambil cemberut. "Aku tahu kamu tidak ingin sampai Atmajaya Group jatuh ke tangan Ivan. Tetapi bukan berarti kamu harus mengabaikan kesehatanmu sendiri."     

"Apakah kamu ingat Jenny? Sepupuku? Ia adalah putri kandung dari Kak Maria," kata Aiden.     

"Aku sudah dengar dari Nadine."     

"Jenny bukan hanya putri dari Kak Maria, tetapi juga anak angkat pamanku, Andre. Aku mempercayakan masalah perusahaan pada Nico yang dibantu oleh pamanku. Ketika aku kembali dari luar negeri, aku akan meluangkan lebih banyak waktu untukmu," Aiden tersenyum dan membawa tangan Anya menuju ke bibirnya.     

"Aku tidak perlu ditemani. Yang penting jagalah kesehatanmu," Anya tidak meminta Aiden untuk menjaga kesehatan dan tidak terlalu banyak bekerja, bukan untuk menemaninya. Kalau Aiden terus menemaninya, Anya tidak akan bisa menghindarinya!     

"Sebelumnya, aku bekerja siang dan malam, tidak memedulikan kesehatanku sendiri, karena aku takut aku akan merindukanmu. Tetapi sekarang aku ingin menghabiskan seluruh waktuku bersamamu," Aiden menatap Anya dengan penuuh cinta. "Anya, sebenarnya apa yang membuatmu ragu?"     

"Aku …" Anya tidak bisa menjawabnya. Ia tidak tahu apa yang membuatnya takut.     

Ia merasa kebahagiaan yang ia rasakan saat ini begitu mendadak sehingga ia takut semua ini hanyalah palsu. Ia takut semua ini hanyalah khayalannya semata.     

Ia takut ia hanya bermimpi.     

Dan begitu terbangun, ia akan kehilangan semuanya lagi.     

Dua tahun lalu adalah masa-masa yang paling membahagiakan untuknya. Aiden begitu mencintainya dan rumah tangga mereka begitu bahagia. Ia memenangkan kompetisi parfum meski baru pertama kali ikut serta. Mereka juga dikaruniai seorang anak, hasil cinta mereka.     

Semuanya sangat membahagiakan.     

Tetapi dalam sekejap, anak itu menghilang sebelum Anya bisa melihatnya.     

Anya juga harus kehilangan cintanya, kehilangan Aiden dari kehidupannya.     

Sekarang, kebahagiaan itu kembali muncul di hadapannya. Selama ia menerima Aiden lagi, ia bisa terus melanjutkan kisah cinta mereka yang tertunda sebelumnya.     

Namun, Anya merasa semua ini seperti mimpi.     

Ia takut kebahagiaan ini akan menghilang seperti sebuah gelembung air yang meletus ketika ia sentuh, meski sentuhannya sangat ringan sekalipun.     

Dan yang paling penting, dengan tubuhnya yang sekarang ini, ia tidak akan bisa memiliki anak lagi. Apakah Aiden tetap mencintainya?     

Aiden begitu tampan, begitu luar biasa. Mana mungkin ia tidak ingin memiliki keturunan sendiri?     

Mungkin Aiden bisa bilang ia mencintai Anya sekarang? Tetapi bagaimana setelah berpuluh-puluh tahun nanti? Bagaimana setelah rasa kesepian tumbuh di hati mereka dan mereka menginginkan suara tawa anak kecil di rumah mereka?     

Tidak menginginkannya sekarang, bukan berarti selamanya.     

Setidaknya, sampai Anya menemukan orang tua kandungnya. Sampai ia memastikan bahwa kesehatannya baik-baik saja. Sampai ia yakin bahwa yang ada di hadapannya itu benar-benar nyata, bukan hanya mimpi belaka.     

Sampai saat itu tiba, mungkin Anya baru berani menerima Aiden lagi.     

Sekarang, ia tidak ingin memberitahu Aiden karena tidak ada gunanya Aiden tahu.     

Anya menginginkan rasa aman. Rasa aman yang tidak bisa Aiden berikan untuknya.     

Melihat Anya tidak merespon, Aiden bertanya. "Apa yang kamu pikirkan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.