Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Datang untuk Makan



Datang untuk Makan

0Anya bisa mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Ia membuka mulutnya dan berniat untuk menggigit Aiden, tetapi Aiden malah memanfaatkan kesempatan itu untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Anya dan menyerang bibir Anya dengan semakin dalam.     

Anya mengangkat kakinya, berniat menggunakan lututnya untuk menyerang Aiden. Tetapi Aiden sudah berjaga-jaga dan menghindarinya dengan gesit.     

Akhirnya, ia melepaskan bibir Anya.     

"Mama, apakah kamu di sini?" pada saat yang bersamaan, sebuah sosok kecil memasuki ruangan tersebut.     

Sebelum Alisa bisa melihat situasinya dengan jelas, Nadine bergegas masuk dan menggendongnya. "Alisa, ayo pergi main ayunan."     

Tubuh Anya merosot saat punggungnya masih bersandar di pintu kulkas. Kakinya terlalu lemas sehingga tidak bisa menahannya.     

Aiden langsung memeluk pinggangnya dan membantunya untuk berdiri.     

"Alisa sedang mencari mama!" Nadine melihta wajah Anya yang memerah dan bajunya yang kusut sehingga ia langsung membawa Alisa menuju ke arah ruang keluarga.     

Namun, Alisa memegang pintu dapur dengan erat dan tidak mau melepaskannya. "Turun! Alisa melihat mama!"     

Nadine tidak punya pilihan lain selain menurunkan Alisa dari gendongannya. Setelah itu, Alisa langsung berlari menuju ke arah Anya.     

Melihat wajah Anya yang memerah dan tidak bisa berdiri, Alisa langsung terlihat cemas. "Mama, apakah mama sakit?"     

"Mama-mu kelelahan. Biar paman bantu mama ke atas untuk beristirahat. Jangan ganggu mama, ya?" Aiden berjalan keluar sambil menggendong Anya seolah tidak ada yang terjadi. Wajahnya terlihat sangat tenang.     

Anya begitu ketakutan hingga lututnya lemas sementara itu Aiden masih terlihat tenang dan lengan.     

Dasar brengsek!     

"Mama, apakah mama mau pergi ke rumah sakit?" Alisa menatap Anya dengan khawatir.     

Anya menggelengkan kepalanya. "Jangan khawatir. Mama tidak apa-apa. Pergilah bermain dengan Nadine."     

Alisa langsung menghampiri Nadine dan menggandeng tangannya, tidak mau mengganggu ibunya lagi. "Alisa tidak akan berisik agar mama bisa istirahat."     

Saat itu, Diana sedang bersantai di kursi goyangnya, menikmati udara sore.     

"Nenek sedang bersantai, Alisa juga mau bersantai," melihat Diana yang sedang duduk di kursi goyang, Alisa langsung berlari menuju ke arah ayunan.     

Aiden berpura-pura membantu Anya naik ke lantai atas untuk beristirahat. Begitu mereka berada di lantai dua, Anya langsung memukulnya. "Apakah kamu senang? Bagaimana kalau Alisa melihatnya?"     

"Kalau Alisa melihatnya, berarti sudah saatnya kita menjelaskan bagaimana pangeran dan putri saling mencintai," kata Aiden. "Aku tidak menyangka kamu sepemalu itu. Yang mana kamarmu?"     

"Turunkan aku. Kamu pulanglah saja!" kata Anya dengan marah.     

"Kamu mau turun dengan kaki yang lemas begitu? Apakah kamu mau merangkak kembali ke kamarmu?" goda Aiden.     

"Kamu …" Anya merasa benar-benar marah. Mengapa Aiden selalu membuatnya malu seperti ini …     

Tetapi ia juga tidak bisa mengalahkan Aiden dalam berdebat.     

Apa yang bisa ia lakukan?     

Ia penakut, pemalu, tidak pandai berbicara, dan tidak bisa punya anak.     

Ia begitu buruk, tidak sepadan untuk Aiden. Apa yang sebenarnya Aiden lihat darinya?     

Aiden menemukan kamar Anya berdasarkan gambar desain rumah ini di benaknya. Bagaimana pun juga, ia lah yang mendesain dan merancang rumah ini.     

Ketika ia memasuki kamar, ia menutup pintu dengan menggunakan kakinya.     

Anya langsung terkejut melihatnya. "Mengapa kamu menutup pintunya? Ini rumahku. Jangan macam-macam!"     

"Pikiranmu kotor sekali. Apakah itu yang kamu pikirkan seharian?" Setelah menurunkan Anya di tempat tidur, Aiden duduk di pinggir tempat tidur. "Besok aku akan pergi ke luar negeri untuk menginspeksi perusahaan cabang."     

"Besok?" Anya terlihat bingung. "Kapan kamu akan kembali?"     

"Tergantung situasinya. Kalau kamu butuh sesuatu, minta pada Nico. Kalau kamu merindukanku, kamu bisa telepon aku," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Aku tidak akan merindukanmu," kata Anya dengan kaku.     

Aiden mengelus kepala Anya dengan lembut dan tersenyum. "Harris akan terus mencari keberadaan orang tuamu. Kalau ada berita baru, aku akan langsung memberitahumu. Kalau Keara mencari masalah denganmu, jangan perhatikan dia."     

"Aku mengerti," Anya mengerutkan bibirnya.     

"Beristirahatlah. Aku akan menunggumu nanti malam," Aiden kembali mengelus kepala Anya dengan lembut.     

"Aku akan memikirkannya," kata Anya sambil berbalik memunggungi Aiden, terlihat sedikit malu.     

"Aku akan menunggu." Aiden menarik selimut dan menyelimuti tubuh Anya sebelum pergi dari kamar tersebut.     

Dari waktu ke waktu, Diana terus melihat ke arah pintu kamar Anya, tetapi ia tidak menyangka Aiden akan turun begitu cepat.     

"Aiden, apakah kamu sudah mau pulang?" Diana bangkit berdiri dari kursi goyangnya.     

"Ibu, besok aku akan pergi ke luar negeri. Sekarang aku harus kembali ke kantor untuk mengurus pekerjaanku," jawab Aiden.     

"Oh, pasti kamu sedang sibuk," Diana mengantar Aiden sampai ke depan pintu. Sebelum masuk ke dalam mobil, Aiden berpamitan. "Terima kasih untuk makan siangnya hari ini."     

"Aku tidak sepintar Hana dalam memasak. Tetapi kalau kamu cukup menyukai masakanku, sering-sering datang ke rumah. Aku akan memasak lagi untukmu," kata Diana.     

"Setelah pulang dari luar negeri, aku pasti akan datang," jawab Aiden sambil tersenyum.     

"Beritahu aku kalau kamu mau datang. Biar ibu bisa menyiapkan bahan-bahannya," Diana merasa senang karena Aiden tidak menolak. Ia tahu masakannya tidak seenak masakan buatan Hana, tetapi Aiden menghargai kerja kerasnya.     

"Aku pulang dulu, Bu. Masuklah dan beristirahatlah, tidak usah mengantarku."     

"Ya, ya. Pulanglah. Hati-hati di jalan."     

Dari kamarnya, Anya berdiri di depan jendela, melihat Aiden dan Diana berbincang-bincang sambil tertawa dari kejauhan. Ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tetapi Anya bisa melihat dengan jelas bahwa ibunya benar-benar menyukai Aiden.     

Setelah Aiden pergi, Anya kembali ke tempat tidurnya dan memejamkan matanya.     

Tiga hari terakhir saat bersama dengan Aiden, Anya benar-benar kurang tidur.     

Ditambah lagi, hari ini seharian ia menemani Alisa untuk berfoto di taman. Ia terus tersenyum di depan kamera hingga wajahnya terasa kaku.     

Sekarang ia benar-benar lelah …     

…     

Anya tertidur hingga hari gelap. Sekitar pukul enam malam, ia terbangun karena kelaparan.     

Dari kamarnya, ia bisa mencium aroma masakan sehingga ia turun ke lantai bawah.     

"Bu, ibu masak apa? Aku bisa menciumnya dari lantai atas," Anya masih mengenakan piyama bergambar kartun, muncul di tangga, masih setengah sadar karena baru saja bangun.     

Tidak tahu sejak kapan Jonathan berada di sana, tetapi ini adalah pertama kalinya ia melihat Anya memakai pakaian sesantai ini. "Anya …"     

"Jonathan! Kamu sudah kembali!" Anya langsung merapikan rambutnya yang berantakan.     

"Pekerjaanku selesai lebih awal, jadi aku bisa datang lebih awal. Kamu pasti kerepotan beberapa hari ini. apakah Alisa nakal?" tanya Jonathan sambil tersenyum.     

"Tidak, Alisa sangat patuh. Kami semua sangat sayang padanya. Maaf, aku tidak tahu kamu sudah datang. Aku akan ganti baju dulu," Anya lupa hari ini Jonathan akan menjemput Alisa. Ia benar-benar malu karena turun masih dengan baju tidurnya.     

Alisa dan Nadine sedang bermain-main di taman. Begitu mendengar suara Anya, Alisa langsung masuk ke dalam dengan gembira. "Papa, apakah mama sudah bangun?"     

"Mama sudah bangun. Ia sedang ganti baju dan akan turun sebentar lagi," Jonathan menggendong Alisa dan mengangkatnya ke pangkuannya. "Bagaimana kalau kita cuci tangan dan makan?"     

Alisa langsung mengangguk dengan semangat.     

Sementara itu, Nadine terus memandang ke arah pintu. Sebentar lagi adalah jam makan malam. Mengapa pamannya belum datang juga?     

Anya kembali turun setelah mengganti pakaiannya. Begitu tiba di bawah, ia mendengar suara mobil dari depan.     

Begitu mendengar suara mobil, Anya langsung merasa curiga.     

Siapa yang datang malam-malam seperti ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.