Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tertangkap Basah



Tertangkap Basah

0"Aiden, kamu tidak bisa melakukan ini. Kamu sudah janji setelah aku menemanimu selama tiga hari di pulau itu, kamu akan memberikan kebebasan kepadaku. Kita sudah bersenang-senang di pulau itu dan liburan itu sudah cukup untuk menjadi kenangan. Sekarang kita kembali ke rutinitas kita sehari-hari dan aku tidak mau terlibat denganmu. Terima kasih sudah datang untuk menemani Alisa hari ini. Ibuku sudah memasakkan makan siang untukmu. Anggap saja sudah lunas. Pulanglah," Anya langsung mengusir Aiden dengan terang-terangan.     

Aiden menatap ke arah Anya lekat-lekat, sama sekali tidak berniat untuk pergi.     

"Aiden, jangan memaksaku untuk mengusirmu," Anya melotot dengan marah.     

Tangan Aiden yang memegang pinggang Anya melonggar. Ketika Anya pikir Aiden akan melepaskanya, ia mendengar suara Aiden. "Anya, aku tahu kamu ingin menyingkirkan aku dari hidupmu. Tetapi sayangnya aku tidak bisa mengabulkan keinginanmu."     

"Apa yang kamu inginkan?" Anya memandangnya dengan tatapan serius.     

"Aku akan menunggumu malam ini. Temani aku tidur satu malam. Besok pagi, aku akan mengembalikan kontraknya kepadamu," kata Aiden dengan suara lembut.     

"Apa? Besok pagi?" mata Anya terbelalak lebar.     

Aiden tiba-tiba saja menundukkan kepalanya, ingin mencium bibir Anya. Tetapi Anya langsung menghindari sehingga ciuman itu mendarat di pipinya.     

"Aiden, apakah kamu mengingkari janjimu? Kamu bilang kamu akan memberiku kebebasan setelah tiga hari. Kamu tidak akan membatasi pekerjaanku dan mengembalikan kontraknya kepadaku. Tetapi sekarang kamu memaksaku …" Anya mengeluh.     

Aiden adalah CEO perusahaan besar, tetapi ia tidak bisa memegang kata-katanya.     

"Aku selalu menepati janjiku. Dan kamu juga harus melakukan hal yang sama. Aku sudah menemani Alisa seharian, setidaknya kamu harus membalas kebaikanku dan menemaniku. Anya, apakah kamu berani mengingkari janjimu sebelum kamu mendapatkan kembali kontrak kerja itu?" kata Aiden dengan dingin.     

Anya merasa sangat bodoh. Seharusnya ia menyetujui apa pun kata Aiden dan setelah mendapatkan kontrak serta menghancurkannya, ia bisa mengingkari janjinya.     

Dengan begitu, Aiden tidak bisa berbuat apa-apa.     

Tetapi sekarang Aiden masih memegang kontraknya. Aiden juga terlihat marah sehingga nadanya menjadi dingin. "Aku berharap kamu benar-benar menepati janjimu dan mengembalikan kontrak itu sekarang. Kalau kamu bersedia, malam ini aku akan ke rumahmu."     

"Aku harap kamu tidak membohongiku," kata Aiden sambil memegang dagu Anya. "Kontraknya akan dikembalikan kepadamu besok pagi. Syaratnya, malam ini kamu harus terlihat cantik."     

Wajah Anya memerah saat mendengarnya. Aiden memang benar-benar serigala!     

Benar kan apa dugaan Anya? Mana mungkin mereka hanya tidur saja …     

"Apakah kamu tidak percaya padaku? Setelah mendapatkan kontraknya, suasana hatiku akan membaik. Kalau suasana hatiku membaik, aku akan berdandan saat menemuimu dan kamu juga akan senang. Itu menguntungkan kita semua kan? Berikan kontraknya kepadaku sekarang. Kalau kamu mengembalikannya besok pagi, aku akan terganggu dan terus menerus memikirkan kontrak itu," Anya menatap Aiden dengan penuh harap.     

Tetapi Aiden tidak memeprcayai Anya. Ia tahu Anya akan langsung kabur darinya begitu mendapatkan kesempatan. "Aku tidak percaya padamu."     

Anya merasa sangat marah. Aiden yang dulu telah kembali lagi. Aiden hanya terlihat romantis dalam beberapa detik saja dan detik berikutnya, ia kembali dingin dan kejam.     

Namun, Anya takut untuk pergi ke rumah Aiden.     

Selama tiga hari berada di pulau itu, Anya tidak bisa tidur dengan nyenyak karena stamina Aiden dalam bercinta yang sangat luar biasa. Kemarin malam, begitu pulang ke rumah, Anya bisa beristirahat dengan tenang.     

Kalau hari ini ia pergi ke rumah Aiden, mungkin ia akan kelelahan lagi …     

Ia tidak mau mati di tempat tidur dengan alasan yang konyol.     

Anya terlihat kesal, tetapi berusaha untuk tersenyum ke arah Aiden. "Aku akan datang malam ini."     

"Senyummu terlihat sangat palsu. Kemampuan aktingmu sama sekali tidak berkembang!" Aiden mendekat ke arahnya dan membuat Anya terpojok di dinding kulkas lagi. Bibirnya menyentuh telinga Anya dan berbisik. "Tetapi kemampuanmu di tempat tidur sangat baik sekarang."     

"Kamu …" Anya merasa sangat marah dan malu.     

Memang benar, dulu Anya tidak memiliki stamina sehingga sering tertidur karena kelelahan.     

Namun, selama tiga hari terakhir ini, entah berapa kali pun Aiden ingin bercinta dengannya, Anya tetap bertahan dan menemaninya hingga akhir.     

Selama tiga hari terakhir, tubuh dan jiwanya telah terpuaskan.     

Selama tiga hari terakhir, hatinya yang hancur dan terluka tiba-tiba saja disembuhkan.     

"Aku akan pulang," Aiden menatap ke arah Anya.     

"Sana pergi," Anya merasa senang akhirnya Aiden akan pergi.     

"Cium," kata Aiden dengan serius, seolah Anya berhutang padanya.     

"Tidak ada cium-cium," Anya langsung menolak.     

"Aku tidak akan pergi tanpa ciuman," Aiden terus mendesak Anya dan mengendalikannya seperti ini. Hanya dengan seperti ini, ia bisa mendapatkan perhatian dari Anya.     

Anya benar-benar ingin Aiden cepat pergi.     

Akhirnya, ia melihat ke sekelilingnya dan begitu tahu tidak ada orang di sana, ia berjinjit untuk mengecup bibir Aiden sekilas.     

Tetapi ketika bibir Anya menyentuh bibir Aiden, tangan Aiden langsung memegang belakang kepala Anya dan memperdalam ciumannya.     

"Kak Nadine, di mana mama? Apakah mama sudah makan stroberi?" tanya Alisa.     

Suara Alisa terdengar dari ruang keluarga, membuat Anya panik.     

"Mama!"     

"Mama?"     

Nadine sudah menebak bahwa Anya mungkin sedang bersama dengan pamannya sehingga ia tidak mau Alisa menghancurkan kebersamaan mereka berdua. "Mama mungkin sudah makan stroberinya. Kamu bisa memakannya sendiri."     

Tetapi Alisa tidak memedulikan bujukan Nadine. Ia terus mencari Anya. "Mama, di mana?"     

Mendengar suara Alisa, Diana berkata dengan keras. "Mama mungkin sedang berada di dapur!"     

Diana sengaja mengatakannya dengan keras agar Anya bisa mengetahui bahwa Alisa sedang mencarinya dan tidak panik saat Alisa menemukan mereka.     

Tangan Anya mendorong tubuh Aiden. Ia benar-benar takut Alisa akan menemukan mereka dalam keadaan berciuman. "Aiden, Alisa datang ke sini …"     

Anya terlihat sangat malu dan panik, tetapi Aiden benar-benar tebal muka dan tidak tahu malu.     

"Apakah mama sedang mencuci piring di dapur? Alisa mau membantu!" suara Alisa membuat Anya merasa semakin kebingungan dan panik.     

Anya mendorong Aiden dengan seluruh kekuatannya. Tetapi ciuman Aiden di bibirnya semakin menggila. Ia sama sekali tidak memedulikan suara di luar pintu.     

Rasanya Anya ingin menangis. Jantungnya melompat begitu tinggi hingga hampir keluar dari tenggorokannya. Tatapannya tertuju ke arah pintu dapur, sambil mendengarkan suara dari luar.     

Ia bisa mendengar suara langkah kaki Alisa, diikuti suara langkah kaki Nadine yang mengejarnya. Itu artinya, bukan hanya Alisa saja yang datang, tetapi juga Nadine.     

Ia dan Aiden akan tertangkap basah!     

"Kak Nadine, jangan bersuara. Alisa mau mengejutkan mama!" Alisa berhenti di depan pintu dapur dan berbisikk pada Nadine.     

Dari bagian atas pintu yang terbuat dari kaca, Nadine bisa melihat pamannya dan bibinya sedang bersama-sama. Nadine merasa semakin panik dan menghentikan Alisa. "Alisa, tadi aku melihat mama pergi menuju ke taman. Ayo kita lihat ke sana."     

"Nenek bilang mama ada di dapur. Kita masuk dulu dan melihatnya," Alisa masuk ke dalam dapur dengan penasaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.