Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Dibakar



Dibakar

0"Apakah aku pernah bilang begitu? Aku hanya memintamu untuk menemaniku tidur, tidak lebih dari itu. Aku tidak akan melakukan apa pun padamu, tanpa seijinmu," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Kamu bohong. Aku tidak mau pergi bersamamu." Anya langsung menolak. Ia tidak mau mengirimkan dirinya sendiri ke depan kandang singa.     

"Setelah kamu pergi kemarin, aku tidak bisa tidur semalaman," Aiden mengatakannya dengan suara pelan, terlihat sedikit sedih.     

Diana baru saja mengambil stroberi dari tamannya dan mencucinya. Saat masuk ke dalam, ia melihat Aiden sedang mencuci piring. Sementara itu, Anya sedang berdiri di depan kulkas, mengobrol dengan Aiden.     

Diana langsung terlihat senang.     

"Ini ibu bawakan stroberi." Diana memberikan piring berisi stroberi pada Anya dan meninggalkan dapur.     

Anya mengambil satu buah dan memasukkannya ke dalam mulutnya. "Manis …"     

"Aku juga mau," kata Aiden.     

"Aku akan menyisakannya untukmu setelah kamu mencuci piring," Anya mengambil satu buah lagi dan hendak memasukkannya ke dalam mulutnya, tetapi Aiden langsung menghampirinya dan memakan buah yang ada di tangan Anya.     

Mata Anya terbelalak karena terkejut. Aiden mengambil kesempatan itu untuk mengecup bibir Anya, mengambil stroberi lain dan berkata dengan santai, "Benar, manis."     

Tidak tahu apa yang dimaksud Aiden manis, stroberi atau bibirnya.     

Anya merasa wajahnya panas. Aiden begitu tampan, membuat ia tidak bisa menahan diri.     

Bisa-bisa ia jatuh cinta lagi pada Aiden.     

"Aiden, bisakah kamu sedikit menjaga jarak? Apa hubungan kita sebenarnya? Kita sudah bercerai. Tidak seharusnya kita berpelukan atau berciuman," kata Anya dengan kesal.     

"Kamu adalah istriku," kata Aiden.     

"Dulu … Sekarang kita sudah bercerai," kata Anya.     

"Benarkah? Di mana surat cerainya? Tunjukkan kepadaku," jawab Aiden dengan tenang.     

Anya langsung membantahnya dengan kesal. "Aku sudah menandatangani surat cerai itu!"     

"Benarkah? Lalu di mana suratnya?"     

"Suratnya … Suratnya ada padamu …" Anya merasakan firasat buruk.     

"Aku sudah membakarnya saat aku sedang mabuk," jawab Aiden dengan santai, seolah ia tidak melakukan sesuatu yang serius.     

Apa yang ia katakan?     

Surat cerai itu sudah dibakar sebelum diberikan pada pengadilan?     

Jadi, apakah mereka masih suami istri?     

"Aku mencium istriku sendiri, apakah salah?" Setelah mencuci sebuah mangkuk, Aiden meletakkannya di samping Anya dan menyempatkan untuk mengecup bibirnya.     

"Aiden, bagaimana bisa kamu melakukan ini kepadaku?" Anya melotot dengan tajam.     

"Aku tidak menyerahkan surat cerai itu karena aku merasa sangat ragu. Suatu hari nanti, kalau kamu menemukan pria lain yang kamu sukai, aku akan mengujinya dulu. Kalau ia tidak lulus penilaianku, aku tidak akan menceraikanmu sehingga kamu tidak bisa menikah lagi. Kamu harus mendapatkan persetujuanku untuk menikah lagi," kata Aiden.     

"Oh? Lalu? Apakah aku harus berterima kasih padamu?" Anya mengambil sebuah stroberi dan menggigitnya dengan marah, seolah buah stroberi itu adalah Aiden.     

"Sama-sama …" Aiden tersenyum ke arah Anya.     

"Apakah Harris akan datang hari ini?" tanya Anya.     

"Ia akan datang untuk menjemputku dan mengembalikan kontrak kerjamu. Aku yakin kamu tidak ingin menandatangani kontrak pembatalan dengan Harris," goda Aiden.     

Begitu memikirkan mengenai semua jebakan yang Harris berikan kepadanya, Anya tidak berani menandatangani apa pun yang Harris berikan.     

Lebih baik ia menerima kontrak kerjanya itu dan langsung membuangnya.     

"Aku akan bekerja sampai kompetisi berakhir dan semua formula parfumku akan menjadi milik Iris," kata Anya.     

"Setelah kamu pergi, kamu bisa menjadi parfumeur. Nama Iris tidak akan berubah. Parfum yang kamu buat juga bisa dijual di Iris," Aiden membersihkan semua piring dan peralatan makan, kemudian ia mengambil lap untuk membersihkan cipratan air di meja.     

Aiden adalah orang yang sangat bersih dan rapi sehingga ia tidak tahan kalau ada sesuatu yang berantakan.     

Anya menatap Aiden melakukan pekerjaannya sambil melamun.     

Hari ini, ia tahu betul bahwa Aiden sengaja datang untuk mengusir Raka. Suasananya menjadi sangat canggung dan memalukan, tetapi Aiden melakukan semua itu karena takut Raka akan merebut Anya darinya.     

Ia tidak berniat untuk menyakiti hati Raka, tetapi ia tidak bisa kehilangan Anya.     

Oleh karena itu, ia harus melakukan apa pun untuk mendapatkan Anya kembali.     

Kalau dipikir-pikir, Aiden memang pria yang paling sempurna.     

"Aku tahu aku tampan, tetapi bisakah kamu tidak meneteskan air liur saat menatapku?" Aiden memegang pintu kulkas dengan satu tangannya, memerangkap tubuh mungil Anya dalam tubuhnya.     

Dengan punggung yang menempel di pintu kulkas, Anya hanya bisa menggunakan piring yang dibawanya untuk menghindari Aiden. Tidak ada tempat untuk bersembunyi.     

Tanpa sadar, Anya mengangkat tangannya untuk mengelap bibirnya. "Kamu bohong. Aku tidak ngiler!"     

"Benarkah?" Aiden menundukkan kepalanya dan menanamkan ciuman yang panas di bibir Anya. Perlahan ia memperdalam ciuman itu.     

Jantung Anya bergedup dengan sangat kencang saat Aiden menciumnya. Tangan Aiden mengambil piring yang ia bawa dan meletakkannya di atas meja, takut Anya akan menjatuhkan piring itu dan melukainya.     

Dengan tubuh Aiden yang besar, tubuh mungil Anya terlihat terbenam di dalamnya. Tangann besarnya memeluk pinggang Anya dan membawanya untuk mendekat.     

Anya merasa Aiden terlalu dekat dan masuk ke dalam areanya sehingga tanpa sadar tubuhnya menjadi kaku dan tangannya mendorong Aiden.     

Sudah dua tahun mereka berpisah, tetapi tiga hari terakhir ini, mereka menghabiskan waktu yang indah bersama-sama dan bahkan bercinta selama tiga hari dua malam.     

Tetapi itu saat mereka berada di pulau dan itu hanya akan menjadi kenangan untuk Anya.     

Selama tiga hari itu, Anya adalah milik Aiden dan Aiden adalah milik Anya.     

Setelah meninggalkan pulau, mereka kembali ke kehidupan masing-masing dan menjaga jarak mereka. Namun, Aiden tidak menepati janjinya untuk melepaskannya dan terus menerus masuk ke dalam kehidupannya.     

Anya merasa malu dan juga kesal. Ini adalah dapur ibunya. Bagaimana kalau ibunya masuk dan melihatnya? Bagaimana kalau Alisa yang masih kecil melihatnya?     

Anya berusaha untuk melepaskan diri, tetapi ada perbedaan kekuatan yang besar antara wanita dan pria. Tidak peduli seberapa besar kekuatan yang Anya gunakan, tidak ada gunanya. Aiden memegangi pinggangnya dengan erat sehingga tidak ada jarak yang memisahkan mereka.     

"Aiden …" Anya merasa napasnya semakin tersengal-sengal.     

Wajah Aiden terlihat sangat tenang, tetapi tatapannya semakin hangat. Menurut pendapatnya, ini adalah tempat yang tepat untuknya. Di sisi Anya.     

Bukankah memang seharusnya ia memeluk dan mencium istrinya?     

Tetapi Anya berpikir lain. Ia berusaha untuk memberi jarak di antara mereka, tetapi ia tidak berani bersuara terlalu keras karena takut orang lain akan tahu.     

Tangan kanannya bersandar di dada Aiden. Meski dihalangi oleh kemeja Aiden, Anya masih bisa merasakan detak jantung Aiden yang menggila.     

Pada akhirnya, Anya menguatkan tekadnya dan menggigit bibir bawah Aiden, agar Aiden melepaskannya.     

Tetapi gigitan itu malah membuat Aiden tersenyum. "Jelas-jelas kamu menyukai ciuman ini. Mengapa kamu harus menolak?"     

"Aiden, kamu tidak bisa melakukan ini. Kamu sudah janji setelah aku menemanimu selama tiga hari di pulau itu, kamu akan memberikan kebebasan kepadaku. Kita sudah bersenang-senang di pulau itu dan liburan itu sudah cukup untuk menjadi kenangan. Sekarang kita kembali ke rutinitas kita sehari-hari dan aku tidak mau terlibat denganmu. Terima kasih sudah datang untuk menemani Alisa hari ini. Ibuku sudah memasakkan makan siang untukmu. Anggap saja sudah lunas. Pulanglah," Anya langsung mengusir Aiden dengan terang-terangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.