Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Memasak



Memasak

0Anya langsung mendorong tubuh Aiden dan mengejar Raka. Meskipun saat ini ia sedang mengenakan gaun panjang, ia berusaha untuk berlari.     

"Raka …" Anya memanggilnya, membuat Raka menghentikan langkahnya.     

Raka berbalik dan memandang Anya sambil tersenyum. "Kamu sangat cantik mengenakan gaun putih itu. Aku pikir aku bisa berfoto denganmu hari ini."     

"Apakah kamu berfoto? Dengan menggunakan ponselmu?" tanya Anya. Ia benar-benar merasa tidak enak pada Raka. Memang Raka yang menawarkan bantuan, bukan Anya yang memintanya, tetapi tetap saja ia telah mengecewakan Raka dan membuatnya datang sia-sia hari ini.     

"Ibu bisa membantu kalian berfoto di depan," Diana langsung menawarkan diri untuk membantu mereka berfoto di depan, agar Aiden tidak melihat mereka.     

Anya dan Raka mengangguk, berfoto di bawah sebuah pohon di taman depan.     

"Biar aku lihat hasil fotonya," Anya mengambil ponselnya kembali dan melihatnya. "Hasilnya sangat bagus."     

"Aku akan menyimpannya baik-baik," jawab Raka dengan tenang.     

"Raka, aku benar-benar minta maaf. Aku sama sekali tidak tahu kalau Aiden akan datang," Anya mengambil inisiatif untuk meminta maaf.     

"Tidak apa-apa. Ketika bersamanya, kamu terlihat sangat senang. Senyummu terlihat tulus dari dalam hati," Raka mengingat kembali apa yang terjadi dua tahun lalu. "Apakah kamu akan kembali bersamanya?"     

"Sementara ini, aku tidak ingin memikirkan masalah itu. Aku ingin fokus pada kompetisi dan mencari orang tua kandungku. Dua tahun lalu, Keluarga Atmajaya menemukan adik kandung Nico dan melakukan tiga kali tes DNA. Orang itu adalah aku. Sehingga pada akhirnya, Aiden memutuskan untuk menceraikan aku. Begitu aku kembali ke Indonesia tahun ini, Keluarga Atmajaya memberitahuku bahwa mereka melakukan kesalahan dan menemukan adik kandung Nico yang sebenarnya," Anya tersenyum pahit. "Sepertinya aku benar-benar tidak beruntung."     

"Aku tidak menyangka kejadiannya seperti ini. Kalau kamu butuh bantuan untuk mencari orang tua kandungmu, jangan ragu untuk meminta padaku," kata Raka.     

"Aiden sudah menyelidikinya. Aku akan memberitahumu kalau aku butuh bantuan. Mengenai hari ini, aku benar-benar minta maaf," Anya mengulangi lagi permintaan maafnya.     

"Aku tidak datang dengan sia-sia. Aku mendapatkan foto yang sangat bagus," Raka mengangkat ponselnya.     

Anya tertawa melihatnya. "Aku tidak bisa mengantarmu pulang. Berhati-hatilah di jalan."     

"Kembalilah. Aku akan pulang," ketika Raka kembali ke mobilnya, Anya masih berdiri di depan pintu pagar, tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Raka.     

Senyum gadis itu masih sama seperti bunga yang mekar, tetapi senyum itu bukan lagi miliknya.     

Lima tahun lalu, ia telah melewatkan kesempatannya dan mengecewakan Anya.     

Dua tahun lalu, ia masih tidak bisa mendapatkan hati Anya.     

Sekarang, Anya sepertinya sudah menemukan kebahagiaannya sendiri. Dan Raka hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya.     

Setelah mengantar Raka, Anya kembali ke dalam dan melihat ibunya sedang memetik banyak sayuran.     

"Bu, mengapa ibu mengambil banyak sekali sayuran?" tanya Anya.     

"Setelah berfoto, ajak Aiden untuk makan malam di sini. Berkat bantuannya, ibu bisa kembali sehat. Ibu ingin berterima kasih padanya dengan membuatkan makan malam," kata Diana sambil tersenyum.     

"Mengapa ibu seperti ini? Barusan saat Raka pulang, ibu tidak memintaku untuk mengajaknya makan malam. Ibu sangat pilih kasih," kata Anya dengan sengaja.     

"Ibu memang pilih kasih. Bukannya ibu tidak menyukai Raka. Tetapi keluarga Raka tidak cocok untukmu. Keluarga Atmajaya berbeda. Tidak ada ibu tiri yang jahat. Semua anggota keluarganya memiliki kepribadian baik dan sayang padamu," kata Diana dengan santai.     

Anya hanya bisa menghela napas panjang. Tidak tahu bagaimana cara membalas kata-kata ibunya. "Aku akan pergi ke tempat Alisa. Hari ini ayahnya akan menjemputnya."     

"Secepat itu?" Diana merasa sedikit enggan.     

Biasanya ia selalu berada di rumah sendirian. Dengan adanya Alisa yang menemaninya, ia tidak terlalu kesepian.     

"Ibu bilang Alisa adalah anak orang lain. Tentu saja ayahnya akan menjemputnya nanti. Ibu kan punya anak sendiri. Aku akan menemani ibu nanti," Anya menyandarkan kepalanya di pundak ibunya dengan manja. "Ibu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Kita bisa bahagia berdua selamanya."     

"Dasar kamu sudah sebesar ini, masih bermanja-manja pada ibumu," kata Diana sambil tersenyum.     

Anya berpikir sejenak dan berkata, "Kalau ibu terlalu sibuk, kamu bisa meminta bantuan Bu Hana."     

"Tidak usah. Aku ingin memasak untuk menantuku hari ini," Diana bersikeras.     

"Aiden bukan menantu ibu. Aku sudah bercerai darinya dua tahun lalu."     

"Meski sudah bercerai, Aiden tetap akan menjadi menantuku. Nantinya …"     

"Terserah ibu saja lah. Kalian semua selalu membantunya. Tidak ada yang membela aku," Anya pergi dengan cemberut.     

Nadine dan Nico juga membela Aiden. Bahkan ibunya dan Esther juga mendukungnya untuk kembali bersama Aiden.     

Alisa yang masih kecil pun menyukai Aiden …     

Tidak disangka-sangka, pria dingin seperti Aiden bersedia untuk menemani Alisa dan bahkan memenuhi permintaannya untuk berfoto bersama.     

Ketika kembali ke taman, Aiden dan Alisa saling bergandengan dan berfoto bersama.     

"Mama, ayo ke sini!" melihat Anya yang datang, Alisa langsung berteriak dan melambaikan tangannya dengan senang.     

Pada siang hari, wajah Alisa semakin memerah karena terkena panas sinar matahari.     

"Alisa, ayo kita kembali. Nanti kamu sakit kalau terus berpanas-panasan," Anya menunjuk ke arah matahari yang ada tepat di atas mereka.     

"Alisa lelahhhh …" kata Alisa sambil berbaring di rerumputan.     

Nadine langsung menghampirinya dan menggendongnya. "Baju cantikmu nanti akan kotor."     

"Kak Nadine, aku mau pulang," Alisa menunjuk ke arah rumah.     

Nadine merasa kebingungan dan melihat barang-barang yang berserakan di bawah. Kalau ia mengantar Alisa masuk ke dalam rumah, bagaimana dengan barang-barang ini? Siapa yang akan membawanya?     

"Biar aku yang membereskan semuanya. Masuklah dulu," Anya menunduk dan membereskan baju-baju Alisa, dan perlengkapan foto mereka ke sebuah tas besar.     

Setelah selesai, saat ia hendak membawanya, tiba-tiba saja sebuah tangan besar terulur.     

"Biar aku yang membawanya," Aiden yang membawa tas tersebut untuk Anya.     

Anya tidak menolak. Sekarang ia sedang mengenakan gaun dan tidak mudah baginya untuk berjalan sambil membawa banyak barang.     

Fotografer mereka sudah pulang terlebih dahulu. Ia memiliki pekerjaan lain siang ini sehingga ia langsung pergi setelah mereka selesai.     

Nadine langsung mengajak Alisa ke lantai atas untuk mengganti pakaiannya. Anya juga merasa bahwa gaunnya mengganggu sehingga ia naik ke lantai atas.     

Diana sedang sibuk memasak di dapur. Aiden yang sudah meletakkan barang-barang di dalam, langsung melepaskan jasnya dan menggulung lengan kemejanya. Setelah itu ia memasuki dapur untuk menemui Diana.     

"Biar aku membantumu, ibu," kata Aiden dengan sopan.     

Ketika mendengar Aiden memanggilnya ibu, Diana tertawa bahagia. "Kalau begitu bantu aku mengupas bawang ini."     

Aiden langsung mengambil bawang tersebut dan mengupasnya dengan patuh.     

Setelah itu, ia membantu Diana untuk menata piring dan sendok garpu, seperti sedang berada di rumahnya sendiri.     

Anya kembali setelah mengganti pakaiannya. Ia mengenakan atasan berwarna putih dan celana jeans. Ia menguncir rambutnya sehingga terlihat bersih dan rapi.     

Ketika turun ke lantai bawah, Alisa melihat meja yang penuh dengan makanan. Ia langsung berteriak. "Wow, makanannya banyak sekali."     

Nadine mencubit hidung Alisa dengan gemas. "Gadis rakus, ayo cuci tanganmu dulu sebelum makan."     

"Baiklah!" Alisa menggandeng tangan Nadine dan mencuci tangan bersama-sama.     

Anya langsung memasuki dapur, ingin membantu ibunya. Tetapi ia melihat Aiden berada di dalam dan memasak.     

"Ibu menyuruh Aiden untuk memasak?" tanya Anya dengan terkejut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.