Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berfoto di Taman



Berfoto di Taman

0"Mama dan Alisa akan menikahi pangeran!" jawab Alisa dengan gembira.     

Ketika mendengar hal ini, Anya merasa canggung. Dalam hati, ia terus berkata bahwa ia tidak ingin menikah dengan Aiden lagi.     

Ia menatap Aiden dan kemudian berkata pada Alisa. "Sayang, Alisa saja yang menikah dengan pangeran. Mama tidak usah."     

"Mama, Alisa tidak mau berpisah dengan mama. Kalau kita menikah dengan pangeran bersama-sama, kita akan bersama selamanya." Alisa memegang tangan Anya dan memelas, "Mama …"     

"Putri Alisa tidak melupakan paman Raka kan?" Raka langsung berusaha untuk membantu Anya.     

"Paman Raka juga sangat tampan, tetapi Alisa hanya mau menikah dengan pangeran Alisa. Alisa menyukai paman tampan, jadi Alisa tidak bisa menikah denganmu. Maafkan aku!" Alisa membungkuk dengan hormat untuk menunjukkan permintaan maafnya.     

"Kalau begitu, biar paman Raka sama mama saja. Alisa dengan pangeran," kata Raka sambil menghampiri Anya, melindunginya di belakangnya.     

"Alisa …" bisik Aiden, seolah memberi isyarat pada Alisa.     

Walaupun Alisa masih sangat muda, ia adalah anak yang sangat cerdas. Aiden sudah bilang padanya sebelumnya bahwa ia bersedia menikahi Alisa asalkan ia bersama dengan ibunya. Dan Alisa sendiri juga tidak mau dipisahkan dengan ibunya.     

Melihat Raka seperti ingin merebut Anya, Alisa langsung berlari dan memeluk Anya. "Paman, mama memang sangat cantik. Alisa tahu paman juga menyukai mama. Tetapi mama sudah berjanji akan menikahi paman tampan bersama dengan Alisa. Paman tidak akan merebut mama kan?"     

Anya merasa marah dan melotot ke arah Aiden. Ia menumpahkan semua kekesalannya pada Aiden. "Aiden, jangan kelewatan."     

Aiden mengangkat tangannya dan melihat jam tangan di pergelangannya. "Anya, apakah kamu ingin membuang-buang waktuku seperti ini."     

"Aku tidak mengundangmu ke sini," kata Anya dengan wajah dingin pada Aiden.     

Aiden mengabaikan Anya dan menatap ke arah Alisa dengan lembut, "Tuan Putri kecilku, mama-mu berniat untuk mengusirku. Kalau begitu, biarkan Paman Raka saja yang berfoto denganmu. Aku akan pulang."     

"Jangan pergi. Biar Paman Raka yang pergi …" Alisa merasa panik hingga tanpa sadar mengusir Raka dari rumah mereka.     

"Alisa, Paman Raka adalah tamu mama. Kamu tidak boleh begini. Paman Aiden sibuk dan tidak punya waktu untuk kita. Biarkan dia pulang," kata Anya.     

Tetapi Alisa tetap memegangi tangan Aiden dengan erat, "Alisa menyukai paman tampan. Paman tampan meminjamkan kamarnya saat kita mau melihat kembang api. Paman tampan sangat baik pada Alisa. Alisa tidak mau paman tampan pergi."     

Anya merasa ia terlalu memanjakan Alisa sehingga Alisa berbuat seenaknya sendiri.     

"Semua salah mama. Mama yang tiba-tiba mengganti pangeran tanpa memberitahu Alisa," kata Alisa, terlihat kesal.     

Suasana di ruangan itu menjadi sangat canggung.     

Anya tidak tahu harus berbuat apa, sama halnya dengan Raka.     

Sementara itu, Aiden tidak berniat membantunya. Tujuannya sejak awal memang ingin mengusir Raka dari sana.     

Hari ini, pilihannya adalah antara ia atau Raka yang pergi.     

Alisa ingin ia tetap tinggal sementara Anya ingin mengusirnya. Aiden tahu Anya selalu memanjakan Alisa dan tidak akan bisa menolak permintaan Alisa …     

Anya pikir, menjadi orang tua adalah pekerjaan yang mudah. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Di saat-saat seperti ini, ia tidak tahu harus berbuat apa.     

Nadine akhirnya berusaha untuk menengahi dan menasihati Alisa. "Alisa, paman Raka adalah tamu. Bagaimana cara kita memperlakukan tamu?"     

"Dengan sopan," bisik Alisa. Kemudian, gadis kecil itu memandang ke arah Raka. "Paman, maafkan Alisa. Alisa tidak bermaksud. Tetapi Alisa ingin berfoto dengan pangeran."     

"Paman mengerti Alisa," kata Raka dengan sabar.     

"Mama, Paman Raka mengerti. Sekarang ayo kita berfoto," kata Alisa dengan bersemangat.     

Nadine menghela napas lega ketika melihat masalahnya terselesaikan. Ia langsung membawa barang-barang yang digunakan untuk properti foto menuju ke taman bunga.     

Ketika melihat Raka berdiri dengan canggung di pinggir, Nadine memanggilnya, berusaha untuk membuatnya tidak terlalu canggung. "Kak, bisakah aku minta tolong padamu?"     

Raka langsung menghampirinya dan membantunya untuk membawa semua barang-barang itu.     

Setelah fotografer datang, Nadine langsung menjadi asistennya, sementara Raka menjadi pembawa barang.     

Aiden menggandeng tangan Alisa, mengelilingi taman tersebut, mengambil foto di berbagai tempat.     

Alisa terus berputar-putar dan menunjukkan pose yang cantik, tetapi fotografer tersebut mencoba untuk memfoto interaksi antara Anya dan Aiden.     

Anya hanya bisa tersenyum dengan terpaksa dan memandang Raka dengan rasa bersalah.     

Ia benar-benar tidak tahu kalau akan jadi seperti ini.     

Raka membalas senyumannya, berusaha untuk mengatakan bahwa ia tidak keberatan.     

Sementara itu, Diana menyaksikan semua ini dari dalam rumah. Ia merasa sangat khawatir. Sepertinya, putrinya itu terlalu populer.     

Selama bertahun-tahun, perasaan Raka terhadap Anya masih belum berubah. Diana bisa melihatnya dari cara Raka menatap Anya.     

Namun, Keluarga Mahendra tidak menyukai Anya karena latar belakangnya dan Raka tidak akan bisa memberikan masa depan untuk Anya. Keluarga Mahendra tidak akan pernah menerima Anya dan Raka tidak bisa berbuat apa pun.     

Sebaliknya, Aiden berani melawan keluarganya meski pada awalnya Keluarga Atmajaya juga menolak kehadiran Anya.     

Diana merasa Aiden jauh lebih bisa melindungi Anya. Keluarga Atmajaya juga memiliki kekuatan dan kekayaan, mereka tidak membutuhkan pernikahan untuk memperkuat keluarga mereka. Mereka tidak membutuhkan seseorang dengan latar belakang yang hebat untuk membantu mereka.     

Ditambah lagi, Keluarga Atmajaya sudah menerima Anya dan menyayanginya.     

Hanya saja, Anya yang masih ragu-ragu.     

Fotografer yang datang untuk membantu mereka hari ini adalah teman Nico.     

Nico memberitahunya bahwa ia harus berusaha mengambil banyak foto Anya dan Aiden.     

Setelah mengambil beberapa foto, Alisa mulai berlarian di taman dan gaunnya sedikit robek karena tersangkut duri mawar. Oleh karena itu, Nadine langsung membawanya masuk ke dalam rumah untuk mengganti pakaiannya dengan yang baru.     

Fotografer tersebut langsung memanfaatkan kesempatan ini. Dengan adanya Alisa, ia kesulitan untuk mendapatkan foto antara Anya dan Aiden karena Alisa menjadi fokus utama dari foto ini.     

Sekarang, ia harus memanfaatkan kesempatan yang sangat singkat ini.     

"Tuan dan Nona, bunga-bunga di belakang Anda sangat indah, apakah Anda mau difoto?" tanya fotografer tersebut.     

"Aku tidak mau," Anya langsung menolak dan berbalik, berniat untuk pergi.     

Tetapi Aiden menarik tangannya, membuat Anya terjatuh ke dalam pelukannya.     

Aiden memandang Anya dengan penuh cinta, membuat dinding tinggi yang dibangun Anya untuk melindungi dirinya runtuh dalam sekejap.     

Dinding yang sudah dua tahun ia bangun dengan susah payah, harus runtuh hanya karena tatapan penuh cinta dari Aiden.     

"Apa yang kamu lakukan?" bisik Anya.     

Matahari menyinari tubuh mereka berdua, membuat mereka dilingkupi oleh cahaya yang hangat, terlihat sangat indah dan damai.     

"Kamu sangat cantik," Aiden menundukkan kepalanya dan mengecup bibir Anya.     

Fotografer tersebut langsung menekan kameranya berulang kali, khawatir akan melewatkan momen yang luar biasa ini.     

Melihat ekspresi di wajah Anya, Raka tahu ia sudah kalah.     

Tidak peduli berapa lama waktu sudah berlalu, Anya tidak akan pernah mencintainya lagi.     

Ia sudah melewatkan kesempatannya dulu dan hubungannya dengan Anya tidak akan bisa kembali seperti dulu.     

"Raka sudah pergi," bisik Aiden pada Anya ketika melihat Raka berbalik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.