Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pangeran dari Negeri Dongeng



Pangeran dari Negeri Dongeng

0"Paman, kembalikan kartu ATM-ku. Aku akan memberitahumu informasi penting," kata Nadine.     

Setelah kembali ke Indonesia, Aiden langsung menyita paspor dan kartu ATM-nya sebagai hukuman atas perbuatannya sehingga Nadine tidak punya uang sedikit pun. Ia hanya mendapatkan sedikit uang jajan setiap harinya dan itu tidak cukup.     

Ini adalah kesempatan yang sangat langka. Ia harus bisa mendapatkan kembali kartu ATM-nya!     

Alis Aiden terangkat. Matanya memandang Nadine dengan dingin. "Biar aku dengar dulu seberapa penting informasi yang kamu berikan."     

"Apakah kamu menolak untuk berfoto bersama dengan Alisa?" tanya Nadine.     

"Tidak …" Aiden memutuskan untuk berbohong, tidak memberitahu Nadine yang sebenarnya.     

Nadine mengedipkan matanya berulang kali, terlihat bingung. "Kamu tidak menolak? Benarkah? Lalu bagaimana bisa bibi meminta Raka untuk menggantikanmu? Aku dengar Raka dan Alisa sudah saling mengenal sebelumnya. Paman kamu berada dalam bahaya!"     

Aiden langsung menatap ke arah Nadine dengan serius.     

Ternyata, Anya tidak datang ke rumahnya karena ia sudah menemukan pengganti. "Apakah Raka pengangguran," cibir Aiden dengan kesal. Raka benar-benar telah merusak semua rencananya.     

"Raka adalah pria yang hangat dan ramah. Tidak seperti paman yang dingin seperti es di kutub utara," kata Nadine dengan sembarangan.     

Mulut Nadine memang sama seperti Nico, tidak ada filternya. Mereka selalu berbicara dulu sebelum berpikir.     

Aiden mengeluarkan kartu ATM milik Nadine dari laci meja kerjanya dan melemparkannya ke atas meja.     

Mata Nadine langsung berbinar dengan cerah. Ia langsung mengambil kartu tersebut, takut pamannya akan berubah pikiran kalau ia tidak cepat mengambilnya. "Paman, aku mendengar suara es yang meleleh …"     

"Besok kamu tidak perlu bekerja. Bantu Alisa untuk berganti baju dan make up. Beritahu aku ketika Raka tiba di rumah Anya," kata Aiden.     

Nadine langsung bersemangat, "Paman, apakah kamu akan datang besok?"     

"Aku adalah pangeran yang dipilih oleh Alisa. Aku akan menepati janjiku," Aiden menatap ke arah Nadine. "Kalau rencana besok berhasil, aku akan memberimu hadiah."     

"Hadiah apa? Aku miskin dan aku suka hadiah uang," kata Nadine dengan tidak tahu malu.     

Aiden langsung menyetujuinya.     

"Terima kasih, Paman. Aku akan berusaha sekuat tenaga agar bibi tidak direbut oleh sainganmu," Nadine mengambil kartu ATM-nya dan pergi dengan senang.     

Walaupun di dalam bank-nya tidak terlalu banyak uang, tetap saja uang itu adalah uang yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun.     

Sulit hidup tanpa uang!     

….     

Keesokan harinya, Nadine pergi ke rumah Anya pagi-pagi sekali.     

"Nadine, hari ini aku akan mengantar Alisa. Jadi aku tidak akan masuk kerja. Kamu bisa pergi dulu," kata Anya.     

"Hari ini aku juga libur, Bibi. Aku sudah bilang pada Shania dan Meli bahwa kita tidak bisa menjemputnya," jawab Nadine sambil tersenyum.     

Dengan bantuan Nadine, semua persiapannya berjalan dengan lancar.     

Setelah sarapan, mereka mulai menata rambut Alisa, mengganti pakaiannya dan merias wajahnya.     

Pada pukul sembilan pagi, Raka tiba di rumah Anya tepat waktu.     

Ia mengenakan setelan jas berwarna gelap hari ini, berdiri dengan tegap dan gagah di depan pintu.     

"Wow, Paman Raka. Hari ini kamu terlihat sangat tampan!" Alisa terlihat sangat senang saat melihat Raka.     

Raka menggendong Alisa sambil tersenyum. "Aku dengar Alisa akan mengambil foto pernikahanmu hari ini. Bolehkan paman minta beberapa fotonya?"     

"Tentu saja!" Alisa mengangguk dengan penuh semangat.     

"Alisa, bagaimana kalau Paman Raka saja yang menemani Alisa untuk foto?" tanya Anya.     

"Mama, Alisa ingin foto ketika pangeran datang," Alisa masih memikirkan mengenai Aiden.     

"Paman Raka juga pangeran yang datang dari negeri lain. Ia sangat menyukai Putri Alisa. Apakah kamu tidak mau memberinya kesempatan?" Anya berusaha untuk membujuknya dengan sabar.     

Alisa mengerucutkan bibirnya. "Apakah pangeran Alisa tidak bisa datang?"     

"Iya, Alisa. Maaf mama baru memberitahu Alisa sekarang. Paman Raka juga pangeran tampan dan sangat menyukai Alisa. Apakah Alisa mau berfoto dengannya?" bujuk Anya.     

"Untuk berfoto dengan Putri Alisa, hari ini paman memilih baju yang terbaik. Alisa, apakah rambut paman terlihat bagus hari ini?" Raka benar-benar berusaha keras hingga menata rambutnya dengan gaya pangeran yang ia lihat dari buku dongeng.     

Alisa langsung berlari ke dalam kamarnya dan mengambil buku dongengnya. Ia membandingkan Raka dengan pangeran yang berada di dalam buku dongeng itu dan menemukan bahwa keduanya sangat mirip.     

"Pangeran menggunakan dasi seperti ini," Alisa menunjuk ke arah buku dongengnya, di mana pangeran tidak mengenakan dasi biasa.     

"Dasi kupu-kupu. Apakah kamu punya dasi kupu-kupu?" Anya merasa panik dan bertanya pada Nadine, tetapi Nadine hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pasrah. Tiba-tiba, ia mendapatkan ide. "Aku akan meminta tolong Bu Hana."     

"Tunggu sebentar ya, sayang. Dasi pangeran akan segera tiba," kata Anya, menghibur Alisa dengan lembut.     

Alisa mengedipkan matanya berulang kali, terlihat sedih. Ia pikir ia bisa berfoto bersama dengan Aiden hari ini.     

Tetapi ternyata orang yang datang adalah Raka.     

Meski merasa sedikit kecewa, Alisa merasa bahwa Raka juga tampan dan memenuhi syarat untuk menjadi seorang pangeran. Akhirnya Alisa berusaha untuk menahan kesedihannya.     

"Alisa, paman membawakan hadiah untukmu. Paman harap kamu menyukainya," Raka memberikan sebuah kotak pada Alisa.     

"Apa itu?" tanya Alisa.     

"Coba buka dan lihatlah," kata Raka dengan misterius.     

Anya membantu Alisa untuk membuka pita dan kotak tersebut. Di dalamnya, terdapat sebuah mahkota yang sangat indah.     

"Wow, mahkota putri!" Alisa merasa sangat senang. Ia memeluk dan mencium pipi Raka.     

"Cantik sekali. Biar mama pasangkan untukmu," Anya mengeluarkan mahkota itu dari kotak dan memasangkannya di kepala Alisa dengan hati-hati.     

"Mama, apakah Alisa cantik?" Alisa sedikit mengangkat gaunnya dan bergaya seperti seorang putri. Ia berputar-putar, membuat gaunnya berkibaran.     

"Putri Alisa sangat cantik!" kata Anya sambil tersenyum.     

Saat mereka sedang bersenang-senang, tiba-tiba saja seorang tamu yang tidak diundang datang.     

Aiden mengenakan jas berwarna putih dan mengenakan dasi kupu-kupu di lehernya. Jas itu dirancang secara khusus untuknya sehingga terlihat sangat sempurna pada tubuhnya. Ia terlihat elegan, gagah dan luar biasa tampan …     

"Paman, mengapa kamu di sini?" Nadine berpura-pura tidak tahu kedatangan Aiden. Padahal, ia lah mata-mata yang Aiden susupkan di rumah Anya.     

"Aku sudah berjanji untuk foto dengan Alisa hari ini. Aku tidak pernah mengingkari janjiku," Aiden membawa sebuah buket bunga dan berjalan menuju ke arah Anya.     

Anya langsung mundur beberapa langkah, menatap Aiden dengan kebingungan.     

"Tuan Putri, terimalah lamaranku dan menikahlah denganku!" Aiden berlutut di hadapan Anya dan memberikan buket itu pada Anya.     

"Aiden, jangan cari masalah!" geram Anya. Ia merasa sangat malu.     

"Apakah kamu Tuan Putrinya? Aku membicarakan mengenai Tuan Putri Alisa. Di mana Tuan Putri Alisa?" kata Aiden dengan sengaja.     

Saat itu, Alisa sedang berada di dalam kamarnya, melihat mahkota yang baru saja ia dapatkan di cermin. Mendengar suara Aiden, ia langsung berlari keluar dari kamarnya.     

Ketika melihat Aiden sedang berlutut seperti pangeran yang ada di buku dongengnya, Alisa merasa sangat senang.     

"Mama, Alisa benar-benar mencintai pangeran. Alisa ingin menikah dengannya," Alisa melangkah maju dan menerima buket di tangan Aiden. "Alisa bersedia!"     

Nadine merasa sekujur tubuhnya bergidik dan bulu kuduknya berdiri.     

Semua ini sangat memalukan! Bagaimana semua orang bisa tahan melihatnya?     

"Alisa ingin apa?" tanya Aiden dengan sengaja.     

"Mama dan Alisa akan menikahi pangeran!" jawab Alisa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.