Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Melamar



Melamar

0"Aku sama sekali tidak khawatir. Kompetisi parfum membutuhkan kemampuan, bukan kepribadian. Tidak peduli orang macam seperti apa aku di mata mereka semua. Yang penting, apakah aku bisa membuat parfum atau tidak," kata Anya dengan tenang.     

Anya yang dulu terlalu sibuk untuk memikirkan pendapat orang lain terhadapnya.     

Tetapi ia sadar bahwa apa pun yang ia lakukan, ia tidak akan bisa memuaskan semua orang.     

Kalau begitu mengapa ia harus memikirkan perasaan orang lain?     

Di dunia ini, pasti akan ada orang yang membencinya.     

Sekarang, Anya sama sekali tidak peduli. Selama itu tidak merugikannya, Anya tidak akan memperdulikan apa yang orang-orang itu pikirkan dan katakan tentangnya.     

Nico mengangguk. "Benar apa yang bibi katakan. Kompetisi ini adalah tentang kemampuan seseorang."     

Anya tersenyum dan menundukkan kepalanya, lanjut menikmati makan malam yang sudah disiapkan oleh Hana.     

Saat makan, pikiran Anya kembali melayang pada saat mereka berlibur kemarin. Mereka memang baru saja pulang, tetapi Anya sudah merindukan liburan mereka di pulau itu.     

Mereka hanya menghabiskan tiga hari di pulau tersebut, tetapi tiga hari itu sudah cukup bagi Anya untuk mengingat kembali seluruh kebahagiaan dalam hidupnya.     

Tiga hari itu membuat Anya merasa seperti kembali ke kehidupannya yang dulu, saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidupnya..     

Tiga hari itu membuatnya kembali merasakan menjadi Anya yang dicintai oleh Aiden.     

Walaupun dari jendela rumah ini ia juga bisa melihat bunga iris, di pulau tersebut, ia bisa melihat pantai dan lautan di belakangnya. Ia bisa merasakan embusan angin laut yang menyapu wajahnya, membuatnya merasa tenang.     

Tidak ada masalah, tidak ada benar dan salah. Yang ada hanyalah kedamaian dan kebahagiaan …     

Hanya ada pasir pantai yang berkilauan seperti permata …     

Hanya ada bayangan pohon kelapa yang menari-nari di bawah teriknya matahari …     

Hanya ada air lautan yang jernih seperti kaca …     

Setelah makan malam, Anya mengatakan pada Aiden bahwa ia ingin kembali ke rumahnya.     

"Paman, aku juga akan pulang. Biar aku yang mengantar bibi pulang," Nico mengedipkan matanya ke arah Anya.     

"Kamu pasti lelah. Beristirahatlah, aku akan pulang. Terima kasih untuk beberapa hari ini. Aku sangat menikmati liburannya," Anya mengatakannya sambil menatap Aiden dengan hati-hati.     

Tanpa mengatakan apa pun, Aiden berdiri dan langsung naik ke lantai atas.     

Nico menatap pamannya dengan khawatir dan berbisik pada Anya, "Bibi, mengapa kamu tidak menginap saja di sini malam ini?"     

"Menginap hari ini? Lalu bagaimana dengan besok? Dan besoknya lagi? Lebih baik aku pulang …" kata Anya dengan suara pelan.     

Tubuh Aiden menjadi kaku mendengar kata-kata Anya. Sejak awal, Anya memang ingin pergi darinya dan menghindarinya.     

Tiga hari terakhir ini, Aiden sudah berusaha untuk meluluhkan hati Anya agar mau kembali kepadanya, tetapi hingga saat ini, Aiden tetap tidak bisa mempertahankan Anya.     

Anya ingin pergi darinya …     

Begitu melihat Aiden pergi dan menghilang dari tangga di lantai dua, Nico baru bisa menghela napas lega. Tanpa pengawasan Aiden, akhirnya ia berani membawa Anya pergi dari sana dan mengantarnya pulang.     

Di perjalanan pulang, Nico tidak bisa menahan dirinya untuk memohon. "Bibi, keluargaku sangat bersalah padamu dua tahun lalu, tetapi kami juga ditipu. Ketika kamu sedang hamil, kakek benar-benar senang dan bahkan tanpa sadar terus menyanyikan lagu anak-anak. Ibuku bahkan sudah membeli baju anak-anak dan tempat tidur untuk bayi," kata Nico. "Untuk melindungimu, kami tidak berani memberitahumu yang sebenarnya. Bibi belum pernah mengunjungi rumah Keluarga Atmajaya, kan? Kapan-kapan kalau bibi punya waktu, datanglah ke rumah."     

Nico terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia berhenti berbicara.     

"Mengapa aku harus datang ke sana …" bisik Anya.     

"Kakek membuat taman bermain di taman rumahnya untuk anak bibi. Di lantai dua, ada tempat khusus yang akan dijadikan untuk kamar dan tempat bermain anak bibi. Kakek membangunnya dua tahun yang lalu, sebelum berita itu menghancurkan kami semua. Seluruh Keluarga Atmajaya sudah siap untuk menyambut malaikat kecil itu. Tetapi pada akhirnya, kami harus memutuskan untuk merelakan anak tersebut berdasarkan tiga hasil tes DNA itu, karena tidak ingin ada hal buruk yang terjadi pada anak itu. Karena takut ada yang salah dengan tes itu, kami melakukannya sampai tiga kali, tetapi hasilnya tetap sama …" suara Nico menjadi semakin pelan.     

Anya bisa merasa matanya semakin panas. Ia mengangkat kepalanya dan menarik napas dalam-dalam, tetapi air mata tetap jatuh di wajahnya.     

"Bibi, paman sangat mencintaimu. Ia bukan orang yang mudah mencintai orang lain. Tetapi begitu mencintai satu orang, ia akan mencintainya seumur hidup. Tidak ada siapa pun selain bibi. Hanya ada bibi untuknya. Kalau bibi tidak mau kembali padanya, mungkin paman akan mati sendirian," lanjut Nico saat melihat Anya diam saja.     

"Aku sudah berjanji padanya aku akan memberi jawaban setelah kompetisinya berakhir," jawab Anya.     

"Oh," Nico langsung mendapatkan ide.     

Ini adalah bulan Maret dan kompetisi parfumnya dilaksanakan pada bulan Mei. Masih ada dua bulan tersisa.     

Ia akan merencanakan serangkaian cara agar pamannya bisa mengambil kembali hati bibinya. Ia tidak mau pamannya mati sendirian. Bukankah itu sangat menyedihkan?     

"Bagaimana hubunganmu dengan Tara? Sekarang, semua masalah tentangku sudah jelas. Tara sudah tidak perlu khawatir lagi. Apa yang terjadi padaku tidak akan terulang padanya. Seharusnya kamu menikah secepat mungkin. Kamu sudah semakin tua," kata Anya. "Kalau terus seperti ini, bisa-bisa kamu juga mati sendirian."     

Nico mengerucutkan bibirnya saat mendengar kata-katanya digunakan untuk menyerangnya.     

Memang benar karma itu ada …     

"Usia Tara 27 tahun dan aku 28 tahun. Kalau kita menikah sekarang, aku yakin kita bisa memiliki anak sebelum umur 30 tahun," kata Nico sambil menimbang-nimbang. "Aku akan segera melamarnya."     

Ketika mendengar bahwa Nico berniat untuk melamar Tara, Anya ikut merasa senang. Selama ini, ia merasa bersalah karena telah merusak hubungan Tara dan Nico.     

Menurutnya, Tara dan Nico memang sudah ditakdirkan bersama.     

Tetapi karena tragedi yang menimpa dirinya, Tara menjadi ragu terhadap hubungannya dengan Nico dan memilih untuk melarikan diri.     

Tara takut akan mengalami hal yang sama dengan Anya sehingga ia langsung memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Nico.     

Sekarang, semuanya sudah jelas …     

Apa yang terjadi dua tahun lalu adalah sebuah kesalahpahaman.     

Sebuah kesalahpahaman besar yang terjadi karena satu orang. Keara Pratama …     

Kesalahpahaman yang tidak akan Anya biarkan begitu saja.     

"Aku akan menjadi saksi di hari bahagia kalian," kata Anya sambil tersenyum.     

"Aku akan memberitahumu kapan aku akan melamarnya. Kalau Tara ragu-ragu, bibi harus membantuku. Sebenarnya, aku khawatir Tara akan menolakku sehingga aku tidak berani melamarnya," Nico berpura-pura terlihat sedih dan memelas untuk mendapatkan simpati Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.