Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Komentar Buruk



Komentar Buruk

0"Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu kembali padaku," bisik Aiden di telinga Anya. Tangannya masih memeluk pinggang Anya dengan erat dari belakang.     

"Aku tidak tahu. Aku tidak ingin memikirkan perasaanku sementara ini. Setelah aku membalas dendam untuk anakku, setelah aku menemukan orang tuaku, setelah aku memenangkan kompetisi parfum, setelah aku lelah bekerja dan ingin menikah … kalau di saat itu, kamu masih ingin denganku, aku akan kembali padamu," jawab Anya.     

"Hanya itu saja?" jawab Aiden sambil berpikir. Rasanya itu bukan hal yang terlalu sulit untuk Aiden.     

Orang-orang yang memisahkan mereka dan membunuh anak mereka adalah Keara dan Toni.     

Orang tua kandung Anya adalah Galih dan Indah Pratama.     

Dengan kemampuannya sendiri, Anya bisa memenangkan kompetisi parfum itu dengan mudah. Selama ia tidak gugup dan berusaha melakukan yang terbaik, Anya pasti bisa menang.     

Dan syarat yang terakhir, meski Aiden tidak tahu kapan Anya lelah bekerja dan ingin menikah, ia yakin bisa membujuk Anya dan meyakinkan Anya untuk menerima dirinya kembali.     

Kali ini, Aiden ingin memberikan pernikahan yang indah untuk Anya …     

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Anya berbalik dan memandang Aiden.     

"Aku bisa memberitahumu bahwa Keara dan Toni Srijaya yang melakukan semua ini. Alasan mengapa aku tidak melakukan apa pun karena aku khawatir akan mempengaruhi pencarian orang tuamu. Aku tidak memintamu untuk menjawab sekarang. Tetapi setelah kompetisi parfum berakhir, aku harap kamu bisa mempertimbangkan apakah kamu bersedia kembali padaku atau tidak," Aiden memutuskan untuk tidak terlalu mendesak Anya, memberi waktu bagi Anya untuk memikirkannya.     

"Baiklah kalau begitu," Anya mengangguk, "Maaf aku harus merepotkanmu untuk masalah orang tua kandungku."     

"Tidak perlu terlalu sopan padaku." Aiden mengelus kepala Anya dengan lembut. "Kalau kamu lapar, turunlah dan makan malam."     

Aiden menggandeng tangan Anya dan berjalan keluar dari ruang parfum itu menuju ke bawah.     

"Bu Hana, apa yang kamu masak hari ini? Aku lapar!" tiba-tiba saja, suara Nico terdengar dari bawah.     

Ketika mendengar suara ini, Anya langsung berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Aiden. Siapa yang tahu kalau Aiden malah memeganginya semakin erat.     

"Halo, Paman, Bibi. Kalian sudah pulang. Aku datang untuk menumpang makan. Apakah aku mengganggu?" Nico menyapa mereka sambil tersenyum dan kemudian pandangannya turun ke arah tangan Anya dan Aiden yang saling bertautan.     

Wajah Anya memerah dan kemudian memucat. "Lepaskan aku," bisik Anya pada Aiden sambil menggertakkan giginya.     

Namun, Aiden tidak menganggap gertakan Anya dan malah menjawab Nico dengan suara dingin, "Kamu mengganggu."     

Nico merasa enggan, tetapi akhirnya memutuskan untuk pergi. "Kalau begitu aku akan pergi," katanya dengan tatapan sedih.     

Anya langsung panik melihat Nico yang berbalik. Ia langsung berteriak dengan keras, "Nico, kita bisa makan bersama!" katanya, menghentikan langkah Nico.     

Nico berbalik dengan wajah yang gembira. Ia langsung berlari menuju ke arah meja makan dan duduk di kursinya dengan senang. "Terima kasih, Bibi!"     

Aiden hanya bisa pasrah kalau Anya berkata seperti itu. Ia memandang Nico dengan jijik. "Aku akan pergi ke luar negeri untuk menginspeksi kantor cabang. Kamu bertanggung jawab atas perusahaan di sini."     

"Paman, kamu mengatakannya seakan-akan aku tidak rajin bekerja. Aku sudah mengurusi semua masalah di perusahaan, baik yang kecil maupun yang besar, selama kamu pergi berlibur bersama dengan bibi. Aku lelah setengah mati," keluh Nico.     

"Kamu yang mengurusnya, atau Harris?" Aiden langsung membongkar omong kosong Nico.     

Anya tertawa mendengarnya. "Nico, sudah dua tahun aku tidak bertemu denganmu. Mengapa kamu masih seperti ini? Kapan kamu bisa belajar mandiri dan membiarkan Aiden istirahat."     

"Bibi, coba tanyakan pada paman, apakah ia mau beristirahat? Meski, Paman Ivan sama sekali tidak peduli dengan Atmajaya Group, dengan adanya aku dan Harris, Atmajaya Group tidak akan bangkrut. Tetapi paman khawatir dan tidak bisa berhenti bekerja. Paman memang dilahirkan untuk bekerja. Bibi saja yang membujuknya," kata Nico sambil menggelengkan kepalanya.     

Anya menatap ke arah Aiden dalam diam. Aiden bukan lahir untuk bekerja keras, tetapi karena alasan lain.     

"Ia tidak mau perusahaan Atmajaya Group jatuh ke tangan Ivan. Sebenarnya, dua tahun lalu, kami menemukan bahwa kematian nenekmu ada hubungannya dengan Ivan. Apakah kamu tidak bertanya-tanya mengapa ayahmu tidak melanjutkan penyelidikannya? Kakekmu melindungi Imel sehingga Aiden pun tidak bisa melakukan apa pun padanya. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mempertahankan Atmajaya Group. Kalau kamu tidak membantu pamanmu untuk menanggung beban itu, kamu tidak pantas untuk mengeluh," kata Anya.     

Nico tertegun mendengar cerita Anya. Ia tidak tahu menahu mengenai kematian neneknya. Ia menatap ke arah Aiden, "Paman, apakah benar yang bibi katakan?"     

"Heru juga mengetahui semuanya. Tetapi ia dan Imel memiliki hubungan yang dekat. Heru lebih setia pada Imel dibandingkan pada ayah. Ia tidak akan pernah mengkhianati Imel," Aiden menghela napas panjang. "Kakekmu sudah tua dan ia menginginkan teman untuk menemani masa tuanya. Sekarang, ia masih menginginkan Imel dan enggan melepaskannya. Sementara ini, aku tidak bisa melakukan apa pun padanya."     

"Kakek terlalu terobsesi dengan nafsu. Apa coba bagusnya Imel?" Nico terlihat kesal. "Aku bisa mengenalkannya pada wanita lain."     

Anya hanya tertawa kecil mendengar omelan Nico.     

"Imel memang benar-benar licik seperti rubah. Siapa yang berani merebut kakek darinya," kata Nico.     

"Kakekmu juga sama liciknya dan tidak mungkin akan kalah dari Imel," kata Anya setengah bercanda.     

Aiden tersedak mendengarnya. Nico pun tersenyum dan menggaruk kepalanya dengan canggung. "Bibi, jangan pernah mengatakannya di depan kakek. Simpan saja dalam hati."     

"Ups. Maafkan aku. Kutarik kembali kata-kataku tadi," kata Anya, menyadari bahwa ia telah mengucapkan hal yang tidak sopan.     

"Ngomong-ngomong, Raka sudah mengakhiri pertunangannya dengan Natali," kata Nico. "Tepat setelah berita liburan kalian tersebar di internet, tiba-tiba saja Raka mengumumkan bahwa ia sudah tidak bersama dengan Natali lagi. Sepertinya ia membantu bibi untuk mengurangi berita buruk."     

"Apa maksudnya?" tanya Anya dengan bingung.     

"Kami mengenal bibi, tetapi banyak orang yang tidak mengenal bibi. Karena mereka terlalu menyukai paman, banyak orang yang menganggap bibi sebagai musuh dan menyerang bibi di internet. Jangan terlalu pedulikan," kata Nico sambil memainkan ponselnya.     

Anya langsung mengeluarkan ponselnya dan membaca berita di internet.     

Ia menemukan bahwa berita berakhirnya pertunangan Raka dan Natali berada di puncak nomor satu, sementara liburan Aiden dan Anya berada di nomor dua.     

Anya melihat beberapa situs mengenai dirinya dan membaca komentarnya.     

"Katanya Anya hamil dua tahun lalu, tetapi ia membunuh anaknya dengan kejam."     

"Menurut desas-desus, anak itu adalah anaknya dan Raka."     

"Aku dengar, saat kuliah, ia bekerja di kelab malam. Ia mengenal banyak pria kaya dan mau melakukan apa pun untuk uang."     

"Ia tiba-tiba saja pergi ke luar negeri dan kembali menjadi sosok yang terkenal. Katanya ada orang kaya yang membiayai semua untuknya."     

"Ihh. Ia baru berusia 23 tahun tetapi sudah tidak perawan dan bahkan pernah hamil. Pasti orang kaya yang mau dengannya adalah om-om hidung belang."     

"Aku adalah pegawai Iris. Aku melihat bahwa kesehatan Anya kurang baik dan setiap hari ia minum banyak obat-obatan."     

"Wanita yang menggunakan tubuhnya untuk uang. Bagaimana bisa Aiden masih mau dengannya?"     

"Aiden, bangun! Jangan mau dibutakan lagi."     

"Jangan dilihat," Aiden mengambil ponsel Anya dan meletakkannya di atas meja.     

Anya hanya tersenyum tipis. "Aku tidak akan menganggapnya serius dan tidak memasukkannya ke dalam hati."     

"Kompetisi parfummu akan segera dilaksanakan. Tidak bagus kalau ada berita buruk seperti ini tentangmu. Aku sudah mengatur seseorang untuk menangani semuanya. Jangan khawatir," hibur Aiden.     

"Aku sama sekali tidak khawatir. Kompetisi parfum membutuhkan kemampuan, bukan kepribadian. Tidak peduli orang macam seperti apa aku di mata mereka semua. Yang penting, apakah aku bisa membuat parfum atau tidak," kata Anya dengan tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.