Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Aku Mencintaimu



Aku Mencintaimu

0"Paman, di mana Jonathan? Aku dengar Jonathan mengenal Anya dan sedang menitipkan Alisa pada Anya. Apakah kamu tidak mau menjemput Alisa?" tanya Keara.     

Mendengar hal ini, Toni langsung bertanya, "Apakah itu benar? Di mana anak itu sekarang?"     

"Di rumah ibunya Anya. Paman kan kakek Alisa. Apakah kamu akan menjemput Alisa dan membawanya pulang?" tanya Keara dengan sembarangan.     

"Tentu saja. Anak itu adalah cucuku. Aku akan menjemputnya. Tidak ada yang bisa menghalangiku," kata Toni. Meski demikian, bukan berarti Toni menyayangi Alisa. Ia hanya ingin memanfaatkan Alisa untuk mengabulkan permintaan Keara.     

Kalau Keara ingin menghancurkan liburan Aiden dan Anya, tentu saja ia akan membantunya dengan suka hati.     

"Paman, saat kamu keluar nanti, tolong tanyakan pada dokter kapan aku bisa keluar dari rumah sakit …" kata Keara dengan senang. Kalau Anya tahu tiba-tiba saja Toni menjemput Alisa, ia pasti akan langsung pulang dan mengakhiri liburannya dengan Aiden.     

Ia memang cerdas!     

"Sebelum aku ke sini, aku pergi ke kantor dokter tersebut dan mengatakan bahwa kamu setidaknya harus rawat inap selama satu minggu. Setelah dipastikan bahwa inseminasi buatannya berhasil, kamu baru bisa pulang dari rumah sakit. bertahanlah beberapa hari lagi. Aku akan meminta bibimu untuk membuatkanmu makanan yang enak," bujuk Toni.     

"Aku tidak mau makan. Minta pada dokternya agar aku bisa segera pulang."     

"Keara, kamu baru bisa pulang pada hari Senin," kata Toni. "Ngomong-ngomong, kamu punya banyak teman wanita. Kalau ada wanita yang cocok, tolong kenalkan pada Jonathan."     

"Pria duda yang sudah beranak? Aku rasa tidak ada temanku yang ingin berkenalan dengannya," kata Keara dengan malu.     

"Aku sudah meminta supirku untuk membawa Alisa dan membesarkannya. Katanya anaknya memiliki seorang anak lelaki yang seusia dengan Alisa. Ia bisa mengatakan bahwa Alisa dan anaknya adalah saudara kembar. Aku tidak akan membiarkan anak itu menghancurkan masa depan Jonathan. Tenang saja," kata Toni.     

"Baiklah kalau begitu. Ketika Jonathan kembali nanti, aku akan mengenalkannya pada temanku," jawab Keara dengan tersenyum.     

"Istirahatlah. Aku akan menjemput Alisa," setelah pergi, senyum di wajah Keara langsung menghilang.     

'Anya, berani-beraninya kamu ingin merebut pria yang aku cintai? Jangan harap kamu bisa mendapatkan Aiden.'     

….     

Sekitar pukul sembilan malam, Diana baru saja memandikan Alisa dan hendak tidur ketika ia mendengar suara bel pintu.     

Ia melihat ke arah monitor CCTV dan melihat pria yang tidak ia kenal.     

"Siapa yang Anda cari?" tanya Diana dengan hati-hati.     

"Selamat malam, saya supir dari Tuan Toni Srijaya. Saya mendapatkan perintah dari Tuan untuk menjemput Nona Alisa dan membawanya pulang," kata supir tersebut dengan hormat.     

"Tolong tunggu sebentar," Diana langsung menelepon Anya. "Anya, seseorang datang dan ingin menjemput Alisa. Apa yang harus aku lakukan?"     

"Siapa yang datang?" Anya teringat akan Fany Srijaya yang membakar semua anak perempuan di panti asuhan. Kalau Keluarga Srijaya membawa Alisa kembali ke rumah mereka, konsekuensinya tidak akan bisa dibayangkan.     

"Supir Keluarga Srijaya yang berada di depan rumah. Aku tidak tahu apakah ada seseorang yang berada di dalam mobil dengannya," jawab Diana.     

"Bu, Jonathan menitipkan Alisa padaku. Aku hanya bisa mengembalikan anak itu kepada ayahnya. Jangan buka pintunya. Aku akan segera menelepon Nadine. Ia tinggal di dekat sana dan bisa membantu ibu," kata Anya.     

"Jangan khawatir. Ibu bisa menanganinya sendiri," kata Diana sambil mengakhiri panggilan.     

Meski demikian, Anya tetap merasa tidak tenang. Ia langsung menelepon Nadine.     

"Apakah ada seseorang yang ingin menjemput Alisa?" tanya Aiden.     

"Iya. Aku akan meminta tolong Nadine agar mengusir orang tersebut," kata Anya. Pada saat yang bersamaan, Aiden langsung menelepon Harris, memintanya untuk ikut bersama dengan Nadine.     

Setelah mengakhiri panggilan, Anya menatap Aiden sambil tersenyum. "Mengapa? Kamu tidak percaya pada asistenku?"     

"Asistenmu tidak bisa diandalkan dan asistenku terlalu luar biasa dalam menangani masalah seperti ini," kata Aiden sambil balas tersenyum.     

Anya menghampiri Aiden dan berkata dengan serius. "Jangan salahkan Nadine. Ia merasa sangat bersalah saat tahu Keara telah memanfaatkannya untuk memisahkan kita dan membunuh anak kita. Nadine adalah anak yang baik. Mungkin memang ia bersalah. Tetapi orang yang benar-benar bersalah adalah orang-orang yang memanfaatkan kebaikannya."     

"Aku mengatur agar Nadine bekerja untukmu agar kamu menindasnya dan melampiaskan semua kemarahanmu, bukan untuk membuatmu luluh seperti ini," Aiden mengelus kepala Anya dengan lembut. Anya terlalu lembut dan baik hati.     

"Ia bekerja keras untukku dan bahkan menjadi mengantar jemputku ke Iris. Ia makan malam di rumahku, tetapi juga membantu untuk mencuci piring dan bersih-bersih. Di hari libur, ia membantuku untuk bekerja di taman ibu. Aku benar-benar tidak bisa menyalahkannya atas apa yang terjadi dua tahun lalu," Anya tahu betul siapa yang benar dan siapa yang salah. Ia tidak akan menghukum seseorang yang tidak berdosa.     

Orang-orang yang bersalah adalah dalang di balik semua ini. Dan Nadine, sebagai seseorang yang dimanfaatkan, juga merupakan korban.     

Apakah Maria, yang berusaha keras untuk mencari putrinya, bersalah?     

Apakah Aiden, yang mencintai dan memanjakannya tetapi terpaksa harus berpisah dengannya, bersalah?     

Apakah Nadine, yang polos dan baik hati sehingga dimanfaatkan orang lain, juga bersalah?     

Tidak!     

Anya merasa semua orang ini adalah korban, sama seperti dirinya. Meski ia merasa marah dan kesal atas apa yang mereka perbuat, Anya tidak bisa membenci mereka.     

Setelah kembali ke villa, Anya segera naik ke lantai atas untuk mandi sementara Aiden menuju ke ruang kerjanya dan mengurus masalah pekerjaan yang ia tinggalkan. Meski ia sedang berlibur, ia tidak bisa melepas seluruh pekerjaannya.     

Setelah mandi, Anya mengganti pakaiannya dengan sebuah piyama satin. Dengan handuk yang masih melingkar di lehernya, ia mencari Aiden.     

Ia berjalan menuju ke ruang kerja dan melihat ke dalam, melihat Aiden sedang sibuk.     

Namun, begitu mendengar suara dari pintu, Aiden mengangkat kepalanya dan melambaikan tangannya pada Anya.     

Anya menghampiri Aiden dengan patuh. Seperti dulu, ia duduk di kursi samping Aiden dan memberikan handuk yang ada di lehernya.     

Aiden menerima handuk tersebut dan membantu mengeringkan rambutnya dengan lembut sambil terus melanjutkan konferensi videonya.     

Setelah kursi Aiden berbalik, kamera dari laptopnya hanya bisa melihat punggung Anya. Selain rambut panjangnya yang indah dan bergelombang, orang-orang yang sedang rapat dengan Aiden tidak bisa melihat apa pun.     

"Minggirkan sedikit kursimu dan biarkan aku melihat ratumu," orang tersebut berbicara dengan bahasa Perancis. Anya yang pernah belajar di Perancis sedikit memahaminya.     

"Lakukan saja apa yang aku katakan. Aku akan mengirimkan undangan padamu saat aku menikah nanti," Aiden langsung mengakhiri panggilan.     

"Aku ingin memotong pendek rambutku. Apakah menurutmu aku cocok dengan rambut pendek?" tanya Anya.     

"Kamu cocok dengan rambut apa pun. Tetapi jangan potong terlalu pendek. Aku suka melihat rambutmu yang tergerai hingga ke pundakmu," kata Aiden dengan lembut.     

"Aku akan memotongnya sedikit di bawah pundak," Anya menoleh dan memandangnya. "Apakah kamu sibuk?"     

"Sudah selesai," Aiden meletakkan handuk tersebut, menggendong Anya dan kembali ke kamar.     

Anya merasa malu dan menyembunyikan wajahnya di dada Aiden. Saat ini, mereka kembali seperti dua tahun lalu, saat mereka masih suami istri. Dan hari sudah malam.     

Mereka tahu betul apa yang akan terjadi setelah ini …     

Aiden menunduk dan memandang Anya yang berada di dalam pelukannya dengan hati yang hangat.     

"Aiden, apakah kamu mencintaiku?" tanya Anya.     

"Aku mencintaimu."     

"Katakan sekali lagi," kata Anya sambil tersenyum.     

"Anya, ku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu," Aiden mengulanginya berulang kali.     

Setelah itu, Anya mengulurkan tangannya untuk memeluk leher Aiden dan mencium bibirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.