Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

72 Jam



72 Jam

0"Kasihan sekali bibi Indah. Ia dipaksa untuk menikah dengan suami saudaranya dan menjadi ibu tiri bagi Keara. Ditambah lagi, keluarganya menghalanginya untuk menemukan putri kandungnya dan bahkan membunuh putrinya itu. Apakah kita harus memberitahunya untuk berhenti membantu Keara dan Toni Srijaya?" tanya Anya dengan sedikit ragu.     

"Mengapa kamu ingin memberitahunya? Apakah kamu dekat dengan bibi Indah?" tanya Aiden.     

Anya mengedupkan matanya berulang kali dan berkata, "Aku tidak dekat dengannya. Tetapi aku merasa bahwa keluarganya sudah keterlaluan. Keara juga bukan anak yang baik. Sementara Bibi Indah terlihat sangat baik. Seharusnya ia mengetahui yang sebenarnya."     

"Mengapa ia harus mengetahui yang sebenarnya?" Aiden mengangkat cangkir tehnya yang ada di meja dan menyesapnya. Teh itu terasa pahit dan sulit untuk ditelan.     

Anya membuka bibirnya dan kemudian menutupnya lagi, terlihat kesulitan untuk menjawab. "Aku hanya berpikir bahwa bibi Indah adalah orang yang baik. Kita tidak bisa membiarkannya dibohongi seperti ini."     

"Bagaimana kamu bisa membuat bibi Indah lebih mempercayaimu dibandingkan keluarganya?" tanya Aiden dengan sabar sambil terus meminum tehnya.     

Dengan adanya Anya, tidak peduli seberapa pahit teh tersebut, ia akan terus menelannya.     

Mata Anya tiba-tiba berbinar saat memandang Aiden, "Kamu pasti punya rencana kan?"     

"Aku tidak suka ikut campur urusan orang lain," kata Aiden dengan acuh tak acuh.     

"Bibi Indah adalah wanita yang elegan dan sabar. Katanya kondisi kesehatannya sedang kurang baik sekarang. Aku rasa ia harus tahu yang sebenarnya. Bagaimana pun juga, ia telah kehilangan putrinya dania harus membalas dendam untuk putrinya itu," kata Anya.     

Mendengar hal itu, cangkir teh yang ada di tangan Aiden sedikit terguncang. "Bagaimana denganmu?"     

"Aku tidak akan memaafkan Keara," jawab Anya dengan tenang.     

"Bagaimana kamu akan membalasnya?"     

"Aku bukan orang yang bisa melanggar hukum. Aku tidak bisa mengadilinya sendiri. Tetapi aku punya rencana untuk membalas dendam padanya. Selama kamu tidak menghalangiku," selama ini, Anya mencurigai Mila. Setelah kembali ke Iris, ia yakin betul bahwa Mila telah menjadi tangan kanan Keara.     

Mila tidak tahu bahwa saat ini Anya telah mengetahui semua penyamarannya. Anya tetap akan ikut serta dalam kompetisi parfum meski ada mata-mata di dalam kantornya. Dua tahun lalu, Keara kalah karena Anya dan harus kehilangan mukanya di hadapan begitu banyak orang.     

Sebagai wanita dengan harga diri yang tinggi, Keara tidak terima kalau harus kalah dengan wanita yang dianggap tidak pantas dan tidak setara dengannya seperti Anya.     

Itu sebabnya, Anya yakin Keara akan memanfaatkan Mila untuk melakukan sesuatu.     

"Lakukan saja apa yang kamu mau. Kalau ada masalah yang menimpamu, kamu bisa bersembunyi di belakangku dan aku akan melindungimu. Tidak akan berani yang melakukan apa pun kepadamu," kata Aiden.     

Anya tersenyum tipis dan melanjutkan. "Aku akan membalas dendam padanya dan membiarkan Bibi Indah yang membereskan semuanya. Aku merasa Toni dan Keara bekerja sama. Toni lah yang menyingkirkan semua penghalang Keara dan membiarkan Keara menjadi satu-satunya pewaris. Keara juga mengetahui semuanya dan meminta bantuan padanya."     

"Benar. Seperti yang kamu katakan, untuk menjadikan Keara pewaris sulung, Toni bahkan berani membunuh anak kandung Indah. Dua tahun lalu, untuk memisahkan kita, Keara meminta bantuan Toni dan mengubah hasil tes DNA-mu. Pada akhirnya, kita harus bercerai dan kehilangan anak kita," Aiden tidak memberitahu Anya bahwa kemungkinan ia adalah putri dari Galih dan Indah.     

Hasil tes DNA dua tahun lalu telah dimanipulasi oleh Toni. Itu sebabnya, Toni dan Keara pasti sudah mengetahui identitas Anya yang sebenarnya.     

Sampel darah yang dites pada saat itu adalah milik Maria dan Indah. Hasilnya menunjukkan bahwa Anya adalah putri kandung Maria dan tidak berhubungan darah dengan Indah. Kalau benar Toni menukarnya, berarti sebenarnya Anya adalah putri kandung dari Indah.     

Itu artinya, dua tahun lalu, Keara sudah mengetahui bahwa Anya adalah saudaranya tetapi ia tetap mengubah hasil tes DNA nya.     

Tidak ada yang tahu mengapa Keara melakukannya. Apakah ia ingin kembali bersama dengan Aiden? Atau karena ia tidak ingin membagi harta warisannya dengan Anya yang notabene merupakan saudaranya?     

Anya tidak mengetahui semua ini dan Aiden tidak memberitahunya. Bagaimana ia bisa memberitahu Anya bahwa pamannya ingin membunuhnya dan saudaranya terus berusaha untuk mencelakainya?     

Harris bilang bahwa lebih baik melakukan tes DNA pada Anya dan Galih.     

Mudah untuk mengatakannya. Tetapi kalau sampai Toni tahu, ia bisa melakukan apa pun untuk menyingkirkan Anya lagi …     

Dua puluh tahun yang lalu, hanya karena ia curiga bahwa Anya bersembunyi di antara anak perempuan di panti asuhan, Toni membakar semua anak perempuan yang tidak bersalah itu tanpa ampun.     

Aiden tidak mau kalau sampai hal seperti itu terjadi pada Anya …     

"Selama bertahun-tahun, Bibi Indah terus berusaha mencari putrinya. Mungkin kita harus memberitahu berita ini pada orang-orang yang membantunya mencari putrinya," kata Anya.     

Aiden tidak menjawabnya. Ia hanya mengirimkan sebuah pesan dengan ponselnya dan kemudian mengajak Anya berjalan-jalan di luar, melupakan masalah ini sejenak.     

Matahari perlahan tenggelam dan hari berganti menjadi malam. Angin mulai bertiup, membuat udaranya tidak lagi sepanas sebelumnya.     

Anya berjalan-jalan di pantai, di atas pasir dengan kaki telanjang. Pasir-pasir tersebut membuat kakinya terasa seperti digelitik.     

Di kejauhan, matahari yang terbenam membuat warna lautan menjadi keemasan.     

"Apakah kamu ingin bermain air?" Aiden mengulurkan tangannya.     

Anya berpikir sejenak. Ia takut untuk menyambut uluran tangan tersebut.     

Tetapi ia sudah berjanji akan menemani Aiden selama tiga hari. Apa salahnya menikmati tiga hari itu?     

Setelah mereka menikah dulu, mereka tidak sempat bulan madu. Aiden berjanji akan membawanya pergi liburan.     

Musim semi di Jepang, melihat bunga-bunga sakura. Musim panas di Maldives, menyelam dan melihat lautan. Musim gugur di Korea, melihat daun-daun berguguran. Dan Musim dingin di Swiss, membuat boneka salju bersama-sama.     

Namun, satu-satunya yang bisa mereka lakukan tahun lalu adalah menghabiskan hari Natal di bawah gerimis hujan.     

Anya juga ingin menghabiskan waktu bersama dengan Aiden. Meski hanya tiga hari saja, ia ingin merasakan kebahagiaan bersama dengan Aiden.     

Anya tersenyum dan menyambut uluran tangan Aiden. Tangan mereka bertautan dengan erat saat kaki mereka melangkah menuju ke lautan.     

Dua tahun terakhir, Anya tidak sempat istirahat atau pun bersenang-senang.     

Ia menghabiskan semua waktunya untuk belajar dan bekerja. Begitu pulang ke Indonesia, ia langsung kembali ke Iris untuk bekerja.     

Jarang-jarang ia bisa menghabiskan waktu di pulau terpencil seperti ini, menikmati alam dan kebebasan.     

Tidak jauh dari sana, ia melihat sebuah kedai kelapa.     

"Aiden, aku ingin buah kelapa!" Anya langsung berteriak dengan semangat begitu melihatnya.     

Setelah Anya mengatakan bahwa tiga hari ini ia akan menemaninya, Aiden seperti menciptakan ilusi di dalam benaknya, membayangkan bahwa Anya adalah istri kecilnya yang naif dan kekanakan seperti dua tahun lalu.     

Anya juga membayangkan bahwa ini adalah liburannya dengan Aiden yang belum sempat ia wujudkan dulu. Ia adalah Anya yang naif seperti dua tahun lalu, Anya yang bodoh dan tidak tahu apa-apa.     

Biarkan ia menikmati tiga harinya dan melupakan dendamnya.     

Hanya tiga hari saja …     

Setelah itu, ia akan kembali ke kehidupannya. Ia akan kembali menjadi Anya yang telah kehilangan semuanya. Ia kembali menjadi Anya yang ingin membalas dendam untuk kematian anaknya …     

Melihat Anya berhenti menolaknya dan memutuskan untuk menikmati tiga hari ini, Aiden merasa sangat senang.     

"Ayo kita beli buah kelapa!" sambil menggandeng tangan Anya, Aiden berjalan menuju ke arah kedai tersebut dan membeli sebuah kelapa dengan dua sedotan.     

Anya dan Aiden mendekatkan wajah mereka ke sedotan tersebut dan membuat dahi mereka saling bersentuhan. Anya tersenyum dan berkata, "Aku hitung sampai tiga, kita akan balapan menghabiskannya. Satu, dua, tiga …"     

Dalam waktu singkat, kelapa itu habis bersih, membuat mereka tertawa.     

Setelah itu, mereka kembali berjalan-jalan di pinggir pantai. Melihat lautan yang begitu luas, Anya merasa suasana hatinya menjadi jauh lebih tenang.     

Sejak menggandeng tangan Anya, Aiden tidak banyak berbicara.     

Ia hanya menggenggam tangan Anya dengan erat, seolah dengan melakukannya ia tidak akan pernah kehilangan Anya.     

Tetapi Anya tahu betul, meski jari-jari mereka bertautan dengan erat, mereka tidak akan bisa bertahan selamanya.     

Mereka bisa berbahagia dan menikmati waktu mereka bersama-sama.     

Hanya tiga hari saja …     

72 jam …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.