Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pantai



Pantai

0Kaki mereka melangkah menuju ke arah lautan. Setiap kali ombak bergulung, Aiden akan menggendong Anya agar sekujur tubuhnya tidak basah. Dan setelah ombak itu selesai lewat, ia akan menurunkannya kembali.     

Meski permainan mereka sederhana, Anya merasa sangat senang.     

Ombak selanjutnya mulai datang, lebih besar dari sebelumnya.     

Anya langsung memeluk Aiden dengan erat, "Gendong aku!"     

Aiden langsung membalas pelukannya dan mengangkatnya dari tanah, "Tubuh sebesar ini mengapa bisa sangat ringan? Kamu harus menjaga kesehatanmu."     

"Aku akan menjadi parfumeur nanti. Mana mungkin aku bisa bekerja tanpa tubuh yang sehat? jangan khawatir, aku akan menjaga diriku sendiri," kata Anya sambil tersenyum. Kemudian, ia menepuk pundak Aiden, memberi isyarat agar Aiden menurunkannya.     

Aiden langsung menurunkannya ke tanah dengan lembut, "Malam ini ada pesta api unggun. Apakah kamu ingin melihat-lihat?"     

"Pesta api unggun? Tentu saja!" mata Anya berbinar.     

"Ayo kita kesana," saat berbincang-bincang, mereka tidak sadar bahwa ombak lain mulai bergulung. Aiden langsung memeluk Anya dan menggendongnya, kemudian bergegas lari dari tempat tersebut. Sementara Anya memeluk leher Aiden dengan erat dan berteriak dengan gembira, "Ayo cepat lari!"     

Mereka berlari cukup jauh, menghindari ombak yang besar. Namun, tiba-tiba saja pandangan Aiden menjadi kabur dan membuatnya terjatuh di atas pasir bersama dengan Anya yang berada dalam gendongannya.     

"Apakah kamu baik-baik saja? aku berlari terlalu cepat dan tidak memperhatikan langkahku," Aiden berusaha mencari alasan.     

"Tidak apa-apa. Pasirnya lembut sehingga tidak sakit." Anya berbaring di atas pasir dengan lengan Aiden sebagai sandarannya. Tatapannya tertuju ke langit di atasnya. "Lihatlah, apa itu bintang?"     

"Ketika langit gelap nanti, lebih banyak bintang akan bermunculan," jawab Aiden.     

Anya memejamkan matanya dan mendengarkan suara ombak yang berdesir. Tidak pernah ia merasa setenang dan sedamai ini sebelumnya.     

Mereka berbaring di pantai tersebut hingga suara musik terdengar dari alun-alun pulau tersebut. Sepertinya, pesta api unggunnya sudah dimulai.     

Ketika mereka tiba di sana, tempat tersebut sudah penuh dengan orang-orang. Mereka membentuk sebuah lingkaran yang mengelilingi api unggun, bergandengan sambil menari-nari, mengikuti alunan musik.     

"Ternyata ada banyak orang di pulau ini …" Anya tidak menyangka pesta api unggun di pulau kecil ini akan begitu ramai.     

"Malam ini, semua penduduk dan juga turis berkumpul di sini. Tidak setiap hari mereka bisa menikmati pesta api unggun sehingga banyak orang yang datang untuk ikut mengaguminya," Aiden tertawa kecil.     

Kembang api yang sangat indah bermekaran di atas langit, seperti sebuah meteor. Pada saat kembang api itu menghiasi langit, Anya memandang ke arah langit, sementara Aiden memandang sisi wajah Anya. cahaya berwarna-warni terpantul di wajahnya, membuat Anya sangat cantik seperti malaikat.     

Cahaya yang Anya pancarkan terlihat jauh berbeda dari orang lain. Anya seperti bintang yang paling besar dan paling indah di langit …     

Setelah kembang api itu berakhir, orang-orang kembali mengelilingi api unggun. Kali ini, beberapa turis memberanikan diri untuk ikut.     

"Ayo, kita ikut menari," Anya langsung menarik tangan Aiden menuju ke arah api unggun.     

Mereka tidak bisa terlalu dekat dengan api unggun itu karena terlalu banyak orang, tetapi mereka akhirnya bergabung dengan orang-orang untuk membentuk sebuah lingkaran besar.     

Beberapa pengawal Aiden ikut serta, khawatir akan terjadi sesuatu di tengah kerumunan seperti ini.     

Setelah menari beberapa saat, Anya mencium aroma makanan tidak jauh dari sana. Menari memang membuat lelah dan lapar. "Apakah kamu mencium aroma ini?"     

"Aroma daging panggang di sana," Aiden tertawa kecil melihat Anya yang rakus seperti anak kecil.     

"Boleh aku mencicipinya? Aku tidak akan makan banyak," Anya meminta pada Aiden dengan memelas.     

Aiden melihat ke arah kios tersebut, tidak terlalu jauh dari api unggun. Beberapa chef dengan pakaian putih bekerja sama untuk memanggang daging yang sangat besar.     

Selain Anya, turis-turis lain yang berlibur di pulau ini juga mengantri untuk mencoba daging khas pulau ini.     

Di sisi lain, terdapat sebuah kios dengan berbagai buah-buahan segar, salad, dan makanan penutup yang bisa dinikmati sesuka hati.     

"Banyak yang mengantri. Kalau kita tidak ke sana sekarang, kita tidak akan kebagian," kata Anya dengan cemas.     

Aiden langsung menyuruh seseorang untuk mengantri untuk mereka. Setelah menunggu beberapa saat, chef tersebut akhirnya selesai memasaknya.     

Tidak disangka, chef tersebut secara pribadi datang sendiri untuk mengantarkan daging panggang itu kepadanya.     

"Terima kasih. Aku sangat senang hari ini," Anya terlihat seperti anak kecil yang sangat puas setelah bermain.     

Seharian ini, Aiden menemaninya dan memanjakannya. Aiden benar-benar ingin mencintai Anya dan melindunginya seumur hidupnya, tetapi mereka hanya bisa bersama selama tiga hari.     

Tiga hari ini, Aiden akan berusaha sekuat tenaga untuk mengambil hati Anya …     

Anya mencicipi daging panggang yang ada di piringnya dengan gembira. Meski ia mendapatkan daging panggang dalam ukuran besar, sesuai janjinya pada Aiden, ia hanya mencoba beberapa potong dan kemudian memberikannya kepada Aiden. Aiden langsung memberikannya pada para pengawalnya.     

Setelah itu, mereka mencari tempat duduk untuk beristirahat.     

Aiden pergi untuk sesaat, mengambilkan sebuah yogurt untuk Anya. Anya menerimanya dan langsung meminumnya perlahan.     

Sambil meminumnya, matanya terus memandang ke arah kejauhan, di mana api unggun itu berkobar dengan liar.     

Apinya yang cemerlang terus naik semakin tinggi, membuat langit malam terlihat terang seperti siang.     

Cahaya dari api itu terpancar di wajah Anya. Begitu hangat, damai dan indah …     

Lama-lama, Aiden merasa kehilangan kendali atas pikirannya.     

"Yogurt-nya enak, seperti yang aku minum saat masih kecil," Anya melihat ke arah bungkusan yogurt tersebut.     

"Biar aku coba," Aiden mengangkat dagu Anya dengan lembut dan mengulum bibirnya.     

Anya hanya bisa mengedipkan matanya berulang kali. Apakah ini cara terbaru untuk mencicipi yogurt?     

"Iya benar," kata Aiden dengan serius.     

Wajah Anya memerah, tetapi ia berusaha untuk menenangkan detak jantungnya yang semakin menggila. "Apa rasanya?" tanya Anya dengan berpura-pura tenang.     

"Manis," wajah Aiden tidak memerah seperti Anya. Ia terlihat sama seperti biasanya. Tetapi tidak ada yang tahu bahwa jantungnya juga berdegup dengan kencang.     

Anya merasa wajahnya semakin panas.     

Bagaimana bisa rasa yogurt manis? Apa yang sebenarnya Aiden bicarakan?     

Apakah maksud Aiden bibirnya yang manis?     

Sudah dua tahun mereka tidak bertemu, tetapi Aiden telah berubah drastis. Aiden yang dulu tidak akan bisa bermulut manis seperti ini. Apakah Nico yang mengajarinya?     

Mereka kembali menikmati musik dan api unggun. Hingga lagu pun berakhir. Semua orang saling bergandengan tangan seolah ingin mengunci pesta api unggun ini di hati mereka.     

Dari kejauhan, Aiden bisa melihat cahaya dari kamera dan menyadari bahwa ada seseorang yang memotret kebersamaannya dengan Anya.     

Mungkin orang tersebut juga memotret ciuman mereka …     

Namun, Anya sama sekali tidak tahu bahwa di tengah pesta api unggun yang begitu ramai tersebut, akan ada seseorang yang mengenali mereka.     

"Tuan, apakah Anda ingin menghentikannya?" pengawal Aiden juga melihat orang yang diam-diam memotret mereka dan bertanya pada Aiden apakah Aiden ingin menangkap orang tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.