Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pulau



Pulau

0"Apa?" Anya terkejut dan melihat ke sekelilingnya. "Apakah kita tersesat di tengah hutan?"     

"Sinyalnya tidak bagus di sini dan aku tidak tahu seberapa jauh jalan keluarnya," Aiden mengangkat ponselnya, tetapi ponsel tersebut tidak tersambung dengan jaringan.     

Anya langsung mengeluarkan ponsel dari tasnya. Benar saja, ponselnya juga tidak mendapatkan jaringan sama sekali.     

"Aiden, bukankah kamu pria yang cerdas? Bagaimana bisa kamu tidak sadar bahwa bensinnya habis? Dan bagaimana bisa kamu salah jalan?" tanya Anya dengan panik.     

"Suasana hatiku sedang buruk," kata Aiden.     

'….' Anya langsung berhenti mengomel karena kata-kata Aiden. Apakah itu artinya ini adalah kesalahannya?     

Anya telah membuat suasana hati Aiden memburuk, sehingga Aiden menyetir dengan sangat kencang dan salah mengambil jalan. Sekarang mereka harus terjebak di tengah hutan belantara tanpa bisa keluar.     

Semua ini adalah kesalahannya?     

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Anya dengan suara lemah.     

"Menunggu bantuan," Aiden bersandar di kursinya dan menutup matanya.     

"Bagaimana cara orang-orang bisa menemukan kita kalau kita terjebak di sini? Bukankah ponsel kita tidak ada sinyal?" tanya Anya dengan cemas.     

"Kalau kita terjebak dan tidak ada yang bisa menghubungiku, Harris akan tahu cara menemukanku. Bersabarlah," Aiden terlihat sangat tenang.     

Namun, Anya tidak seyakin Aiden. Ia tidak meragukan kemampuan Harris, tetapi sekarang mereka terjebak di tempat tanpa sinyal. Bagaimana Harris bisa menemukan mereka?"     

"Perutku sakit. Aku perlu ke kamar kecil," kemarin malam, Anya makan nasi padang dalam porsi besar dan sekarang perutnya terus berbunyi.     

Aiden melihat ke arah rerumputan di luar jendela dan memberikan air serta tisu pada Anya. "Pergilah ke sana."     

"Aku … Aku takut sendirian," Anya tidak berani pergi ke luar sendirian. Bagaimana kalau ia semakin tersesat dan terpisah dari Aiden.     

"Kamu masih mau makan masakan padang lagi?" ancam Aiden.     

"Masih," jawab Anya dengan serius. Meski ia sakit perut sekali pun, mana bisa ia hidup selamanya tanpa makan masakan padang?     

Aiden mendengus dengan dingin, "Pergilah sendiri! Atau tahan!"     

"Perutku benar-benar sakit," Anya memegangi perutnya dan bibirnya terlihat memucat.     

"Aku tanya sekali lagi, apakah kamu masih mau makan masakan padang lagi?" tanya Aiden lagi.     

"Kalau aku jawab tidak, itu sama saja dengan bohong! Beri aku syarat lain. Aku tidak bisa hidup tanpa masakan padang!" teriak Anya dengan kesal.     

Aiden berpikir sejenak dan kemudian menemukan permintaan lain, "Panggil aku suamimu."     

"Apakah harus?" Anya tidak punya tenaga untuk membantah lagi.     

Pada saat yang bersamaan, bunyi baling-baling helikopter terdengar dari atas. Helikopter yang dikirimkan oleh Harris telah menjemput mereka.     

Aiden menatap ke arah Anya, "Helikopter itu datang untuk menjemputku."     

"Lalu, apakah kamu akan meninggalkan aku kalau aku tidak menuruti permintaanmu?" tanya Anya.     

"Hmm …" Aiden membuka pintu mobilnya dan keluar.     

Anya hanya bisa menggigit bibirnya dengan panik dan memutuskan untuk menuruti Aiden. Lagi pula, memanggil Aiden dengan sebutan 'suamiku' tidak akan membuatnya kehilangan apa pun.     

"Suamiku, suamiku, suamiku …" Ia tidak mau ditinggalkan sendirian di tempat ini. Tidak seperti Aiden yang memiliki Harris, kalau ia sendirian di sana, ia tidak akan pernah bisa pulang.     

Ia bisa melihat suasana hati Aiden benar-benar buruk sehingga mereka terjebak seperti ini.     

Mungkin saja, Aiden benar-benar akan meninggalkannya sendirian karena begitu kesal padanya …     

Dulu saja, Aiden pernah meninggalkannya di tengah jalan karena sedang marah.     

"Apa yang kamu katakan? Suara helikopternya terlalu keras. Aku tidak bisa mendengarmu," kata Aiden dengan sengaja.     

Anya membuka pintu mobilnya dan mengejar Aiden. "Suamiku, suamiku, suamiku …"     

Aiden mengangguk dengan puas.     

Sebuah tangga yang terbuat dari tali diturunkan dari helikopter dan seorang pengawal Aiden yang mengenakan pakaian berwarna serba hitam turun sambil membawa jerigen berisi bensin. Selain itu, ia membawa sesuatu yang lainnya di punggungnya.     

"Ia akan mengisi bensinnya di sini?" tanya Anya.     

"Tidak. Aku akan naik ke atas," teriak Aiden.     

"Aku juga harus menaiki tangga itu?" Anya melihat tangga yang bergelantungan dan merasa bahwa tidak mungkin ia bisa naik sendiri.     

Pada saat itu, pengawal Aiden memberikan sebuah jaring yang tersampir di punggungnya. "Tuan, Asisten Harris meminta saya untuk membawa jaring ini agar Anda bisa membantu Nyonya naik ke atas," kata pengawal tersebut sambil meletakkan jerigen yang dibawanya.     

Aiden melihat ke sekelilingnya. Mereka sedang berada di tengah hutan dan helikopternya tidak bisa mendarat. Aiden bisa saja memanjat tangga itu dengan mudah, tetapi Anya ketakutan dan ia juga sedang sakit perut.     

Selain itu, tubuh Anya cukup kurus sehingga mudah saja bagi Aiden untuk mengangkatnya.     

"Apakah kamu mau memanjat? Atau aku akan mengangkatmu dengan jaring itu?" tanya Aiden.     

Anya melihat ke arah tangga yang terus bergoyang-goyang. Meski helikopter tersebut sudah berusaha untuk turun serendah mungkin, tetap saja Anya tidak bisa naik sendiri.     

"Tolong bantu aku," kata Anya dengan ketakutan.     

Aiden tersenyum dan mulai menaiki tangga secara perlahan sambil membantu Anya. Ia merasa senang karena Anya mau bergantung padanya.     

Ketika mereka hampir saja tiba di atas, Aiden merasakan rasa sakit yang menusuk di kepalanya. Ia naik ke atas tanpa bisa menarik Anya lagi. sementara itu, helikopter mereka terbang semakin tinggi.     

Anya merasa semakin takut saat melihat dirinya terbang semakin jauh dari tanah.     

Ia takut tali itu akan putus dan ia akan mati.     

"Aiden, apa yang kamu lakukan! Cepat tarik aku!" teriak Anya dengan panik.     

Sebelumnya, ia merasa perutnya sakit dan ingin pergi ke toilet. Tetapi sekarang ia melupakan rasa sakitnya dan merasa tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Ia tidak mau jatuh dan mati!     

Aiden duduk di kursinya dan memejamkan matanya. Sementara pilot helikopter itu tidak berani bertanya mengapa Aiden tidak segera menarik Anya naik ke atas.     

"Aiden, apakah kamu mendengarku? Anginnya keras dan aku kedinginan!" teriak Anya sekali lagi.     

Walaupun suara baling-baling helikopter itu keras, Aiden masih bisa mendengar suara Anya.     

"Panggil aku suami," jawab Aiden dengan suara keras. Ia tidak bisa mengangkat Anya sekarang dan hanya bisa mencari alasan.     

"Aku tidak bisa mendengarmu!" Anya hanya bisa mendengar suara angin yang berputar di telinganya.     

Ia tidak bisa mendengar apa pun. Telinganya berdengung, entah karena suara baling-baling helikopter yang begitu keras, atau karena ia ketakutan setengah mati.     

Setelah memejamkan matanya beberapa saat, Aiden kembali menarik Anya.     

Aiden tidak langsung membantu Anya untuk melepaskan jaringnya setelah tiba di atas, membuat Anya semakin kesal.     

Ia menendang kaki Aiden, "Bantu aku keluar."     

"Apakah itu caranya meminta tolong?" Aiden menarik kakinya.     

"Mengapa kamu harus memperlakukanku seperti ini? Aku benar-benar ketakutan setengah mati! Di mana letak kesalahanku sehingga membuatmu menghukumku seperti ini?" teriak Anya dengan keras.     

"Apakah kamu benar-benar tidak tahu kesalahanmu?" kemarahan Aiden kembali muncul. Ia masih tidak bisa melupakan kata-kata Anya tadi pagi dan sekarang Anya masih bertanya di mana letak kesalahannya?     

Anya tertegun sejenak dan mengingat kembali pembicaraan mereka di hotel tadi pagi.     

…     

"Kemarin malam aku mabuk dan tidak sadar. Kita lupakan saja apa yang terjadi semalam. Anggap saja tidak ada yang terjadi."     

"Anya, setelah dua tahun di luar negeri, apakah pikiranmu menjadi terbuka seperti itu?"     

"Iya, benar. Apakah kamu pikir aku tidak mencari pria baru selama dua tahun terakhir? Aku punya banyak kekasih. Banyak …"     

"Selama ini aku tidak pernah bersama dengan wanita mana pun. Tidak ada wanita lain selain kamu di hatiku."     

…     

Anya tidak menyangka Aiden masih marah tentang kejadian tadi pagi? Apakah itu karena Anya bilang ia punya banyak kekasih?     

Mereka sudah dewasa dan bertanggung jawab atas tindakan mereka masing-masing.     

Anya hanya berharap setelah kembali ke kota, ia bisa melupakan semua yang terjadi malam itu sehingga ia tidak malu kalau bertemu dengan Aiden lagi.     

Bagaimana pun juga, mereka adalah suami istri. Namun, setelah bercerai, mereka malah bercinta lagi. Dan mereka juga akan sering bertemu satu sama lain di kemudian hari.     

Itu sebabnya, Anya ingin melupakan malam mereka.     

Anya hanya mengucapkan omong kosong saat ia mengatakan bahwa ia punya banyak kekasih, tetapi ia tidak menyangka Aiden akan menganggapnya serius.     

Aiden mengepalkan tangannya dengan erat dan kemudian berkata pada pilot helikopternya. "Bawa aku ke pulau dan jemput aku tiga hari lagi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.