Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Salah Jalan



Salah Jalan

0"Aiden, apa yang kamu lakukan semalam? Mengapa seluruh tubuhku terasa sakit?" tanyanya dengan panik saat menyadari sekujur tubuhnya terasa pegal-pegal.     

"Kamu yang memulai. Aku hanya menuruti permintaanmu," kata Aiden membela dirinya.     

"Aku … Tidak mungkin! Kamu bohong!" Anya langsung mengelak.     

Meski ia sedang mabuk sekali pun, Anya tidak mungkin melakukan apa pun pada Aiden.     

"Aku punya bukti rekamannya." Aiden mengeluarkan ponselnya dan menyalakan sebuah rekaman suara.     

…     

"Aiden, aku mencintaimu. Dua tahun sudah berlalu, tetapi aku masih sangat mencintaimu. Mengapa kamu tidak menginginkanku lagi?"     

"Dua tahun lalu, aku terpaksa melakukannya …"     

"Tidak. Kamu tidak mencintaiku. Kamu sudah tidak menginginkanku lagi."     

"Aku menginginkanmu."     

"Benarkah?"     

"Iya."     

"Cium aku …"     

…     

Mendengar suaranya sendiri, Anya merasa perasaannya campur aduk. Ia merasa bingung dan malu, ingin mengubur dirinya dan menghilang dari muka bumi.     

Ia memukul keningnya berulang kali dan menguburkan kepalanya di lututnya.     

Apakah ia benar-benar mengatakan itu semalam? Apa yang sudah ia lakukan! Apakah ia sudah gila!     

"Aku … aku … aku … Aku mabuk semalam," Anya berusaha menjelaskannya dengan tergagap, tetapi ia tidak tahu harus beralasan apa. Ia benar-benar tidak menyadari semuanya.     

"Kamu menciumku dan mendorongku ke tempat tidur, lalu …" Aiden sengaja menggantungkan ceritanya, membuat Anya merasa semakin panik.     

"Apakah kamu tidak bisa mendorongku? Aku sedang mabuk dan tidak sadar, tetapi kamu tidak mabuk. Kamu bisa menolakku," kata Anya dengan marah. Ia tidak punya alasan untuk membela dirinya sehingga ia melemparkan kesalahannya pada Aiden.     

"Tetapi aku tidak mau menolakmu. Aku sudah bilang aku bersedia kamu goda," jawab Aiden dengan santainya.     

Anya melotot ke arah Aiden dengan tidak percaya.     

"Dasar serigala! Kamu sudah berjanji tidak akan menyentuhku. Kamu bilang kamu akan tidur di sofa. Tetapi mengapa malah jadi seperti ini?" Anya merasa malu sekaligus marah. Ia benar-benar ingin menangis karena sangat malu.     

Aiden mengulurkan tangannya untuk memegang dagu Anya dengan lembut dan sedikit mengangkatnya agar mata mereka saling beradu pandang. "Kamu bilang kamu merindukanku. Setelah dua tahun berlalu, apakah benar kamu masih mencintaiku?"     

"Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu. Seluruh tubuhku terasa sakit," kata Anya dengan kesal, menepis tangan Aiden dari dagunya.     

"Tetapi aku sangat merindukanmu," Aiden menundukkan kepalanya dan mengecup bibir Anya. Pada saat itu, ponselnya yang berada di atas nakas tiba-tiba berbunyi.     

Aiden melepaskan Anya dan mengelus kepalanya dengan lembut. "Mandilah. Kita harus segera kembali."     

Setelah itu, ia mengambil ponselnya dan berjalan menuju ke arah balkon.     

Anya melihat pakaiannya telah dilipat dengan rapi dan diletakkan di atas sofa. Bajunya itu terlihat seperti baru saja dicuci dan disetrika. Sepertinya Aiden meminta hotel untuk me-laundry bajunya.     

Ia memaksakan tubuhnya untuk berdiri. Tetapi begitu kakinya mendarat di lantai, lututnya langsung lemas dan tubuhnya langsung terjatuh di atas karpet.     

Mendengar suara yang cukup keras, Aiden langsung menoleh dan melihat Anya terjatuh di atas karpet. "Suruh Nico yang menanganinya. Aku akan kembali nanti siang," katanya sebelum menutup telepon.     

Anya hanya bisa duduk di atas karpet dengan kesal. Ia merasa benar-benar menyesal. Mengapa ia harus mabuk semalam?     

Sekarang untuk berdiri saja ia kesusahan!     

Dalam hati, ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia tidak akan pernah minum alkohol lagi! Ia tidak akan pernah menyentuh alkohol lagi, terutama saat bersama dengan Aiden.     

Aiden langsung menghampiri Anya dan mengangkat tubuhnya ke atas tempat tidur.     

Karena merasa kesal, Anya menggigit lengan Aiden dengan sedikit keras.     

"Sepertinya kamu masih punya kekuatan untuk menggigitku. Apakah kamu ingin melakukannya lagi?" tanya Aiden dengan sengaja.     

Anya langsung memegang kepalanya dan berpura-pura lemas. "Tidak, aku pusing!"     

"Apakah kamu benar-benar pusing? Jadi, aku bisa melakukan apa pun yang aku mau?" begitu mendengarnya, Anya langsung membuka matanya dan memelototi Aiden. "Sekujur tubuhku sakit, tetapi kamu malah memanfaatkan kesempatan. Dasar kamu tidak tahu malu!"     

"Aku selalu berusaha untuk menghormatimu. Menolak permintaanmu sama saja dengan tidak sopan kan?" Aiden menggendong Anya, membantunya menuju ke kamar mandi.     

Anya segera mandi dan mengganti pakaiannya. Selama mandi, ia terus berpikir apa yang harus ia katakan pada Aiden.     

Begitu keluar, Anya langsung menghampiri Aiden dan berkata dengan tenang, "Kemarin malam aku mabuk dan tidak sadar. Kita lupakan saja apa yang terjadi semalam. Anggap saja tidak ada yang terjadi."     

Wajah Aiden terlihat mengeras saat Anya mengatakannya. "Anya, setelah dua tahun di luar negeri, apakah pikiranmu menjadi terbuka seperti ini?" suara Aiden tiba-tiba saja menjadi dingin.     

"Iya, benar. Apakah kamu pikir aku tidak mencari pria baru selama dua tahun terakhir? Aku punya banyak kekasih. Banyak …" kata Anya tanpa keraguan sedikit pun.     

Aiden merasa sangat marah mendengarnya. Ia tidak bisa membayangkan Anya-nya bersama dengan pria lain. Kalau bisa, ia ingin menemui pria itu dan menghajarnya hingga babak belur.     

"Selama ini aku tidak pernah bersama dengan wanita mana pun. Tidak ada wanita lain selain kamu di hatiku," Aiden berbalik dan membereskan barang-barangnya dalam diam.     

Anya hanya bisa duduk di samping tempat tidur, sambil memandang punggung Aiden. Entah mengapa, hatinya terasa sangat sakit.     

Selama dua tahun, Aiden menunggunya dan ia menunggu Aiden.     

Tetapi sekarang, setelah kesalahpahaman di antara mereka terselesaikan, Anya tidak punya keberanian untuk mencintai Aiden lagi.     

Anya tidak bisa membohongi perasaannya bahwa ia masih mencintai Aiden, tetapi mereka tidak bisa kembali seperti dulu.     

Ia tidak bisa mengorbankan dirinya demi pria yang sama dua kali. Bagaimana kalau semuanya terulang kembali?     

Ia telah mengorbankan impiannya untuk menjadi parfumeur demi Aiden. Tetapi ia malah kehilangan pernikahannya, kehilangan suaminya dan anaknya.     

Sekarang, ia sudah tidak punya apa-apa. Hanya dunia parfum yang ia miliki dan ia tidak bisa melepaskannya.     

Kalau ia kehilangan dunianya juga, apa artinya hidup ini?     

Selama dua tahun terakhir, satu-satunya yang membuatnya masih bertahan hidup adalah parfum.     

Hanya dengan belajar dan bekerja, hatinya terasa jauh lebih tenang. Ia merasa lebih menghargai hidup.     

Menjadi istri Aiden dan dicintai oleh Aiden memang hal yang sangat membahagiakan.     

Tetapi Anya sudah tidak memiliki kepercayaan diri untuk berada di posisi itu lagi. Ketika ada sesuatu yang terjadi, reaksi pertama Aiden adalah berusaha untuk melindunginya, sampai titik di mana Aiden menceraikannya tanpa memberitahu alasan.     

Sekarang, bagi Anya cinta bukanlah segalanya. Ia bisa hidup tanpa cinta ...     

Ia tidak mau memulai kembali hubungannya bersama dengan Aiden, itu sebabnya ia tidak mau memberi harapan pada Aiden.     

"Kita adalah orang dewasa. Anggap saja kemarin kita sudah mendapatkan kepuasan dari satu sama lain. Aku tidak akan mengganggumu dan aku harap kamu juga tidak menggangguku," kata Anya dengan tenang.     

Aiden mengangguk tanpa mengatakan apa pun.     

Setelah keluar dari hotel, mereka sempat sarapan sebentar dan kemudian berangkat.     

Begitu masuk ke dalam mobil, Anya memejamkan mata dan beristirahat. Pada saat ia bangun, jam sudah menunjukkan pukul satu siang.     

"Di mana ini?" Anya duduk dan memandang ke luar jendela. Ia tidak melihat apa pun selain pepohonan di sekitarnya.     

"Aku salah jalan dan melewati pom bensin. Sekarang mobilnya kehabisan bensin," jawab Aiden dengan tenang.     

"Apa?" Anya terkejut dan melihat ke sekelilingnya. "Apakah kita tersesat di tengah hutan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.