Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Wanita Mabuk



Wanita Mabuk

0"Coba ingat baik-baik. Kalau kamu bisa memberi kami informasi, semua ini akan menjadi milikmu," kata Aiden dengan tenang sambil memandang pria di hadapannya.     

Pria itu memandang setumpuk uang di hadapannya dengan ragu, tetapi ada tatapan tamak juga di wajahnya.     

Melihat uang yang menumpuk di atas meja, Anya akhirnya menyadari mengapa Aiden ingin datang ke tempat ini di saat malam hari. Ternyata Aiden ingin menggunakan uang untuk menyogok penjaga panti tersebut.     

Tentu saja, hal semacam ini tidak bisa dilakukan terang-terangan.     

"Wanita itu datang dari kota. Aku mendengar ia menyebut nama Keluarga Srijaya, tidak tahu apakah itu nama keluarganya atau nama keluarga suaminya. Hanya itu yang aku tahu," pria tersebut langsung mengambil uang di atas meja.     

Aiden dan Anya saling bertukar pandang.     

Wanita itu berasal dari kota dan memiliki nama Keluarga Srijaya!     

Anya langsung mengeluarkan ponselnya dan mencari foto ibu Lisa, Fany Srijaya, dari internet dan kemudian menunjukkannya kepada orang tersebut, "Apakah wanita ini yang Anda maksud?"     

"Benar, wanita itu. Ia masih terlihat muda meski sudah 20 tahun berlalu," kata pria itu dengan terkejut.     

"Apa yang ia katakan saat mencari putrinya saat itu? Apa ada ciri-ciri yang ia sebutkan mengenai putrinya?" tanya Aiden.     

"Putrinya memiliki tanda lahir di punggungnya, tetapi ia tidak menyebutkan bentuknya seperti apa. Ia sudah melihat semua anak yang ada di sini, tetapi tidak menemukan putrinya," pria tersebut mulai membereskan uang di atas meja ke dalam sebuah kresek yang ia temukan, takut ada orang yang melihat mereka.     

Anya merasa sedikit kecewa mendengar berita dari orang tersebut. Itu artinya, ia bukan berasal dari panti asuhan ini. Ia telah kehilangan petunjuk untuk menemukan orang tua kandungnya.     

Setelah pulang dari panti asuhan tersebut, Anya terlihat murung. Ia telah membuat Aiden menghabiskan uang banyak, tetapi harus pulang dengan tangan kosong, tanpa petunjuk apa pun.     

Sekarang, mereka harus memulai dari awal lagi.     

"Potong uang itu dari gajiku saja," kata Anya dengan suara pelan.     

"Itu uangku. Tidak ada hubungannya denganmu," Aiden mengelus kepala Anya dengan lembut. "Jangan kecewa. Setidaknya sekarang kita tahu bahwa Keluarga Srijaya membantu Keluarga Pratama untuk mencari putri mereka."     

"Apakah orang tuaku sudah menyerah untuk mencariku …" gumam Anya.     

"Kak Maria berusaha mencari putrinya selama lebih dari 20 tahun dan tidak pernah menyerah sama sekali. Orang tuamu pasti juga sama. Selama kita tidak putus asa, kita pasti bisa menemukan mereka," hibur Aiden.     

Kata-kata Aiden membuat Anya sedikit lebih baik. Setidaknya, dengan adanya Aiden, ia memiliki harapan lebih besar untuk menemukan orang tua kandungnya.     

"Ayo kita makan," Aiden menggandeng tangan Anya sat berjalan menuju ke tempat parkir.     

Anya tidak menolak gandengan tangan Aiden seperti sebelumnya. Lagi pula, tidak ada gunanya melawan Aiden, ia tidak akan bisa menyaingi kekuatan Aiden.     

Setelah naik ke dalam mobil, Aiden bertanya, "Apa yang ingin kamu makan?"     

"Aku ingin makan nasi padang," kata Anya.     

Aiden mengerutkan keningnya saat mendengar pilihan Anya, "Makanan padang terlalu berminyak dan tidak baik untuk kesehatanmu. Lebih baik kamu memilih makanan yang bernutrisi."     

"Setiap hari aku sudah minum vitamin dan jamu. Mulutku terasa sangat pahit dan aku tidak ingin makan apa pun. Tadi saat perjalanan aku melihat restoran padang …" diam-diam Anya menelan ludahnya karena perutnya yang lapar.     

"Di dekat sini ada restoran steamboat. Lebih baik makan sesuatu yang berkuah untuk menghangatkan perutmu," Aiden langsung memutuskan dan menyalakan GPS nya.     

Anya menoleh dan menatap Aiden dengan kesal. Tadi, Aiden bertanya apa yang ingin ia makan, tetapi setelah ia memilih, Aiden tidak mendengarkannya. Lebih baik tidak usah bertanya!     

Ia benar-benar ingin makan nasi padang!     

Di perjalanan, mobil mereka terjebak macet tepat di depan restoran padang yang Anya lihat sebelumnya.     

Sepuluh menit kemudian, mereka masih terjebak dan tidak bisa bergerak. Entah mengapa, hari itu jalanan sangat macet.     

Dua puluh menit kemudian, Anya merasa dirinya akan benar-benar gila. Ia hanya bisa memandang restoran itu selama dua puluh menit tanpa bisa makan. Ia benar-benar sudah kelaparan!     

"Kamu pergilah makan steamboat sendiri. Aku ingin makan nasi padang," tanpa menunggu reaksi Aiden, Anya langsung membuka pintu mobil dan berlari menuju ke restoran padang tersebut.     

Aiden melihat Anya yang berlarian dengan gembira dan tidak bisa menahan tawanya. Anya masih sama seperti Anya-nya yang dulu, kekanakan dan ceria, seperti anak kecil.     

Kalau memang Anya benar-benar menginginkannya, tidak ada salahnya Aiden menurutinya sesekali!     

Aiden segera menuju ke tempat parkir di depan restoran tersebut dan masuk untuk mencari Anya.     

Begitu masuk, ia melihat Anya sedang memilih makanan dari piring-piring yang telah disajikan di hadapannya. Begitu mengangkat kepalanya, ia menatap Aiden dengan heran, "Mengapa kamu di sini?"     

"Tidak enak makan sendirian. Aku akan menemanimu!" Aiden tersenyum tipis.     

Anya ikut tersenyum memdengarnya. Senyuman itu tulus dari dalam hatinya.     

Ia begitu hebat hingga bisa membuat CEO perusahaan besar seperti Aiden makan di restoran padang pinggir jalan.     

Anya makan dengan sangat lahap, sementara Aiden lebih banyak menghabiskan waktunya untuk memandang Anya.     

Di matanya, tidak peduli apa pun yang Anya lakukan, meski ia makan dengan belepotan sekali pun, Anya masih terlihat sangat cantik.     

"Kamu tahu? Selama dua tahun di Perancis, aku benar-benar ingin makan nasi padang," kata Anya sambil mengangkat gelasnya.     

Semakin meminumnya, Aiden menyadari bahwa wajah Anya semakin memerah. Ia mengambil gelas tersebut dan mencium aromanya. Di dalam gelas itu ada kandungan alkohol!     

Ditambah lagi, Anya sudah menghabiskan dua gelas.     

"Jangan minum lagi, minuman itu ada alkoholnya. Kamu sudah mabuk. Minum air putih ini saja," kata Aiden sambil menjauhkan gelas itu dari Anya.     

"Aku sudah kenyang. Ayo kita pulang."     

Aiden segera membayar makanan mereka dan keluar. Saat bangkit berdiri dari kursinya, Anya terlihat sedikit oleng.     

Aiden langsung menahannya dan membantunya untuk berjalan ke mobil, tetapi Anya mendorong tubuh Aiden menjauh darinya. "Aku tidak mabuk."     

"Iya, iya," jawab Aiden dengan sabar.     

Anya berjalan bersama dengan Aiden menuju ke mobil dan bersandar di tempat duduknya. Ia ingin segera kembali ke hotel dan bersantai.     

Tetapi beberapa saat kemudian, Anya baru sadar dan merasa sedikit panik. Bagaimana ia akan menghabiskan malam ini bersama dengan Aiden?     

Anya berusaha untuk menenangkan dirinya dan berkata, "Begitu kembali ke hotel, aku akan memesan satu kamar lagi. Benar katamu, aku sedikit mabuk dan aku tidak mau mengganggu tidurmu."     

"Aku tidak akan terganggu," jawab Aiden dengan tenang.     

"Aiden, kita sudah bercerai. Kita tidak bisa tidur satu kamar," kata Anya dengan serius.     

Aiden menatap ke arah Anya dengan angkuh dan berkata dengan suara dingin, "Aku tidak tertarik dengan wanita mabuk. Atau jangan-jangan kamu yang akan menggodaku dan menyalahkan alkohol?"     

"Aku? Menggodamu?" Anya merasa kesal mendengarnya dan langsung berteriak padanya. "Kalau kamu takut, aku akan memesan kamar sendiri!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.