Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Jamu



Jamu

0"Kamu setuju aku melahirkan anak ini?" Keara menatap Aiden dengan terkejut. Ia tidak menyangka Aiden akan menerimanya begitu saja. Ia pikir Aiden akan mengelak, terutama saat berada di depan Anya.     

"Kalau anak itu benar anakku, aku akan menikahimu," kata Aiden dengan sembarangan.     

Mendengar hal itu, Anya merasa sangat kesal. Ia berbalik dan masuk ke dalam kantornya tanpa mengatakan apa pun, meninggalkan mereka semua sendirian.     

Mata Nadine juga terbelalak lebar. Apa yang baru saja ia dengar?     

Apakah telinganya tidak salah dengar?     

"Paman, apa yang kamu bicarakan?" Nadine menatapnya dengan cemas. Ia menoleh ke arah ruang kantor yang tertutup dan merasa semakin khawatir     

Kalau begini, bibinya bisa salah paham dan hubungan paman dan bibinya akan kembali menegang.     

"Aku akan mengantarmu kembali," Aiden mengantar Keara kembali ke tokonya, meninggalkan semua orang saling bertukar pandang dengan keheranan.     

"Aku tidak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi?"     

"Siapa yang bisa memahaminya? Mengapa Aiden melakukan ini?"     

"Ia mengejar Anya, tetapi juga menghamili Keara?"     

Nadine merasa tidak terima mendengar semua orang menghujat pamannya.     

"Apa yang kalian ketahui? Pamanku sama sekali tidak suka pada Keara. Bagaimana mungkin Keara bisa mengandung anak pamanku?" bantah Nadine dengan kesal. Setelah mengatakannya, Nadine langsung naik ke lantai atas.     

Ia takut Anya akan marah. Tetapi begitu membuka pintu, ia malah melihat Anya sedang makan dengan enaknya.     

"Nadine, apakah kamu sudah makan? Ayo makanlah bersamaku. Masakan buatan Bu Hana sangat enak," kata Anya.     

"Bibi, apakah kamu tidak marah?"     

"Marah pada siapa? Aiden? Mengapa aku harus marah padanya?" Anya menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan santai. "Jelas sekali bahwa Keara berbohong mengenai kehamilannya. Bahkan aku saja bisa tahu. Mana mungkin pamanmu tidak tahu? Aku ingin tahu bagaimana Keara bisa melahirkan nanti."     

"Apakah kamu tidak khawatir bahwa paman akan menikahi Keara selama ia melahirkan. Meski ia tidak hamil sekarang, ia akan mencari cara untuk bisa mengandung anak paman. Ia bisa menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan keinginannya, mungkin saja dengan menggoda paman. Bibi tahu sendiri betapa liciknya Keara."     

"Bagaimana caranya?" cibir Anya. "Pamanmu adalah pria yang cerdas. Bagaimana mungkin ia tertipu olehnya? Aku menantikan saat-saat kejatuhan Keara."     

"Apakah bibi tidak takut sesuatu terjadi pada paman?"     

"Bukan Aiden namanya, kalau pamanmu mudah tertipu. Aiden yang aku kenal selalu bisa diandalkan, kecuali kalau ia membiarkan dirinya tertipu," Anya menuangkan sup ke dalam mangkuknya. Ketika mencium baunya, Anya mengetahui bahwa itu bukan sup, melainkan jamu.     

Anya langsung merasa mual melihatnya.     

Beberapa hari terakhir ini, ibunya juga memberikannya berbagai macam vitamin dan jamu-jamuan untuk kesehatannya.     

Nadine tertawa mendengar jawaban Anya. "Aku khawatir bibi akan salah paham, tetapi ternyata bibi sangat cerdas. Tidak mungkin pamanku kembali bersama dengan Keara. Dua tahun lalu adalah akhir bagi Keara. Ia benar-benar membuat paman murka. Alasan paman tidak membongkar semua kejahatannya karena takut akan mempengaruhi pencarian orang tua kandungmu."     

Anya menatap ke arah Nadine dengan curiga. "Aiden memberitahumu hal sepenting itu. Apakah itu artinya kamu berada di dekatku karena Aiden yang menyuruhmu memata-mataiku?"     

Nadine terkejut dan mengibaskan tangannya dengan panik. "Aku mendengarnya dari Harris. Bibi kan tahu sendiri paman mengabaikanku sejak aku kembali ke Indonesia."     

Anya menepuk pundak Nadine. "Dua tahun lalu memang bukan kesalahanmu sepenuhnya, tetapi kamu juga yang memberi kesempatan bagi Keara untuk melakukan semua ini. Aku tidak tahu apa pun pada saat itu dan aku juga tidak bisa merasakan rasa sakit hati yang dirasakan oleh Aiden saat itu. Aku tidak bisa memahami perasaan Aiden."     

"Paman sangat mempercayai Harris, itu sebabnya ia sangat yakin terhadap hasil tes DNA yang Harris bawa. Akhirnya ia memutuskan untuk bercerai dan membujukmu untuk menggugurkan kandunganmu, meski hatinya juga hancur. Sekarang, aku baru tahu bahwa hasil tes DNA itu telah ditukar dan ternyata aku lah yang membantu Keara melakukannya. Aku merasa paman tidak akan pernah memaafkanku seumur hidup, kecuali …" Nadine berhenti berbicara.     

"Kecuali apa?" Anya memejamkan matanya sambil menghabiskan jamu yang ada di mangkuknya dalam beberapa teguk.     

"Kecuali kalau bibi memaafkannya dan mau menikah lagi dengannya," bisik Nadine.     

Anya meletakkan mangkuknya di atas meja dan memandang ke arah Nadine. "Jadi benar kamu membantu Aiden untuk memata-mataiku?"     

Bibir Nadine terkatup dengan rapat dan tidak berani mengatakan apa pun. Anya juga tidak memaksanya untuk mengaku dan hanya menyuruhnya untuk segera makan.     

Setelah makan siang, Nadine membantunya untuk membereskan semua kotak makanan. Sebelum memasuki ruang parfumnya, Anya berkata, "Aku tidak peduli apa tujuanmu mendekatiku. Selama kamu tidak menyakitiku, aku akan memperlakukanmu sebagai temanku."     

Nadine merasa sangat lega mendengarnya. Memang benar tujuannya untuk mendekati Anya salah, membuatnya terlihat tidak tulus untuk berteman dengan Anya.     

Tetapi setelah hubungan mereka semakin dekat, Nadine merasa bahwa Anya adalah teman yang sangat baik. Sekarang, ia berada di samping Anya, bukan hanya karena pamannya yang menyuruhnya, tetapi karena ia benar-benar menyukai Anya.     

Setelah selesai bekerja, Anya dan Nadine berjalan bersama-sama ke pintu depan. Di sana, mereka melihat bahwa tempat parkir sudah tergenang air yang cukup tinggi.     

"Apa yang terjadi? Apakah hari ini hujan deras?" tanya Anya dengan terkejut.     

Nadine hanya mengedikkan bahunya dan berkata, "Kamu seharian berada di ruang parfum sehingga tidak tahu sekitarmu. Apakah bibi tidak tahu bahwa paman datang di saat hujan tadi? Paman benar-benar sayang padamu hingga datang ke sini saat hujan hanya untuk makan siang denganmu. Aku tidak tahu apakah paman akan kembali lagi besok. Apa lagi setelah masalah yang terjadi hari ini," pancing Nadine.     

"Lebih baik tidak usah datang. Aku bisa makan bersamamu," kata Anya sambil tersenyum.     

"Lupakan saja. Aku bisa mencium bau jamu-mu tadi. Jamu itu membuatku sangat mual," kata Nadine sambil membuka payungnya. Anya langsung mendekat ke arah Nadine dan mereka berjalan bersama-sama menuju ke tempat parkir.     

"Kalau hujan seperti ini, aku tidak tahu apakah kita jadi makan malam bersama atau tidak," kata Anya dengan cemas.     

"Selama ada Bu Hana, makan malam kita akan berjalan dengan lancar."     

Anya mengeluarkan ponselnya dan melihat foto yang dikirimkan oleh Hana. Lantai satu rumah ibunya telah ditata seperti sebuah tempat makan buffet. Memang benar kata Nadine, selama ada Hana semuanya akan beres.     

"Aku baru saja mendapatkan kiriman foto dari Bu Hana. Mereka sudah menyiapkan semuanya. Aku akan menelepon Tara," kata Anya sambil mencari nomor Tara.     

Tara hendak mengganti pakaiannya ketika ia mendapatkan panggilan dari Anya.     

"Anya, aku tidak akan bisa datang. Jalannya banjir dan …" sebelum Tara menyelesaikan kalimatnya, ia mendengar suara klakson mobil dari luar pintu.     

"Aku tebak, Nico sudah menjemputmu," kata Anya sambil tersenyum.     

"Tunggu sebentar, aku akan melihatnya." Tara keluar dari kliniknya dan melihat bahwa Nico benar-benar menjemputnya. "Itu benar Nico."     

"Baiklah kalau begitu. Cepatlah berangkat. Bu Hana sudah selesai menyiapkan semuanya. Ngomong-ngomong, apakah resep jamu dari Bu Hana itu juga buatanmu? Itu sangat pahit!" Anya mengerutkan keningnya.     

"Aiden khawatir dengan kesehatanmu dan menyuruhku untuk membuatkan obat yang lebih keras. Memangnya apa yang kamu lakukan sehingga membuatnya khawatir seperti itu?" Tara memakai headset bluetooth-nya dan bertanya sambil mengganti pakaiannya.     

"Bukan hanya Aiden saja, ibuku juga khawatir. kemarin ia memberiku banyak sekali vitamin dan memaksaku untuk meminumnya," kata Anya dengan tidak berdaya. "Aku berjanji akan meminum semua resep buatanmu. Jadi jangan terlalu kejam padaku, Tara. Aku benar-benar ingin muntah karena jamunya begitu pahit."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.