Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Datang untuk Makan Siang



Datang untuk Makan Siang

0"Bibi, apakah Alisa tidak menangis semalam?" tanya Nadine.     

"Alisa menangis semalaman, mencari ayahnya. Aku tidak bisa tidur sampai subuh. Sekarang aku masih mengantuk." Anya menguap saat mengatakannya. "Kamu tidak punya uang untuk mengisi bensin, tetapi aku punya cara untuk mendapatkan uang tambahan."     

"Bagaimana caranya?" mata Nadine berbinar dengan cerah dan memandang ke arah Anya dengan penuh harap.     

Kalau ia bisa mendapatkan uang, ia tidak perlu naik sepeda lagi saat pergi ke tempat kerja!     

"Di dekat mall tempat Iris banyak gedung perkantoran. Coba kamu posting di media sosialmu, mungkin ada pengikutmu yang ingin menumpang ke daerah yang sama. Katakan pada mereka, kalau ingin menumpang mereka hanya perlu membayar uang bensin," kata Anya.     

Nadine mengangguk-angguk mendengarnya. "Itu ide yang bagus. Ditambah lagi, kalau orang itu berasal dari media sosialku, berarti orang tersebut berada di lingkungan di sekitar kita dan tidak membahayakan. Akan lebih baik kalau sesama perempuan."     

Nadine langsung memposting di media sosialnya, mencari orang yang mau menumpang mobilnya.     

Tidak butuh waktu lama, pesan di media sosialnya langsung membludak.     

Nadine memilih salah satu pesan dari seorang wanita dan membukanya.     

'Halo, namaku Shania. Aku bekerja di mall Atmajaya Group dan setiap pagi aku kesusahan mencari taksi. Apakah aku bisa menumpang?'     

Nadine langsung menjawabnya.     

Nadine : Aku bisa menjemputmu jam tujuh pagi setiap hari. Aku dari perumahan Diamond Lake , di mana kamu tinggal?     

Shania : Aku tinggal di belakang kantor catatan sipil di dekat perumahanmu. Apakah kamu tahu tempatnya?"     

Nadine menoleh ke arah Anya dan menanyakannya pada Anya karena ia tidak seberapa mengenal daerah sekitar. "Bibi, apakah kamu tahu kantor catatan sipil di dekat sini?"     

Anya mengangguk.     

Tentu saja ia tahu tempat itu. Dulu, ia mendaftarkan pernikahannya dengan Aiden di sana.     

Jauh sebelum itu, ketika Anya masih berjualan bunga, ia akan menunggu di depan kantor catatan sipil, menunggu para pasangan yang baru saja mendaftarkan pernikahan mereka dan membujuk mereka untuk membeli bunganya.     

"Suruh dia tunggu di depan kantor catatan sipil. Kita akan menjemputnya di sana," kata Anya.     

Nadine : Tunggu aku di kantor catatan sipil. Aku akan tiba dalam beberapa menit. Aku menggunakan mobil BMW putih dengan nomor plat belakangnya 89.     

Shania : Oke.     

Di perjalanan, Anya mengeluarkan ponselnya dan mencari harga taksi online dari kantor catatan sipil hingga ke mall Atmajaya Group.     

"Nadine, setelah bertemu dengannya, katakan pada orang tersebut bahwa ia harus membayar 50 ribu setiap kali menumpang dengan kita. Harganya sudah jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan taksi online."     

Nadine mengangguk.     

Siapa sangka begitu Shania mengetahui harganya begitu murah, ia mengajak satu temannya lagi yang tinggal di dekat rumahnya. Tentu saja Anya dan Nadine tidak akan menolak uang tambahan. Mereka bahkan memberi diskon lagi untuk Shania dan temannya.     

"Halo, apakah kamu juga ikut menumpang?" tanya Shania pada Anya.     

Anya bingung harus menjawab apa.     

Ia bukan pemilik mobil ini, tetapi ia ikut menumpang dengan cuma-cuma.     

"Aku …"     

"Kami keluarga!" jawab Nadine, menyelamatkan Anya.     

Kedua wanita itu mengangguk-angguk, senang mendapatkan teman baru. "Kami berdua dari toko perhiasan yang ada di lantai 1 mall Atmajaya Group. Namaku Shania dan di sampingku ini adalah manajer tokoku, Meli. Kalau kalian mau beli perhiasan di toko kami, kalian bisa mendapatkan diskon," Shania memperkenalkan dirinya dengan sangat ramah.     

"Kami tidak mampu membeli perhiasan," jawab Anya.     

Shania melihat ke sekelilingnya dengan bingung. "Bagaimana mungkin kalian tidak mampu kalau mobil kalian saja sebagus ini?"     

"Mobil ini hanya pinjaman. Kami bahkan tidak bisa mengisi bensinnya. Bagaimana kalau kita menandatangani kontrak nanti siang?" Anya ingin mendapatkan uang untuk Nadine secepat mungkin.     

"Tentu saja. Kalian bekerja di Iris kan? Nanti siang aku akan ke sana," kata Shania.     

"Baiklah. Kami akan menyiapkan kontraknya nanti siang," kata Anya.     

Setelah tiba di mall, Shania dan Meli turun terlebih dahulu, sementara Anya menunggu Nadine memarkirkan mobilnya agar bisa masuk ke Iris bersama-sama.     

"Aku akan langsung naik ke atas. Untuk kontraknya, minta bantuan pada Harris untuk membuatkannya," kata Anya.     

Nadine tertawa kecil mendengar kata-kata Anya. Ia sudah tahu bahwa Anya sudah dua kali terjebak oleh kontrak Harris. "Aku juga berniat meminta bantuannya!"     

Anya menyuruh Nadine meminta bantuan Harris karena tahu bahwa Harris adalah orang yang terbaik di bidang ini. Dan satu hal yang pasti, Harris tidak akan membiarkan Nadine mengalami kerugian.     

Pukul 12 siang, Hana mengirimkan makan siang ke Iris untuk Anya. Berbagai makanan telah ditata dengan rapi di atas meja, membuat Anya keheranan. Mengapa makanannya banyak sekali? Mana mungkin ia bisa menghabiskan semuanya sendirian?     

"Nadine, apakah kamu akan makan siang bersamaku?" Anya keluar dari kantornya dan memanggil Nadien yang berada di lantai bawah.     

Namun, bukan jawaban dari Nadine yang Anya dapatkan, melainkan jawaban dari Aiden. "Aku belum makan," suara Aiden terdengar dari bawah.     

"Kamu … Mengapa kamu di sini?" wajah Anya memucat melihatnya.     

"Kalau kamu tidak mau datang ke kantorku dan makan siang denganku, biar aku yang datang ke Iris untuk makan siang denganmu?" Aiden terus berjalan menuju ke lantai dua, tanpa memedulikan tatapan semua orang di sekitarnya.     

Anya pikir ia sudah mengatakannya dengan jelas bahwa ia tidak ingin makan siang dengan Aiden dan tidak akan kembali ke Atmajaya Group lagi.     

Tetapi ia tidak menyangka Aiden akan mendatanginya hanya untuk makan siang bersama dengannya.     

Sebenarnya, sebelum menuju ke Iris, Aiden juga merasa ragu. Tidak pernah seumur hidupnya ia melakukan hal seperti ini untuk seorang wanita.     

Nico yang sepanjang hari terus berusaha untuk membujuknya.     

"Paman, kamu kurang berusaha dalam mengejar bibi. Lihat saja. malam ini bibi mengundangku untuk makan malam di rumahnya, tetapi kamu tidak diajak."     

Aiden mengerutkan keningnya saat mendengar kata-kata Nico.     

"Harris juga diajak, tetapi paman ditinggalkan begitu saja. Apakah paman tau artinya? Itu artinya bibi tidak mau melihatmu. Sudah seperti ini pun paman masih gengsi untuk mendekatinya!"     

"Aku tidak mau melakukan apa pun yang bisa merendahkan harga diriku," jawab Aiden dengan kaku.     

"Apa artinya harga diri kalau paman tidak bisa mendapatkan bibi kembali? Paman harus tebal muka dan mengejar bibi tanpa kenal malu. Lama kelamaan, hati bibi juga pasti akan luluh."     

"Kamu tidak tahu malu, tetapi kamu tidak bisa mendapatkan Tara kembali. Bisa-bisanya kamu menasihatiku!"     

"Paman, jahat sekali kata-katamu!" kata Nico sambil menganga. Setelah itu ia mengangkat tangannya tanda menyerah. "Ya sudahlah. Terserah paman saja. Kalau paman tidak mau berusaha, pada akhirnya paman akan sendirian dan bibi akan mendapatkan pria lain!"     

Sebelum meninggalkan kantor Aiden, tidak lupa Nico menambahkan bumbu-bumbu untuk mengobarkan semangat di hati Aiden.     

Begitu Nico pergi, Aiden berpikir keras dan mempertimbangkan kata-kata Nico. Itu sebabnya akhirnya Aiden datang ke Iris untuk makan siang bersama dengan Anya, mengejar Anya yang tidak mau bertemu dengannya.     

"Oh Tuhan, apa yang baru aku lihat?"     

"Aiden datang untuk mengajak Anya makan siang!"     

"Apakah mereka kembali bersama?"     

"Tentu saja! Mana mungkin pria seperti Aiden mau datang untuk makan siang di tempat kecil ini kalau bukan karena Anya."     

Keara sedang makan siang di kantornya ketika ponselnya berbunyi. Ketika membukanya, ia melihat sebuah pesan dari Mila.     

Mila : Tuan Aiden datang ke Iris hari ini untuk makan siang bersama dengan Anya.     

Meski Iris dan Keara's Parfume berhadap-hadapan, tatanan tempat mereka sangat berbeda. Iris memiliki dua lantai sehingga kantor Anya berada di lantai atas, sementara Keara's Parfume hanya satu lantai dan kantor Keara berada di dalam.     

Setelah mendapatkan pesan itu, Keara langsung bangkit berdiri dari kursinya dan keluar dari kantornya.     

Tanpa pikir panjang, ia langsung keluar dari Keara's Parfume menuju Iris, menatap ke arah tangga yang menuju ke lantai dua.     

Mila menyambutnya sambil tersenyum. "Nona, apa yang bisa saya bantu?"     

"Aku datang untuk menemui Aiden!" kata Keara sambil langsung masuk ke dalam. Saat ia hendak naik ke lantai atas, Nadine langsung menghentikannya. "Kak Keara, pamanku sedang makan siang. Ia pasti kesal kalau ada yang mengganggunya. Bagaimana kalau kamu menitipkan pesan lewat aku saja?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.