Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Gadis Kecil



Gadis Kecil

0"Kasihan sekali Alisa, ia kehilangan ibunya sejak lahir. Apakah Jonathan kembali ke rumahnya setelah istrinya meninggal?" tanya Anya dengan khawatir.     

"Setelah istrinya meninggal, ia membawa anaknya ke luar negeri dan sesekali kembali ke rumahnya. Selama dua tahun terakhir, keluarganya telah mengatur banyak kencan buta untuknya," Aiden menatap ke wajah Anya dan melihat wajah wanita di hadapannya itu terlihat tenang.     

Anya sama sekali tidak peduli dengan pasangan Jonathan.     

"Aku tidak menyangka Jonathan mengalami hal tersebut. Ia kehilangan wanita yang dicintainya dan harus membesarkan putrinya yang masih kecil seorang diri. Ditambah lagi, ia harus menjalankan tanggung jawabnya di keluarganya. Aku harus lebih sering membantunya," kata Anya.     

Mata Aiden terlihat membara saat mendengarnya. Ia hampir saja tersedak.     

Mengapa reaksi Anya tidak sesuai dengan harapannya? Ia menceritakan semua ini, bukan untuk membuat Anya merasa kasihan pada Jonathan dan putrinya, tetapi untuk membuat Anya menjauh dari mereka.     

Keluarga Srijaya tidak mau menerima mantan istri Jonathan. Tentu saja mereka juga tidak akan menerima Anya yang berasal dari latar belakang keluarga serupa.     

Ditambah lagi, pria yang menyerahkan nyawa istrinya dan kehidupan putrinya demi harta dan kekayaan tidak pantas untuk dipertahankan.     

Kalau saja Jonathan bersedia hidup sederhana, mungkin keluarganya tidak akan memaksanya seperti ini.     

"Dua tahun lalu, orang yang membunuh anak di dalam kandunganmu adalah Kak Maria. Sekarang, kamu menyalahkanku karena tidak mau membelamu saat itu. Apakah kamu tidak merasakan hal yang sama pada Jonathan?" Aiden menggandeng tangan Anya dan berjalan menuju ke tempat parkir mobil mereka.     

Anya langsung berhenti melangkah. "Maksudmu Jonathan meninggalkan istri dan anaknya demi kembali ke Keluarga Srijaya?"     

"Ia meninggalkan istri dan anaknya demi harta dan kekayaan, sementara aku terpaksa melakukan semua ini. Bagaimana kamu bisa menerima Jonathan, tetapi kamu tidak bisa memaafkan aku?" tanya Aiden dengan pahit.     

"Aiden, apakah aku harus memaafkanmu kalau kamu saja masih tidak menyadari letak kesalahanmu?" balas Anya dengan tenang.     

"Tiga hasil tes DNA menunjukkan bahwa kamu adalah anak Kak Maria. Apa yang bisa aku lakukan saat itu? Aku bahkan berpikir untuk meninggalkan semuanya dan membawamu pergi ke luar negeri. Kita bisa tidak memiliki anak seumur hidup dan hidup berdua selamanya. Tetapi kamu masih muda dan aku masa depanmu masih panjang. Aku tidak bisa bersikap egois. Setiap hari aku diliputi ketakutan, khawatir kamu akan tahu bahwa kita berhubungan darah," kata Aiden sambil memejamkan matanya. "Apa yang aku putuskan saat itu adalah pilihan yang terbaik untukmu."     

"Pilihan terbaik menurutmu … Bukan menurutku. Kalau saja kamu memberitahuku yang sebenarnya dua tahun lalu, aku tidak akan mau bercerai darimu dan aku tidak akan pernah menyerahkan anakku. Aku lebih memilih untuk pergi ke luar negeri bersamamu. Pengobatan di luar negeri sudah sangat maju. Selama ada setitik harapan saja anak kita bisa lahir dengan sehat, aku tidak akan menyerah," ketika mengatakannya, wajah tenang Anya langsung runtuh. Air mata mengalir di wajahnya.     

"Anya …"     

"Mengapa kamu harus memutuskannya sendirian? Apa hakmu menentukan kehidupan dan kematian anakku? Kamu tahu betul semakin lama aku bekerja di industri parfum, semakin sulit pula aku memiliki anak. Mengapa kamu harus memaksaku untuk menyerahkan anakku?" Anya menangis dan menarik tangannya dari genggaman Aiden.     

"Anya, aku minta maaf. Aku hanya ingin melindungimu," kata Aiden dengan penuh penyesalan.     

"Aku tidak butuh perlindunganmu. Mulai hari ini, aku tidak ingin melihatmu lagi. Biarkan aku pergi, lupakan aku." Anya berbalik dan meninggalkan Aiden seorang diri.     

Melihat Anya berlari, Aiden merasa khawatir. Hari sudah malam, tidak baik seorang wanita pulang sendirian di tengah malam seperti ini. Pada saat Aiden mengejarnya, ia melihat Anya menghentikan taksi dan menghilang dari hadapannya.     

Kata-kata Anya terus terngiang di telinga Aiden. Apakah benar semua keputusannya selama ini salah?     

'Kalau saja kamu memberitahuku yang sebenarnya dua tahun lalu, aku tidak akan mau bercerai darimu dan aku tidak akan pernah menyerahkan anakku. Aku lebih memilih untuk pergi ke luar negeri bersamamu. Pengobatan di luar negeri sudah sangat maju. Selama ada setitik harapan saja anak kita bisa lahir dengan sehat, aku tidak akan menyerah.'     

Aiden baru tahu bahwa ini yang dipikirkan dan dirasakan oleh Anya selama ini!     

Anya tahu bahwa ibunya tidak bisa memiliki anak lagi karena terlalu gila bekerja. Sama seperti ibunya, cintanya terhadap dunia parfum sangat besar.     

Ia tidak ingin kehilangan karirnya, tetapi semakin lama ia bekerja, semakin kecil juga kemungkinan ia bisa memiliki anak.     

Dua tahun lalu, Anya berjuang keras untuk mempertahankan anaknya. Tetapi Keluarga Atmajaya telah menghancurkan semuanya.     

Aiden paham mengapa Anya begitu mencintai Alisa. Itu karena Anya telah kehilangan putrinya, sementara Alisa yang masih kecil, tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari ibunya.     

Tanpa sadar, Anya mengambil alih peran sebagai ibu Alisa dan menganggap Alisa sebagai pengganti anaknya.     

Anya tidak jatuh cinta pada Jonathan, tetapi ia jatuh cinta pada gadis kecil bernama Alisa.     

Begitu kembali ke mobil, Aiden langsung menelepon Harris, "Anya pulang dengan taksi. Tunggu di rumahnya sampai ia datang. Setelah itu, kamu bisa pulang."     

"Baik, Tuan," jawab Harris.     

Aiden berpikir sejenak dan kemudian berkata, "Berikan ponselnya pada Nadine."     

Harris langsung memberikan ponselnya pada Nadine yang berada di sampingnya. Nadine menerima ponsel itu dengan ketakutan dan menjawabnya dengan gugup. "Paman, saat kami pulang kerja tadi, Raka mengirim bunga untuk bibi dan aku menghentikannya."     

Mata Aiden terlihat semakin dalam saat mendengar berita itu dari mulut Nadine. "Aku memberimu tugas. Besok, Anya akan menjemput gadis kecil bernama Alisa di bandara. Kamu …"     

"Paman, kalau aku bisa menghentikan bibi agar tidak menjadi ibu tiri dari anak itu, bisakah kamu memaafkan aku?" sela Nadine dengan memelas.     

"Hmm …" jawab Aiden.     

"Aku berjanji akan melaksanakan tugasku dengan baik. Terima kasih, Paman!" Nadine melihat sebuah taksi dari kejauhan dan berkata dengan cepat, "Bibi sudah kembali. Aku akan menutup teleponnya."     

Nadine mengembalikan ponsel itu pada Harris dan berlari untuk menghampiri Anya. Ia bahkan membukakan pintu untuk Anya. "Bibi, kamu sudah kembali."     

Anya menghapus air matanya dan menarik napas dalam-dalam, sebelum keluar dari taksi seolah tidak ada yang terjadi. "Kamu belum pulang?"     

"Aku sudah mengembalikan sepedamu ke rumah dan ini bungamu," kata Nadine sambil memberikan bunga dari Raka.     

"Di taman ini banyak bunga. Buket ini untukmu saja," Anya menoleh ke arah Harris yang menunggu tidak jauh dari tempat mereka. "Sudah malam. Pulanglah dan beristirahatlah."     

"Bibi, apa yang akan kamu lakukan besok? Besok aku libur dan aku akan meminjam mobil kakak. Aku ingin mengajakmu pergi. Sudah lima tahun aku tidak pulang. Aku ingin keliling kota dan melihat-lihat," kata Nadine, berpura-pura tidak tahu apa-apa.     

"Besok kamu libur?" Anya berpikir sejenak.     

Nadine memiliki mobil dan bisa membantunya untuk menjemput Alisa. "Besok pagi, jemput aku. Aku akan mengajakmu jalan-jalan."     

"Baiklah! Sampai jumpa besok, Bibi!" Nadine berlari ke arah Harris dengan senang.     

Selama perjalanan pulang, Nadine duduk di kursi belakang sepedanya sementara Harris yang mengendarai sepeda itu, memboncengnya.     

Tangan Nadine memeluk pinggang Harris dan kepalanya tersandar di punggung Harris.     

Harris sangat gugup sehingga ia tidak berani bergerak sedikit pun.     

"Harris, menurutmu, apakah paman dan bibi bisa kembali bersama?" tanya Nadine sambil memandang ke arah langit.     

Nadine merasa semua ini adalah bagian dari kesalahannya.     

Ia turut serta dalam menghancurkan kebahagiaan paman dan bibinya. Dan ia berharap bisa memperbaiki semuanya …     

Semoga, semuanya masih belum terlambat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.