Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bagaimana Kamu Bisa Selamat?



Bagaimana Kamu Bisa Selamat?

0"Mereka bilang Anya adalah anak Kak Maria. mereka memaksa kami untuk bercerai dan membunuh anak kami. Sekarang, mereka telah menemukan anak kandung yang sebenarnya, tetapi mereka memilih untuk menyembunyikannya dariku?" Aiden memukul meja di hadapannya dengan keras, tidak bisa menahan kemarahannya.     

"Tuan, saya rasa Tuan Bima takut Anda akan marah. Kesehatan Nyonya Maria juga semakin memburuk. Tuan Bima khawatir Anda akan membuatnya semakin sakit," kata Harris dengan hati-hati. "Dokter Tara mengatakan bahwa Anda harus menjaga emosi Anda."     

"Bagaimana bisa aku tidak marah? Batalkan semua jadwal malam ini. Aku akan pergi ke rumah Keluarga Atmajaya," kata Aiden.     

"Baik, Tuan."     

Anya masih tidak tahu bahwa Aiden mengetahui semua pembicaraannya dengan Tara. Ia tidak menyadari bahwa CCTV di atas kepalanya telah merekam semua pembicaraannya dengan Tara, membuat Aiden mengetahui rahasia yang Keluarga Atmajaya sembunyikan.     

Hari ini adalah Hari Wanita Internasional sehingga Iris sangat ramai pengunjung, terutama menjelang malam. Anya turun ke lantai bawah untuk membantu.     

Sekitar pukul sembilan malam, Anya dan Nadine menyelesaikan pekerjaan mereka.     

"Bibi, apakah masih ada bus di jam semalam ini?" tanya Nadine.     

"Busnya masih beroperasi hingga jam sebelas malam. Ayo kita harus bergegas," kata Anya sambil tersenyum.     

Nadine mengambil tasnya dan mengikuti Anya.     

Tidak disangka, saat mereka baru saja tiba di depan pintu masuk mall, mereka bertemu dengan Raka.     

"Anya …" Raka menghentikannya.     

"Raka, mengapa kamu di sini?" Anya merasa sangat senang saat melihat Raka.     

"Ini untukmu," Raka mengeluarkan sebuah buket bunga mawar merah dari mobilnya dan langsung memberikannya pada Anya.     

Hari ini adalah hari wanita. Tentu saja Raka sudah menyiapkan hadiah untuk wanita yang istimewa di hatinya.     

"Terima kasih. Bunganya sangat indah!" Nadine muncul dari belakang Anya dan langsung mengambil bunga tersebut.     

"Nadine, kamu sudah kembali!" kata Raka sambil tersenyum.     

"Benar. Sekarang aku bekerja di Iris sebagai asisten bibi!" jawab Nadine dengan sengaja.     

Ekspresi di wajah Raka langsung berubah mendengarnya. Mengapa Anya kembali bekerja di Iris lagi?     

"Anya, apa yang terjadi?" tanya Raka.     

"Pamanku sengaja membeli Iris untuk bibi. Dan aku bertugas untuk membantu bibi mengembangkan Iris. Kak Raka, apa kamu ada keperluan lain lagi? Kalau tidak, kami harus cepat-cepat pulang!" Nadine bekerja di Iris dengan satu tujuan.     

Tujuan utamanya adalah memperbaiki hubungan Anya dan Aiden, dan membuat mereka kembali bersama.     

Bagi Nadine, Raka adalah penghalang tujuannya itu. Semua orang bisa melihat dengan jelas bahwa Raka masih menganggap Anya sebagai wanita yang istimewa di hatinya.     

"Anya, kamu kembali bekerja di Iris? Bukankah kamu pulang untuk mengikuti kompetisi?" tanya Raka dengan panik.     

"Aku menandatangani kontrak kerja dengan Iris selama tiga tahun lalu dan kontrak itu ternyata belum berakhir. Jadi, aku terpaksa kembali bekerja. Saat ini Nadine yang membantuku sebagai asisten," Anya tidak ingin menjelaskan lebih panjang lagi.     

"Apakah kamu kembali bersama dengan Aiden?" tanya Raka secara terang-terangan.     

"Mengapa laki-laki suka bergosip? Aturan mana yang mengatakan bahwa wanita harus menjelaskan hubungan mereka saat ini dengan mantannya?" Nadine langsung melangkah maju ke depan Anya.     

Ia berada di tengah Anya dan Raka, seolah berusaha untuk melindungi bibinya.     

"Anya …" Raka sama sekali tidak memedulikan Nadine yang ada di hadapannya. Matanya tertuju pada Anya.     

"Raka, kamu adalah teman baikku. Kalau memang aku memiliki hubungan baru, kamu adalah orang pertama yang akan aku beritahu. Ngomong-ngomong, bunganya indah sekali. Terima kasih," kata Anya dengan tenang. Setelah itu, ia melihat jam di pergelangan tangannya. "Sudah malam, kami harus segera kembali. Kamu juga pulanglah."     

Raka merasa sangat lega mendengar jawaban Anya. Ia merasa jauh lebih lega setelah mengetahui bahwa Anya tidak kembali bersama dengan Aiden.     

"Tidak baik gadis-gadis cantik seperti kita pulang terlalu larut. Kami akan pergi dulu. Selamat tinggal!" setelah mengatakannya, Nadine langsung menarik tangan Anya menuju ke halte bus.     

"Biar aku yang mengantar kalian," kata Raka.     

"Jalannya tidak searah. Lebih baik kami pulang dengan bus saja agar tidak merepotkanmu," jawab Nadine dengan cepat.     

Berkebalikan dengan Anya yang tidak tahu bagaimana cara menolak, Nadine bahkan tidak perlu berpikir untuk mengelak tawaran Raka. Dengan adanya Nadine, Anya tidak perlu mengatakan apapun.     

Raka berdiri di tempatnya, menyaksikan kepergian kedua wanita itu dengan hati yang kosong.     

Begitu tiba di Indonesia, ia dipaksa oleh orang tuanya untuk pulang, bahkan tanpa bisa memberi kabar pada Anya. Kedua orang tuanya tidak setuju mengenai hubungannya dengan Anya.     

Hari ini, akhirnya ia bisa keluar rumah. Tetapi ia malah melihat Anya bersama dengan Nadine, keponakan Aiden.     

Sebelum ia bisa membujuk orang tuanya untuk menerima Anya sebagai pendamping hidupnya, sekali lagi anggota Keluarga Atmajaya muncul di sisi Anya, membuat Raka merasa semakin takut.     

Meski sekarang Anya tidak kembali bersama dengan Aiden sekali pun, bukan berarti keadaannya akan tetap seperti ini di masa depan.     

Selama dua tahun terakhir ini, Aiden sering kali mengunjungi Anya di Perancis.     

Walaupun Anya tidak tahu, Raka mengetahui semuanya. Ia melihat sendiri dengan mata kepalanya, bahwa Aiden masih sangat mencintai Anya dan tidak bisa melupakannya ...     

Ia mengetahui semuanya …     

…     

Sambil menunggu bus, Anya menatap Nadine dengan senyum tipis di wajahnya.     

"Apakah pamanmu yang menyuruhmu?"     

"Paman sangat keras dan angkuh. Ia sangat peduli pada bibi, tetapi ia tidak akan pernah mengatakannya. Kalau aku tidak membantunya, siapa yang akan membantunya? Bibi, tolong beri paman kesempatan kedua," Nadine langsung memohon untuk pamannya.     

"Aku hanya ingin fokus pada karirku sekarang," jawab Anya singkat.     

"Aku juga sama. Memang uang sangatlah penting. Tidak punya uang selama beberapa hari terakhir ini membuatku kesulitan," kata Nadine dengan ekspresi yang pahit.     

Ketika busnya tiba, Anya langsung menggandeng tangan Nadine dan mencari tempat duduk bersama-sama.     

Setelah bekerja bersama-sama untuk beberapa saat, Anya merasa adanya kecocokan dengan Nadine. Perjalanan di bus hari ini sangat membosankan sehingga untuk pertama kalinya, Anya menanyakan mengenai kehidupan Nadine selama ia pergi dari rumah Keluarga Atmajaya.     

"Aku pergi bersama dengan Kak Keara untuk mencari tanaman-tanaman baru, tetapi tempat itu berbahaya sehingga pemandu kami tidak mau menemani. Akhirnya, kami harus mengeluarkan uang sebesar tiga kali lipat untuk membujuk pemandu itu. Ketakutan pemandu itu benar terjadi, ada buaya yang tiba-tiba menyerang kami dan menyeret Kak Keara. Pemandu itu melarikan diri dan aku yang menyelamatkan Kak Keara. Kak Keara kehilangan satu jarinya dan aku mengalami patah lengan," kata Nadine dengan senyum pahit.     

"Apa?" Anya menatapnya sambil terkejut. Mereka sudah bersama-sama selama beberapa hari, tetapi Anya tidak merasakan ada keanehan di tangan Nadine.     

Nadine menarik lengan bajunya yang panjang dan menunjukkannya pada Anya.     

Sebuah bekas luka terlihat sangat jelas di sana.     

"Untung saja tangan kiriku yang terluka. Meski tanganku tidak bisa kembali seperti semula, ini tidak terlalu mempengaruhi kehidupanku. Hanya saja tanganku jadi tidak indah dilihat," kata Nadine, seolah tidak ada yang terjadi.     

Tetapi Anya bisa melihat ukuran kedua lengan Nadine berbeda. Tangan kirinya yang terluka terlihat jauh lebih kecil seperti kekurangan gizi. Selama ini, Nadine selalu menutupinya dengan menggunakan baju lengan panjang.     

"Bagaimana kamu bisa selamat?" tanya Anya.     

"Aku menyelamatkan Kak Keara, tetapi kemudian ia melarikan diri, katanya ingin mencari bantuan untukku. Aku tidak bisa menunggu lebih lama dan harus membantu diriku sendiri. Tangan kiriku digigit oleh buaya itu, dan aku menggunakan tangan kananku untuk mengambil batu dan menghantam kepalanya dengan keras," mengingat kejadian itu kembali membuat Nadine merasa ketakutan. Kejadian itu terus membayangi dirinya. "Kalau saja waktu itu aku menunggu, mungkin buaya itu akan menyeretku ke dalam air dan mencabik-cabikku."     

Anya menarik lengan baju Nadine dan menutupi lengannya yang terluka dengan lembut. Kemudian, tangannya menggenggam tangan Nadine dengan erat.     

"Jangan takut. Semuanya sudah berakhir sekarang," hiburnya. "Setelah itu, bagaimana kamu bisa selamat? Apakah Keara kembali membawa orang-orang untuk menyelamatkanmu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.