Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pandangan Kabur



Pandangan Kabur

0Setelah Anya pergi, Aiden hanya memejamkan matanya dan bersandar di sofa.     

Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia tidak bisa kembali bersama dengan Anya kalau tidak mengetahui semuanya dengan jelas.     

Ia harus mencari tahu terlebih dahulu apakah Anya benar-benar keponakannya atau bukan. Setelah itu, baru ia bisa memperjelas hubungannya dengan Anya.     

Tetapi rasanya cintanya pada Anya begitu besar, hingga membuatnya tidak mampu menahan diri.     

...     

Begitu melihat Anya tiba-tiba saja keluar dari kantor Aiden, Harris langsung tahu apa yang terjadi.     

"Tuan, bolehkan saya masuk?" Harris mengetuk pintunya.     

"Masuklah," jawab Aiden singkat.     

Harris membuka pintu dan melihat buket mawar yang ada di atas meja telah terjatuh bersama dengan kotak perhiasan di sampingnya.     

"Ada apa, Tuan? Saya melihat Nyonya pergi," Harris melihat makanan yang masih utuh di atas meja. Sepertinya Anya dan Aiden masih belum sempat makan.     

"Besok, tidak usah menjemput Anya. Kirimkan saja makanan untuknya ke Iris," kata Aiden sambil memejamkan matanya dan menutupi matanya dengan lengannya.     

"Tuan, Anda terlihat pucat. Apakah Anda sakit kepala lagi?" tanya Harris dengan cemas.     

Aiden hanya mengibaskan tangannya, "Jangan bilang pada siapa-siapa untuk sementara ini."     

Sekarang, hanya Harris satu-satunya orang yang bisa ia percaya. Tidak ada yang bisa ia percaya lagi ...     

"Tuan, Anda semakin sering sakit kepala akhir-akhir ini. Apakah Anda tidak ingin memeriksakannya di rumah sakit? Bagaimana kalau kita ke Rumah Sakit Dartha?"     

Aiden menegakkan tubuhnya dan menyandarkan lengannya di samping sofa. "Dua tahun lalu, Anya dan Kak Maria telah melakukan tiga kali tes DNA. Tes DNA pertama berasal dari Rumah Sakit Dartha. Tes DNA kedua dilakukan di Hong Kong. Keara sudah mengetahui hasil tes DNA yang pertama, tetapi ia menyuruh orangnya pergi ke Hong Kong untuk melihat tes DNA ini lagi. Bagaimana menurut pendapatmu?"     

Setelah berpikir sejenak, Harris akhirnya menyadari, "Ia tahu bahwa hasil tes DNA yang pertama salah. Apakah ia yang melakukannya?"     

"Mungkin saja Dokter Tirta sekarang juga membantu Keara. Sakit kepala ini, jangan sampai ada yang tahu. Dokter Tirta sudah tidak bisa dipercaya," kata Aiden dengan tatapan tidak tertebak.     

Harris mengangguk, "Bagaimana kalau melakukan pemeriksaan di luar negeri? Anda bisa mengatakan bahwa Anda pergi dinas."     

"Tidak bisa. Aku khawatir pada Anya. Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian sekarang. Panggil Tara saja ke sini," kata Aiden.     

"Tuan, kalau Dokter Tirta tidak bisa dipercaya, bukankah Nona Tara juga tidak bisa dipercaya. Bagaimana pun juga mereka adalah keluarga," kata Harris.     

"Lakukan saja sesuai dengan perintahku," Aiden memejamkan matanya.     

Setengah jam kemudian, Tara tiba di kantor Aiden. Ketika ia melihat banyak makanan lezat di atas meja sama sekali tidak tersentuh, ia merasa sedikit sedih.     

"Apakah Anya tidak datang hari ini?" Tara meletakkan kotak obatnya dan mulai memeriksa Aiden. Karena ia adalah sahabat Anya, Anya menceritakan semuanya pada Tara sehingga Tara tahu Anya seharusnya makan siang bersama dengan Aiden setiap hari.     

"Tadi Anya datang. Tapi ia marah dan pergi. Ia bilang tidak mau datang lagi," kata Aiden sambil tersenyum pahit.     

Tara meletakkan tangan Aiden dan memeriksa denyut nadi tangan yang satunya.     

"Aku dengar, kamu pergi ke rumah lama Keluarga Atmajaya?" tanya Aiden.     

Tangan Tara berhenti bergerak mendengar pertanyaan itu tetapi ia tidak mengelak.     

"Apakah Kak Maria mengatakan sesuatu?" tanya Aiden lagi.     

"Apa maksudmu?" Tara merasa panik mendengarnya.     

Ia sedikit takut pada Aiden. Meski ia tidak memberitahu Aiden yang sejujurnya, ia merasa tatapan Aiden seolah bisa menembus pikirannya.     

"Katakan padaku yang sejujurnya. Apakah Kak Maria menceritakan alasan di balik perceraianku dengan Anya dua tahun lalu? Bagaimana mungkin Anya mau menemui Kak Maria setelah apa yang dilakukannya?" Aiden menatap Tara lekat-lekat.     

"Aku … Ketika mereka bicara, aku menunggu di luar. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan," Tara mengelak.     

"Apakah kamu benar-benar tidak tahu, atau tidak berani memberitahuku?" tatapan tajam Aiden tertuju pada Tara.     

Tara menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap Aiden. "Aku tidak tahu. Jangan tanyakan padaku."     

Aiden menatap Tara dan kemudian memutuskan untuk tidak mendesaknya. "Ada apa denganku?"     

"Kalau kamu hanya merasakan sakit kepala tanpa gejala lain, mungkin sakit kepalanya terjadi karena insomnia. Kalau kamu mengalami gejala lain seperti pandangan kabur, pusing atau mual, kamu harus segera memeriksakannya ke rumah sakit," kata Tara.     

"Kalau pandanganku kabur seperti dulu, ada apa denganku?" tanya Aiden.     

"Apakah kamu tidak bisa melihat lagi?" Tara menengadah dan menatap Aiden dengan terkejut.     

"Tidak, aku menanyakan mengenai masa lalu," jawab Aiden singkat.     

"Kamu pernah terluka sebelumnya dan luka itu mempengaruhi saraf otak. Tidak ada cara lain bagi saraf otak untuk pulih dengan sendirinya. Beberapa orang bisa aja sembuh karena mujizat sepertimu dan beberapa orang tidak bisa pulih seumur hidupnya. Apakah ada gejala lain selain sakit kepala?" tanya Tara sekali lagi.     

"Tidak," jawab Aiden dengan tenang.     

"Apa yang terjadi sebelum kamu sakit kepala?"     

"Aku bertengkar dengan Anya. Ia pergi dengan marah tanpa menyentuh makanannya," Aiden memanfaatkan kesempatan ini untuk menggunakan Anya sebagai alasan.     

Tara merasa sedikit canggung. Bagaimana pun juga, posisinya berada di tengah-tengah. Ia adalah sahabat Anya dan juga dokter pribadi Keluarga Atmajaya.     

Memang hanya Anya saja yang bisa membuat Aiden seperti ini.     

"Tidurlah dengan cukup, banyak istirahat. Dan jangan terlalu emosi. Semua itu bisa memicu tekanan darah tinggi dan membuatmu sakit kepala," kata Tara dengan berani.     

Aiden memegang kepalanya yang masih sakit. "Apakah ada cara untuk menghilangkan sakit kepala ini secara langsung?"     

"Apakah kau ingin coba akupuntur?" tanya Tara.     

"Apakah itu berguna?"     

"Lebih berguna dibandingkan obat tidur," jawab Tara.     

"Datanglah setiap jam makan siang kalau begitu," kata Aiden, "Setelah itu, bisakah kamu mengantarkan makanan untuk Anya? Kamu juga bisa ikut makan dengannya."     

Anya langsung mengangguk. Tentu saja ia tidak akan menolak masakan buatan Hana.     

Setelah melakukan akupuntur pada Aiden, Tara meninggalkan kantornya.     

Harris langsung menghampirinya saat Tara keluar. "Dokter Tara, bagaimana keadaan Tuan?"     

"Tidak ada masalah. Sakit kepalanya hanya karena insomnia dan kurang istirahat. Banyak minum vitamin dan pastikan suasana hatinya tetap baik. Jangan terlalu emosi dan tidur cukup, ia akan baik-baik saja," kata Tara dengan santai.     

"Bagaimana keadaannya sekarang?"     

"Sekarang ia sedang berbaring di sofa, mungkin sebentar lagi akan tertidur. Seharusnya ia bisa tidur sekitar satu hingga dua jam, tetapi tergantung orangnya juga," jawab Tara.     

"Terima kasih, Dokter Tara. Maaf saya tidak bisa mengantar Anda. Di bawah sudah ada supir yang menunggu," setelah mengatakannya, Harris langsung masuk ke dalam kantor Aiden.     

Aiden masih mengantuk dan berbaring di atas sofa.     

"Tuan, mengapa Anda tidak memberitahu Dokter Tara mengenai pandangan Anda yang kabur?" tanya Harris dengan khawatir.     

"Tidak bisa sekarang. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tahu orang tua kandung Anya. Seseorang sengaja menukar hasil tes DNA dan membuat Anya menjadi anak Kak Maria. Galih dan Indah tidak mungkin melakukannya sendiri dan kemampuan Keara tidak sehebat itu untuk merencanakan semua ini. Segera cari tahu siapa yang membantunya," perintah Aiden.     

"Tuan, penyelidikan ini masih bisa ditunda. Yang lebih penting adalah kesehatan Anda," Harris khawatir bahwa metode yang dilakukan oleh Tara ini hanya berkhasiat untuk sementara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.