Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengapa Hatinya Sesakit Ini?



Mengapa Hatinya Sesakit Ini?

0"Anya, aku berhutang padamu. Biarkan aku menebusnya dan membantumu untuk mencari orang tuamu," kata Aiden.     

Anya memandang mata Aiden yang jernih dan bisa merasakan ketulusannya. Aiden benar-benar ingin membantunya.     

Mungkin dengan bantuan Aiden, ia bisa menemukan orang tuanya lebih cepat.     

"Terima kasih. Aku akan mengirimkan informasinya kepadamu," Anya mengeluarkan ponselnya dan hendak mengirimkan informasi yang ibunya miliki pada Aiden. Ketika ia mau mengirimkannya, ia bertanya, "Apakah nomor ponselmu masih sama?"     

"Hmm …" jawab Aiden.     

"Aku pikir kamu sudah ganti nomor, atau menghapus nomorku. Aku tidak mendengar kabarmu sama sekali selama dua tahun," Anya tersenyum pahit dan mengirimkan informasi tersebut ke ponsel Aiden.     

Aiden tidak tahu bagaimana menjawabnya.     

Selama dua tahun, meski Aiden tidak menghubungi Anya, Aiden selalu memperhatikan media sosialnya. Beberapa kali, Aiden juga pergi ke Perancis untuk mengunjunginya, tetapi Anya sama sekali tidak tahu.     

"Aku jarang bermain ponsel. Tetapi aku tidak pernah memblokirmu," kata Aiden.     

"Aiden, apakah kamu tidak pernah melihat media sosial?" Anya tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya.     

"Aku melihatnya media sosialmu. Semua foto yang kamu unggah," jawab Aiden.     

Anya tidak bisa menahan air matanya saat mendengar jawaban Aiden. Ia menundukkan kepalanya, berusaha untuk menyembunyikan air mata itu. Dan saat mengangkat kepalanya lagi, ia berkata, "Lain kali aku yang akan memblokirmu."     

"Anya, jangan menangis. Aku menunggu kepulanganmu dan sekarang aku berniat untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dua tahun lalu," Aiden mengulurkan tangannya untuk membelai wajah Anya. Tetapi Anya langsung berbalik dan meninggalkan ruangan kantor Aiden.     

Ia bergegas menuju ke arah lift dan saat pintu lift tertutup, air mata mengalir di wajahnya.     

Begitu masuk ke dalam mobil, Anya bersandar di jendela dan menangis seperti anak kecil.     

Otaknya terus mengatakan agar ia tidak pernah memaafkan Aiden, tetapi mengapa hatinya sesakit ini?     

Anya lebih memilih Aiden bersikap kejam padanya agar ia bisa membencinya.     

Tetapi kalau Aiden bersikap seperti ini, apa yang bisa ia lakukan?     

Ia tidak ingin melihat Aiden yang seperti ini. Ia tidak ingin melihat Aiden yang dicintainya dulu.     

Ketika kembali ke Iris, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Anya mengurung dirinya di dalam ruang parfum dan tidak keluar lagi.     

Pada pukul setengah enam sore, Nadine naik ke lantai dua dan menemukan Anya masih sibuk di dalam ruang parfum.     

Kemudian, ia mengetuk jendela kacanya.     

Anya mengangkat kepalanya dan melihat Nadine. Ia membuka pintu ruang parfum dan keluar.     

"Ada apa?" tanya Anya dengan ekspresi datar.     

"Aku adalah asistenmu. Kalau tidak ada pekerjaan lain yang bisa aku lakukan untukmu, aku akan pulang," Nadine menunjukkan jam di dinding. "Jam kerjaku adalah jam 8 sampai jam 5."     

"Pulanglah. Aku tidak punya pekerjaan lagi untukmu," jawab Anya.     

"Bibi, jam berapa kamu pulang kerja? Ayo pulang bersama-sama," kata Nadine.     

"Aku akan pulang kalau aku sudah selesai. Kamu bisa pulang dulu. Jangan tunggu aku," Anya juga ingin pulang lebih cepat dan makan malam bersama dengan ibunya. Tetapi ia tidak ingin pulang bersama Nadine.     

Nadine terus mengibaskan tangannya dan menolak untuk pulang, "Aku akan menunggu. Nanti aku bisa membantumu beres-beres," tanpa menunggu jawaban Anya, Nadine langsung masuk ke dalam ruangan dan membantu Anya membersihkan peralatannya.     

Anya melihat Nadine bergerak dengan sangat cekatan, menata semua barang-barang di meja dengan rapi.     

Mila masih berada di Iris dan sedang mengatur para karyawannya untuk menyusun produk-produknya. Pada saat itu, ia melihat Anya dan Nadine turun dari lantai dua bersama-sama. Ia langsung menghampiri Anya. "Anya, kamu akan pulang sekarang?"     

Anya melihat beberapa pegawai membuka dus berisi produk baru dan bertanya. "Apakah ini produk untuk event?"     

"Beberapa hari lagi, tanggal 8 Maret, adalah hari perempuan internasional. Kita akan mengadakan promosi dan toko pasti akan semakin ramai," jawab Mila.     

Anya mengangguk. Ia tahu banyak orang yang dibutuhkan saat acara di toko. "Pada tanggal 7 dan 8, aku dan Nadine akan lembur hingga jam 7 malam."     

"Baiklah, aku akan memberitahu Bu Esther!" kata Mila dengan senang.     

Awalnya, Nadine ingin menolak. Tetapi karena Anya sudah mengatakannya, ia tidak bisa berbuat apa-apa.     

Setelah meninggalkan Iris, mereka menuju ke halte bus bersama-sama.     

Sambil menunggu bus, Anya melihat Nadine terus cemberut dan bertanya, "Ada apa denganmu?"     

"Bibi, kalau aku bekerja hingga jam 7, bagaimana dengan makan malamku? Aku hanya mendapatkan uang jajan sebesar 20 ribu. Aku tidak bisa beli makan malam," kata Nadine dengan sedih.     

Anya tertawa mendengar keluhan gadis itu. "Kamu kesal bukan karena kerja lembur, tetapi karena makan malam? Kita akan mendapatkan jatah makan malam kalau lembur. Kalau kamu tidak suka makanannya, kamu bisa makan di rumahku."     

��Benarkah?" mata Nadine langsung berbinar.     

"Ibuku dan aku hanya tinggal berdua. Kami tidak keberatan kalau kamu ikut makan malam," Anya merasa sedikit bersalah karena tanpa sadar ia memaksa Nadine untuk ikut lembur bersamanya. Oleh karena itu, ia akan menyediakan makan malam untuk Nadine.     

"Aku tidak punya makan malam hari ini. bisakah aku menumpang makan di rumah bibi?" Nadine memandang Anya dengan memelas.     

Bus berhenti di depan mereka dan saat pintunya terbuka, Anya langsung menggandeng tangan Nadine ke dalam.     

"Di mana kamu makan kemarin malam?" tanya Anya.     

"Kalau Harris tidak lembur, ia akan makan malam di rumah paman dan membawakan pulang bungkusannya untukku. Tetapi hari ini Harris lembur dan aku tidak bisa makan malam di rumah paman. Aku harus menunggu Harris hingga pulang dari kantor."     

Nadine memeluk lengan Anya dengan manja. "Bibi, bisakah aku makan malam denganmu? Paman adalah bos yang jahat. Ia sering memaksa Harris lembur. Beberapa hari terakhir ini aku hanya bisa makan mie instan dan sekarang aku ingin muntah. Aku tidak akan makan gratis di rumah bibi. Kalau nanti aku sudah mendapatkan gajiku, aku akan membayarnya!"     

Anya tidak menyangka putri dari Keluarga Atmajaya tidak mendapatkan cukup makanan seperti ini.     

Apakah ini karena identitas Nadine yang sebenarnya? Nadine bukan anak kandung Maria, melainkan anak dari kakak Aiden dan selingkuhannya.     

Sekarang, Maria telah menemukan anak kandungnya. Mungkin saja Maria sudah tidak peduli pada Nadine.     

Aiden bahkan menyuruh Nadine untuk tinggal bersama dengan Harris. Sementara itu, Harris yang tidak tahu apa-apa, sama sekali tidak bisa merawat Nadine.     

Ia hanya memberikan 20 ribu rupiah untuk sarapan dan makan siang. Untuk makan malam, Nadine harus menunggu hingga Harris pulang. Kalau Harris pulang terlambat, Nadine akan kelaparan.     

"Kasihan sekali kamu. Ikutlah denganku. Kamu bisa makan di rumahku," Anya langsung menelepon ibunya dan mengatakan bahwa ia akan mengajak asistennya untuk makan malam di rumah.     

"Terima kasih, bibi. Kamu adalah orang paling baik yang pernah aku temui," Nadine memeluk lengan Anya sambil tersenyum lebar.     

"Jangan memujiku seperti itu. Aku tahu kamu melakukan sesuatu. Kalau tidak, Aiden dan Harris tidak akan melakukan hal ini kepadamu," walaupun Anya tidak tahu apa yang terjadi, ia tahu bahwa Nadine sedang dihukum.     

"Aku … Aku melakukan kesalahan. Tetapi aku tidak bisa menceritakannya padamu," kata Nadine dengan perasaan bersalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.