Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Asisten Kecil



Asisten Kecil

0"Bibi, apakah ada yang menjual sarapan di sini?" tanya Nadine dengan lemah. Ia benar-benar kelaparan karena belum sarapan hari ini.     

Pamannya sangat kejam padanya dan Harris pun tidak bisa membantunya ...     

Ketika mendengar cara Nadine memanggilnya, Anya langsung berkata, "Jangan panggil aku bibi. Aku dan Aiden sudah bercerai dua tahun lalu. Apakah Bu Hana tidak menyiapkan sarapan hari ini?"     

"Aku tinggal di rumah Harris. Paman tidak ingin melihat wajahku sekarang sehingga aku tidak bisa sarapan," suara Nadine semakin lama menjadi semakin pelan.     

Anya tidak tahu mengapa Aiden tidak ingin bertemu dengan Nadine. Padahal sebelumnya, Aiden terus berusaha untuk mencarinya.     

Anya mampir terlebih dahulu di toko bunga langganannya dan kemudian menyapa pemiliknya. "Bibi Lanny, apakah bibi ingat padaku?"     

"Anya! Kamu sudah kembali! Kamu mau pergi ke mana sekarang?" tanya Lanny. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Anya.     

"Aku mau pergi kerja. Ban sepeda temanku bocor. Bisakah aku menitipkannya di toko bibi?"     

Tanpa pikir panjang Lanny langsung mengangguk, "Tentu saja. Titipkan saja di sini. Nanti malam kalian bisa mengambilnya lagi. Jangan lupa mengunci sepedanya."     

"Terima kasih, Bibi!" Anya mengucapkan terima kasih pada Lanny dan Nadine langsung melakukan hal yang sama.     

"Sama-sama. Berangkatlah bekerja! Nanti kalian akan terlambat!" Lanny melambaikan tangannya.     

Anya berbalik dan berjalan menuju ke arah halte. Sementara itu, Nadine langsung mengikutinya di belakangnya.     

"Tunggu aku!" dengan alaminya, Nadine langsung menggandeng tangan Anya, seolah mereka sudah berteman dekat sejak lama.     

Anya merasa sedikit malu. Baginya, Nadine adalah orang asing.     

Mereka tidak pernah bertemu sebelumnya, tidak pernah berkenalan. Ditambah lagi, ia dan Aiden sudah bercerai. Ia merasa hubungannya dengan Nadine terasa semakin canggung.     

Sekarang ia akan pergi ke Iris, di mana semua orang tahu bahwa tempat itu adalah milik Aiden. Kalau orang-orang melihatnya bergandengan tangan dengan Nadine, apa yang orang lain pikirkan?     

"Bibi, apakah kamu tahu jalan menuju mall Atmajaya Group? Aku tidak seberapa tahun jalan, bisakah kamu membantuku?" tanya Nadine.     

Anya mengerutkan keningnya saat mendengar panggilan itu lagi. Memang Nadine adalah adik Nico. Seperti kakaknya, Nadine tidak mau memahami kata-katanya.     

Anya sudah bilang bahwa ia dan Aiden sudah bercerai dan meminta Nadine agar tidak memanggilnya bibi. Tetapi Nadine tetap bersikeras.     

"Mengapa kamu pergi ke mall pagi-pagi sekali?" tanya Anya.     

"Untuk bekerja," jawab Nadine.     

"Aku juga akan ke sana. Ikutlah denganku," jawab Anya.     

"Terima kasih!" Nadine menjawab dengan ceria.     

Wajah Anya terlihat datar, tetapi sebenarnya ia bisa merasakan keceriaan Nadine menular padanya. setidaknya, sepanjang perjalanan ini, ia tidak merasa kesepian.     

Nadine sangat cerewet. Meski pada orang baru sekali pun, ia bisa mendekatkan dirinya dengan sangat mudah.     

Ia mudah membuka dirinya pada orang lain, hingga menceritakan mengenai pertengkarannya dengan Nico saat ia masih kecil. Itu sebabnya, Anya bisa tahu bahwa Nadine ini adalah Nadine yang menghilang bersama dengan Keara, bukan putri kandung Maria.     

Ketika tiba di halte tujuan mereka, Anya dan Nadine turun bersama-sama.     

Saat melewati supermarket, Nadine mengajak Anya untuk mampir terlebih dahulu. "Bibi, aku ingin membeli roti terlebih dahulu. Apakah kamu mau?"     

"Kamu hanya makan roti untuk sarapanmu?" tanay Anya.     

"Aku tidak punya uang. Aku hanya diberi uang 20 ribu sehari. Jadi aku hanya bisa beli roti," saat mengatakannya, Nadine mengerucutkan bibirnya dengan sedih.     

Aiden benar-benar kejam. Ia hanya memberikan uang 20 ribu untuk Nadine.     

Kalau Nadine lembur dan tidak sempat pulang dengan bus. Bagaimana ia bisa pulang? Dengan berjalan kaki?     

"Apakah bibi mau?" Nadine menoleh dan memandang ke arah Anya sambil tersenyum. "Roti ini harganya 10 ribu. Aku punya 20 ribu, jadi aku bisa beli dua."     

Anya menggelengkan kepalanya. "Terima kasih. Tapi aku sudah sarapan. Kamu saja."     

Nadine akhirnya membeli roti tersebut dan dua kotak susu.     

"Bibi, ini untukmu!" Nadine menusukkan sedotan pada kotak susu tersebut dan memberikannya pada Anya.     

Melihat senyumannya yang tulus, Anya tidak bisa menolaknya. Hatinya terasa terenyuh. Melihat Nadine membuatnya teringat pada Nico. "Terima kasih."     

"Ayo kita ke sana dan duduk sebentar. Setelah itu kita bisa berjalan lagi," Nadine menggandeng tangan Anya dan duduk di sebuah kursi tinggi dekat jendela.     

Anya melihat ke arah jamnya. Hari masih sangat pagi, jadi ia memutuskan untuk menemani Nadine.     

Ketika Nadine makan, ia sangat tenang dan menikmati makanannya.     

"Nadine, aku kira aku salah melihat orang! Ternyata benar-benar kamu!" Keara tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka.     

Wajah Anya langsung berubah ketika ia melihat Keara.     

"Selamat pagi, Kak Keara!" Nadine melambaikan tangannya dan menyapa Keara dengan ceria.     

"Bagaimana bisa kamu bersama dengan wanita?" Keara melirik ke arah Anya dengan sinis. Kebencian terpancar dari matanya.     

"Aku bertemu dengannya di tengah jalan. Mulai hari ini aku akan bekerja di Iris, sebagai asisten!" kata Nadine sambil tersenyum.     

Keara menatap ke arah Anya. Ia ingat bahwa Anya adalah kepala parfumeur di Iris. Kalau Nadine bekerja di Iris untuk menjadi asisten, bukankah itu artinya Nadine akan menjadi asisten Anya?     

Anya juga terkejut mendengarnya. Ia tidak tahu bahwa Nadine bekerja di Iris, tempat yang sama dengannya.     

"Nadine, kalau kamu mau belajar membuat parfum, bekerjalah denganku saja," kata Keara.     

"Kak, aku akan terlambat. Lain kali kita ngobrol lagi ya kalau aku tidak sibuk," Nadine langsung menggandeng tangan Anya dan berkata, "Bibi, ayo pergi."     

Anya tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga ia pergi dari tempat tersebut.     

"Bibi, kamu harus berhati-hati dengan Keara," kata Nadine.     

Anya tahu betul bahwa menghilangnya Nadine selama ini ada hubungannya dengan Keara. Sepertinya, kecurigaannya itu benar.     

"Aku akan berhati-hati. Terima kasih sudah mengingatkan aku," jawab Anya.     

"Bibi, mengapa kamu tidak bertanya padaku mengenai siapa yang akan menjadi bosku di Iris nanti?" Nadine tersenyum dengan nakal. Ekspresinya tampak seperti rubah kecil, persis seperti kakaknya, Nico.     

"Sepertinya aku tidak perlu menebaknya. Kamu pasti akan menjadi asistenku. Apakah Harris yang mengatur semua ini?" Anya tahu Aiden sangat sibuk dan semua yang mengurus pekerjaan remeh adalah Harris.     

"Bibi, kamu sangat cerdas. Harris yang menyarankan pada paman agar aku bisa bekerja untukmu. Tetapi Harris juga yang menyarankan untuk memberiku uang jajan sebesar 20 ribu," kata Nadine dengan tidak berdaya.     

Anya mengelus kepala Nadine dengan lembut. "Jangan sedih, ayo kita pergi bekerja saja."     

Nadine merasa senang bisa mengambil hati Anya. Memang tujuan utamanya mendekati Anya agar pamannya mau memaafkannya.     

Namun, ia tidak menyangka ternyata Anya adalah wanita yang sangat baik.     

Nadine juga bisa merasakan ketulusan dan kehangatan dari Anya sehingga ia sangat menyukai bibinya itu!     

…     

Di hari pertamanya bekerja, Nadine bertanggung jawab di area pembuatan parfum khusus, area tempat Anya bekerja dulu. Saat ini, ia bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang dipegang oleh Anya sebelumnya.     

Dari pagi, Anya mengurung dirinya di dalam ruang parfum dan tidak keluar sama sekali.     

Tetapi berita bahwa Anya kembali bekerja di Iris telah tersebar di kota.     

Tidak hanya Keara saja yang mengetahuinya, tetapi juga Imel.     

Di siang hari, Harris datang secara khusus untuk menjemput Anya sehingga membuat keributan terjadi.     

"Anya, apakah kamu dan Aiden kembali bersama?" Mila menghentikan Anya ketika hendak pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.