Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Buah Ceri



Buah Ceri

0Anya terdiam di depan pintu kantor Aiden, tidak tahu harus berbuat apa.     

Pengawal Aiden juga tidak bisa berbuat apa-apa karena kedua tangannya sedang penuh. Ia tidak bisa mengetuk pintu dan juga tidak bisa masuk secara sembarangan.     

"Bisakah Anda membantuku mengetuk pintunya, Nyonya?" pengawal itu kembali memandang ke arah Anya dengan malu. Ia merasa sedikit tidak enak harus meminta tolong pada Nyonya-nya.     

Anya seperti tersadar dari lamunannya. Ia melihat dua bungkusan di tangan pengawal tersebut dan mengangguk. Kakinya melangkah mendekati pintu dan mengetuknya pelan.     

"Masuk!" suara Aiden terdengar dari dalam.     

Suara itu membuat tangan Anya sedikit gemetaran dan jantungnya berdegup lebih kencang. Suara itu masih saja memberi efek yang sama seperti dulu. Meski sudah berusaha membunuh hatinya, ternyata perasaannya masih belum mati juga.     

Anya menarik napas dalam-dalam dan membuka pintu sambil berusaha untuk menenangkan diri.     

"Tuan, makan siang Anda," pengawal tersebut mengucapkan salam dan meletakkan semua bungkusan yang dibawanya di atas meja.     

Mata Aiden terus tertuju pada Anya, tidak peduli meski pengawalnya sedang membawakan makanan. Anya merasa sangat canggung saat menyadari tatapan Aiden itu.     

Sebelum masuk ke dalam ruangan saja hatinya sudah kacau. Sekarang ia hanya bisa menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan Aiden.     

Ia datang untuk membahas mengenai pemutusan kontraknya, tetapi hingga saat ini, ia tidak berani membuka mulutnya. Melihat tatapan Aiden saja ia sudah panik.     

Anya berusaha untuk menutupi kepanikannya dan kemudian memandang ke arah Aiden, "Aiden, lama tidak bertemu."     

"Kita baru saja bertemu di bandara beberapa hari lalu," Aiden bisa melihat kepanikan Anya dan ia langsung berkata pada pengawalnya. "Tinggalkan semua barangnya dan keluarlah dari sini."     

Pengawal tersebut langsung memahaminya dan meninggalkan ruangan.     

Anya menautkan kedua tangannya dengan erat. Bibirnya terkatup dengan rapat, tidak tahu harus berkata apa lagi.     

Dasar bodoh! Mengapa ia harus berbasa-basi seperti itu? Beberapa hari lalu kan mereka bertemu!     

'Jangan panik, jangan takut, Anya!' ia mengucapkan kalimat itu di dalam hatinya berulang kali.     

Anya menarik napas dalam-dalam dan menegakkan tubuhnya sebelum berkata, "Aku datang hari ini untuk membahas mengenai pemutusan kontrak denganmu. Dua tahun lalu, aku menandatangani kontrak kerja dengan Iris …"     

"Ini jam makan siang. Aku tidak mau membicarakan mengenai pekerjaan," Aiden bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah meja makan.     

"Oh! Kita bisa bicara setelah kamu makan," jawab Anya sambil mengangguk.     

Setelah bekerja seharian, Aiden pasti lapar. Jam istirahatnya pun harus terganggu masalah pekerjaan karena Anya. Jadi, ia memutuskan untuk menunggu.     

Selama suasana hati Aiden masih baik dan setuju untuk memutus kontrak kerjanya, Anya bersedia menunggu selama apa pun.     

"Aku tidak nafsu makan kalau harus makan sendirian. Makanlah bersamaku," Aiden menarik kursi untuk Anya.     

Mana berani Anya makan bersama dengan Aiden?     

"Aku tidak lapar. Kamu makan saja, aku akan menunggumu selesai makan," tolak Anya dengan halus.     

"Kalau kamu menemaniku makan, aku akan membahas masalah kontrak kerja itu denganmu. Kalau tidak, aku tidak mau," kata Aiden.     

Anya merasa harapan di hatinya runtuh. Memikirkan kontrak kerjanya yang ada di tangan Aiden, Anya tidak punya pilihan lain selain menurutinya.     

"Baiklah kalau begitu," Anya duduk di kursinya sambil memaksakan senyum tipis.     

Tanpa sadar, tangannya membuka bungkusan makanan seperti saat ia menyiapkan makan siang Aiden dulu.     

Mata Anya berbinar ketika melihat makanan yang disiapkan oleh Hana. sudah lama ia tidak makan masakan Hana dan ia sangat merindukannya.     

Aiden menatap wajah Anya seolah berusaha untuk mengingat ekspresi Anya di benaknya. "Makanlah supnya dulu," kata Aiden.     

"Hmm …" Anya mengambil mangkuk sup sambil diam-diam memandang ke arah Aiden. Aiden tampak lebih kurus dari sebelumnya, tetapi wajahnya terlihat lebih tajam.     

Ada garis-garis samar di antara alisnya, mungkin karena Aiden terlalu sering mengerutkan keningnya.     

Anya hanya bisa makan dalam diam, menikmati masakan lezat buatan hanya sambil tersenyum.     

Aiden bisa melihat bahwa Anya sangat menyukai makanan yang ada di atas meja. Melihatnya menikmati makanan membuat bibir Aiden sedikit tersungging.     

Di dunia ini, hal terindah adalah melihat orang yang kamu cintai menikmati makan di hadapanmu sambil tersenyum manis!     

Dari dulu, Aiden sangat senang melihat Anya menikmati makanannya.     

Ditambah lagi , hari ini, Anya menemaninya makan siang. Hal ini membuat makan siangnya terasa lebih istimewa.     

Tangan Aiden memindahkan makanan kesukaan Anya lebih dekat dengannya dan mengambil makanan yang tidak terlalu disukai Anya.     

Kemudian, ia memberikan selembar tisu pada Anya. "Makan pelan-pelan saja."     

Anya menerimanya dengan malu. "Masakan Bu Hana memang sangat enak. Sudah lama aku tidak mencicipi masakan Bu Hana, aku merindukannya."     

"Kamu terlalu kurus. Makanlah lebih banyak," Aiden mengelus kepala Anya, seperti yang biasa ia lakukan.     

Tangan Anya langsung berhenti bergerak. Sentuhan Aiden langsung membuatnya kembali ke kenyataan. Ia langsung mundur dari tempatnya dan menghindari Aiden. "Aiden, tolong jangan sentuh aku…"     

Kehilangan pijakannya, Aiden menarik kembali tangannya. "Anya, apakah kamu harus bersikap seperti ini kepadaku?"     

Anya terdiam sejenak mendengar jawabannya seolah menimbang-nimbang apa yang harus ia katakan selanjutnya. "Kamu tidak menginginkan aku dan bayiku. Kita sudah bercerai. Apa lagi yang kamu inginkan?" Anya memundurkan kursinya, menjauh dari Aiden.     

"Anya, saat itu aku sedang menghadapi masalah besar dan kesulitan. Sekarang kamu kembali, aku akan menceritakan semuanya kepadamu," kata Aiden.     

Anya tidak menjawab dan juga tidak kembali makan. Ia hanya diam saja sambil memandang ke arah Aiden.     

Apa yang mau Aiden katakan?     

Hingga saat ini, Aiden berpikir bahwa ia adalah keponakannya. Aiden bahkan tidak tahu bahwa yang ia ketahui semuanya adalah kebohongan.     

Ia tidak tahu bahwa selama ini ia mempercayai hal yang salah.     

Ia tidak tahu bahwa ia telah salah membuat keputusan.     

Lalu sekarang apa yang mau Aiden jelaskan?     

"Tidak perlu. Dua tahun sudah berlalu, aku sudah melupakan semuanya. Aku hanya ingin bekerja keras dan berbakti pada ibuku sekarang," kata Anya dengan tenang.     

Aiden membuka mulutnya tetapi tidak ada yang bisa keluar dari bibirnya.     

Setelah makan siang itu berakhir, seperti biasanya Anya membereskan makan tersebut dan memasukkan semua kotak makan kembali ke dalam tas.     

Setelah selesai, ia melihat Aiden sudah menghilang dari hadapannya.     

Jarang-jarang Anya bisa bertemu dengannya. Dan sekarang begitu bisa bertemu, mereka belum sempat menyelesaikan masalah kontrak kerja mereka.     

Anya tidak akan pulang dengan tangan kosong.     

Ia duduk di sofa dan menanti Aiden dengan sabar, tetapi ia tidak bisa duduk dengan tenang seperti dulu.     

Begitu Aiden kembali, ia datang sambil membawa sepiring buah ceri di tangannya.     

Anya terkejut melihatnya. Aiden pergi untuk mengambilkan buah kesukaan untuknya?     

"Kita bisa bicara sambil makan," Aiden meletakkan piring itu di meja depan sofa. Melihat Anya diam saja dan tidak mengambilnya, ia mengambil satu buah ceri dengan tangannya dan memberikannya padanya. "Aku tidak tahu apakah buah ceri ini manis atau tidak."     

Anya mengambilnya dan memasukkan buah tersebut dalam mulutnya. Buah cerinya sangat merah dan terasa manis.     

"Yang aku tahu, buah ceri ini tidak semanis kamu …" kata Aiden dengan suara pelan.     

Anya kembali terdiam untuk kesekian kalinya. Apakah Aiden sedang menggodanya?     

Apakah Aiden tahu bahwa ia bukan putri kandung Maria?     

Atau Aiden kehilangan kendali atas dirinya dan lupa bahwa ia adalah keponakannya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.