Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Ibu yang Terbaik



Ibu yang Terbaik

0Anya sedang mengobrol dengan ibunya di telepon ketika menyadari Tara sedang memandangnya dengan tatapan menerawang.     

"Mengapa kamu memandangku seperti itu?" Anya menyentil dahi Tara dengan lembut, setelah mengakhiri panggilan.     

Tara langsung tersadar dari lamunannya dan mengalihkan pembicaraan, "Tidak apa-apa. Apa yang ibumu katakan?"     

"Ibuku bilang tamu yang menyewa kamarnya sudah pulang. Ia akan menyuruh seseorang untuk membereskan rumahnya. Ia sangat senang saat tahu kamu akan menginap. Ibu juga bilang bahwa ia akan mengajak Bu Esther ke rumah untuk makan malam bersama. Kita akan mengadakan barbekyu!" kata Anya sambil tersenyum senang.     

Tara terdiam sejenak dan kemudian bertanya dengan ragu. "Nico juga ingin barbekyu. Apakah aku bisa mengajaknya?"     

Anya merasa ragu. Sebenarnya ia tidak ingin mengajak Nico karena bagaimana pun juga Nico adalah anggota Keluarga Atmajaya. Tetapi pada akhirnya, ia memutuskan untuk menyetujuinya. "Boleh saja."     

"Bagaimana kalau mengajak Bu Hana sekalian. Masakan Bu Hana enak dan ia tinggal dekat dengan rumah ibumu. Kebetulan Aiden juga sedang ke luar negeri. Kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk berkumpul bersama!" saran Tara.     

Anya tidak menolak saran itu. Selama dua tahun ia berada di luar negeri, Hana selalu menghubungi Anya. Sesekali saat berbicara, Hana akan menceritakan satu dua cerita mengenai Aiden.     

Tidak seperti Nico yang memiliki banyak teman dan aktif di media sosialnya. Tanpa Hana, Anya tidak akan mengetahui kabar Aiden.     

Walaupun sudah dua tahun mereka bercerai, Anya tidak pernah menghapus nomor ponsel Aiden atau memblokir media sosialnya.     

Sesekali ia akan mengunggah foto, berharap Aiden melihatnya. Tetapi Aiden sama sekali tidak pernah menghubunginya.     

Akhirnya setelah dua tahun berlalu, Anya baru tahu alasan mengapa Aiden tidak pernah menghubunginya. Aiden menganggapnya sebagai keponakan dan berharap Anya bisa memulai hidup yang baru tanpanya.     

Itu sebabnya, Aiden tidak mau mengganggu kehidupan baru Anya.     

…     

Malam itu, di rumah Diana sangat ramai.     

Nico dan Tara sedang mengobrol di taman, sementara Hana dan beberapa pelayan dari rumah Aiden sedang memanggang barbekyu.     

Walaupun Anya dan Aiden sudah berpisah, hubungan antara Hana dan keluarganya tidak berubah. Malam ini, Diana yang menyediakan semua bahan masakan, sementara Hana bertugas untuk memasaknya.     

Indera penciuman Diana sudah sedikit pulih, meski tidak bisa kembali sempurna. Ia bisa merasakan makanan dan hidup normal. Tetapi tidak bisa kembali bekerja menjadi seorang parfumeur.     

Meski demikian, Diana sudah cukup puas. Setidaknya, ia bisa merasakan lezatnya makanan.     

Esther dan Anya sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil mengobrol. Mereka bisa mencium aroma barbekyu dari luar dan mendengar tawa Tara dan Nico.     

"Kamu masih bisa berteman dengan keponakan mantan suamimu," canda Esther.     

Anya hanya tersenyum tipis mendengar godaan itu.     

"Nico tidak bersalah. Dan aku banyak berhutang padanya. Hubungannya dengan Tara selama ini sangat sulit. Tara tidak memiliki orang tua. Meski di luar ia terlihat ceria, sebenarnya ia sangat sensitif. Aku merasa Nico adalah pendamping yang paling pantas untuknya. Mereka seharusnya bisa bersama-sama, tetapi karena aku, mereka terpaksa berpisah," Anya memandang ke arah luar jendela, melihat Tara sedang duduk di sebuah ayunan sementara Nico mendorongnya dari belakang.     

Esther mengangguk mendengar kata-kata Anya. "Aku bisa melihat mereka berdua sangat cocok. Aku bangga padamu karena kamu masih bisa memikirkan mereka, terlepas dari apa yang terjadi padamu di masa lalu."     

"Aku tidak punya banyak teman. Tetapi mereka berdua adalah teman yang tulus padaku," kata Anya sambil tersenyum.     

"Aku sudah mendengar semuanya dari ibumu. Sekarang apa rencanamu?" tanya Esther.     

"Selain mempersiapkan kompetisi, aku berniat memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari orang tua kandungku. Ibu sudah lama mengetahui hal ini, tetapi ia terus berusaha memendam semuanya sendirian demi aku. Dua tahun lalu, ia khawatir berita ini akan mempengaruhiku dalam kompetisi sehingga ia tidak berani mengatakannya. Saat ia ingin memberitahuku untuk yang kedua kali, aku sedang hamil dan hubunganku dengan Aiden sedang renggang. Ia tidak punya kesempatan untuk mengatakannya hingga aku lulus dari akademi," ketika mengatakan hal ini, mata Anya memerah. "Ibuku adalah ibu yang terbaik di dunia."     

"Benar. Kak Diana mencintaimu setulus hati. Kalau kamu menemukan orang tuamu, jangan melupakannya," kata Esther setengah bercanda.     

"Ibuku selamanya adalah ibuku. Sebenarnya, aku tidak ingin mencari orang tua kandungku. Tetapi ibu yang menyuruhku untuk mencari mereka. Ia khawatir orang tuaku sedang mencariku," kata Anya dengan suara pelan. "Aku hanya ingin mengetahui kebenarannya. Apakah aku memang benar-benar menghilang atau dibuang ..."     

"Hidup di dalam kegelapan bukan sesuatu yang menyenangkan. Kamu harus memastikan bahwa semuanya jelas. Apakah kamu sudah tahu mengapa Aiden menceraikanmu dua tahun yang lalu? Apakah ia sedang menderita penyakit parah dan hidupnya tidak panjang? Tetapi ia terlihat baik-baik saja," cibir Esther dengan kesal.     

Hana melihat Diana terus membantunya memasak. Ia ingin memberikan kesempatan pada Diana untuk melepas kerinduan dengan Anya. Sehingga Hana memberikan sepiring buah-buahan pada Diana dan meminta bantuannya untuk mengantar piring itu pada Anya.     

Diana datang sambil membawa piring itu, tepat saat Esther menyindir Aiden.     

"Hanya orang kuat yang berkuasa. Kita diabaikan dan diremehkan karena kita terlalu lemah. Dipaksa untuk bercerai, dipaksa untuk menggugurkan kandungan, sementara mereka tidak mau memberi penjelasan sama sekali. Itu karena kita lemah," Diana mengatakannya seperti sedang menghina dirinya sendiri. Ia menyesal karena tidak bisa memberikan dukungan untuk putrinya karena tidak memiliki latar belakang keluarga yang cukup untuk menandingi Aiden.     

"Kak, mungkin ada sesuatu yang terjadi. Selama dua tahun terakhir ini, Aiden tidak pernah berhubungan dengan wanita mana pun. Kalau bukan karena penyakit atau pun karena wanita lain, mungkin ada alasan mengapa ia ingin menceraikan Anya?" kata Esther.     

Anya hanya bisa memandang Diana dan Esther saling menebak-nebak. Ia berpikir sejenak dan kemudian memutuskan untuk menceritakan semuanya.     

Lagi pula, Esther bukanlah orang luar. Ia adalah sahabat ibunya, sudah seperti keluarganya sendiri.     

"Aku bertemu dengan Kak Maria hari ini. Ia memberitahuku semuanya," Anya bangkit berdiri dan mengambil alih piring di tangan ibunya. Kemudian, ia menggandeng tangan ibunya untuk duduk di sofa.     

"Apa yang ia katakan? Aku masih tidak percaya ia bisa melakukan hal sekejam itu. Wanita yang lemah lembut itu memaksamu untuk meminum obat aborsi dan membunuh anakmu. Ia sungguh kejam," Diana menghela napas panjang.     

"Kita hanya bisa melihat penampilan seseorang dari luarnya, tetapi tidak bisa memahami isi hatinya. Bukankah itu sama seperti kakak yang mengagumi Imel? Di dunia ini, banyak orang yang terlihat baik di luar, tetapi sebenarnya hatinya sungguh keji," kata Esther dengan dingin.     

Anya menggenggam tangan kedua wanita itu, berusaha untuk menenangkan mereka.     

"Dua tahun lalu, Kak Maria menemukan anak kandungnya dan melakukan tiga kali tes DNA. Tes DNA pertama dilakukan di rumah sakit kakek Tara. Tes DNA kedua dilakukan oleh Harris di Hong Kong atas perintah Aiden. Tes DNA ketiga dilakukan oleh Keluarga Atmajaya. Hasil ketiga tes itu sama dan Kak Maria telah menemukan putri kandungnya," kata Anya dengan ekspresi yang serius.     

Mata Diana terbelalak lebar saat mendengarnya. Ia menatap wajah putrinya dengan ketakutan. "Apakah itu kamu?"     

Esther langsung menutup mulutnya.     

"Tidak mungkin …"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.