Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kejadian di Hong Kong



Kejadian di Hong Kong

0"Apakah Anda benar-benar berkata jujur?" Harris tiba-tiba mengeraskan suaranya, membuat Nadine terkejut.     

Aiden tiba-tiba saja mencengkram leher Nadine dengan penuh kemarahan, "Katakan kepadaku. Siapa yang mengubah hasil tes itu?"     

"Aa …" wajah Nadine memerah dan ia menatap wajah Aiden dengan ketakutan setengah mati. "Paman, aku … Aku adalah keponakanmu!"     

Namun, Aiden seperti tidak bisa mendengarnya. Ia meraung dengan keras. "Siapa yang mengubahnya? Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?"     

Nadine menoleh untuk meminta bantuan pada Harris, tetapi Harris hanya bisa menundukkan kepalanya. "Saya tidak bisa membantumu. Nona, Anda telah melakukan kesalahan besar kali ini."     

"Katakan!" kekuatan cengkeraman Aiden semakin besar seolah ingin meremukkan leher Nadine.     

"Keara!" Akhirnya Nadine mengatakannya.     

"Tuan!" Harris melihat Nadine akan kehabisan napas sehingga ia segera memperingati Aiden.     

Aiden melepaskan tangannya. Sementara itu, Nadine hanya bisa bersandar di kursinya dengan lemah, berusaha untuk menghirup udara dari sekitarnya dengan napas yang terengah-engah.     

Harris langsung memberikannya sebotol air minum untuknya, "Nona, minumlah."     

Nadine hanya memandang ke arah Harris, tetapi tidak mengambil botol air yang diberikannya. Kalau saja Harris melepaskannya, ia tidak akan tertangkap oleh pamannya seperti ini.     

"Kamu masih berani memandang Harris seperti itu. Begitu kembali, aku akan menghukummu," Aiden mendengus dengan dingin. Ia merebut botol di tangan Harris dan melemparkannya pada Nadine.     

Melihat perut Nadine yang membesar, Aiden bisa merasakan matanya memanas.     

Kalau saja …     

Kalau saja hasil tes DNA itu tidak dimanipulasi seperti ini, anaknya dan Anya tidak akan mati.     

Harris menarik kembali tangannya dan duduk di kursi penumpang depan tanpa berani menoleh ke belakang.     

Ia dan Aiden selalu selaras, memiliki pemikiran yang sama. Baru saja, mereka hanya mencoba untuk menipu Nadine. Tetapi tidak disangka, ternyata memang ada orang yang memanipulasi hasil tes DNA Anya dan orang itu adalah Keara.     

"Paman, perutku sakit. Mungkin karena aku terjatuh tadi," Nadine memegangi perutnya dengan wajah kesakitan.     

"Tuan, apa yang harus kita lakukan?" Harris memandang ke belakang, ke arah Nadine, dengan panik.     

Mata Aiden yang sinis tertuju pada wajah Nadine, dan kemudian beralih pada perut keponakannya yang membesar. Tanpa aba-aba, tangannya langsung memukul perut itu.     

"Tuan!"     

"Paman!"     

Harris dan Nadine berseru bersamaan dan kemudian, namun, tangan Aiden yang mendarat di perut Nadine berbunyi seperti sedang memukul sesuatu yang empuk.     

"Sakit perut? Apakah kamu perlu ke toilet?" kata Aiden dengan sinis.     

Nadine nyengir dengan malu. Ia mengulurkan tangannya dan mengeluarkan bantal yang ada di perutnya.     

"Nona tidak hamil?" mata Harris terbelalak.     

"Aku hanya bercanda," kata Nadine dengan malu.     

Sebelas dua belas dengan kakaknya, Nico, Nadine juga memiliki sifat yang sama. Mereka sama-sama nakal dan suka melakukan hal-hal yang tidak terduga. Ia menggunakan bantal itu sebagai kedoknya untuk menyamar, agar keluarganya tidak bisa menemukannya.     

"Mengapa tidak pulang?" tanya Aiden.     

"Ketika aku bertemu dengan Harris di Hong Kong, aku berencana untuk menyelidiki sesuatu terlebih dahulu sebelum pulang. Tetapi ternyata, aku mengetahui bahwa aku bukan anak ibu dan ibu telah menemukan Nadine yang sebenarnya," Nadine menundukkan kepalanya. "Paman, aku tidak berniat melakukannya."     

"Apakah Keara yang bilang padamu bahwa kamu bukan anak Kak Maria?" tanya Aiden dengan wajah yang muram.     

Hanya sedikit orang yang mengetahui rahasia Keluarga Atmajaya.     

Karena Maria dan Indah sama-sama kehilangan putrinya, mereka akan saling bertukar informasi ketika mereka menemukan anak gadis yang hilang. Itu sebabnya, Keluarga Pratama tahu bahwa Nadine bukanlah anak kandung Maria.     

Dengan begitu, Aiden bisa menyimpulkan bahwa Keara lah yang menghasut Nadine dan mengirimnya pada Harris untuk mengubah hasil tes DNA itu.     

"Nona, bagaimana Anda mengubah hasil tes DNA itu?" tanya Harris.     

"Ketika kita bertemu, aku menanyakan mengenai nomor kamarmu. Pada saat itu, orang-orang suruhan Kak Keara sedang duduk di samping meja kita. Setelah itu, aku bertugas untuk mengalihkan perhatianmu agar mereka bisa memasuki kamarmu dan memeriksa hasil tes DNA itu. Aku hanya ingin tahu apakah ibu telah menemukan putri kandungnya. Kalau memang Nadine yang sebenarnya telah ditemukan, aku tidak akan kembali ke rumah," seperti anak kecil yang bersalah, Nadine duduk menempel di pintu, tidak berani memandang ke arah Aiden.     

Aiden bisa merasakan emosinya semakin naik. Tangannya terkepal dengan erat saat ia berkata, "Kalau Kak Maria menemukan putrinya, apakah itu artinya ia sudah tidak menginginkanmu lagi?"     

"Selama bertahun-tahun, kamu telah tinggal bersama dengannya. Ia telah memperlakukanmu seperti anaknya sendiri. Saat kamu menghilang, Kak Maria tidak bisa lagi memegang kuasnya dan tidak bisa melukis lagi. apakah kamu tahu bahwa ia menantikan kepulanganmu? Tetapi kamu benar-benar bodoh! Keara mempermainkanmu dan kamu dengan bodohnya membiarkan ia memanfaatkanmu."     

"Apa maksud, Paman?" Nadine memandang ke arah Aiden dengan terkejut.     

"Kalau orang-orang itu benar-benar memasuki kamar saya, kemungkinan besar hasil tes itu telah ditukar," kata Harris.     

"Apa? Kak Keara tidak akan pernah melakukannya. Ia hanya ingin membantuku untuk memeriksa hasil tes DNA itu!" Nadine menggelengkan kepalanya terus menerus, tidak percaya bahwa Keara akan memanipulasi hasilnya.     

Aiden tidak ingin memandang ke arah Nadine lagi. Ia benar-benar marah.     

"Apakah Anda tahu siapa putri kandung yang ditemukan oleh ibu Anda?" tanya Harris saat melihat Nadine masih berusaha keras membela Keara.     

"Kak Keara menunjukkan foto hasil tes DNA itu kepadaku sehingga aku tahu bahwa ibu telah menemukan putri kandungnya. Aku begitu sedih dan berpikir bahwa ibu tidak akan menginginkanku lagi. jadi, aku tidak menanyakan siapa putri kandung ibu yang sebenarnya," bisik Nadine dengan suara pelan.     

"Ia bahkan tidak memberitahu Anda hal sepenting itu?" Harris memandang Nadine dengan tidak percaya.     

"Ia hanya bilang ibu telah menemukan putri kandungnya dan semua keluargaku sudah bahagia. Aku bukan putri ibuku. Kalau aku kembali, aku hanya akan mempermalukan mereka," kata Nadine dengan lirih. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah Aiden. "Paman, apakah aku melakukan kesalahan?"     

Aiden menghela napas panjang. "Kamu bukan putri Kak Maria, tetapi kamu adalah putri kakakku. Keara sengaja membohongimu agar kamu tidak pulang ke rumah. Ini semua salahku, terlalu melindungimu, sehingga kamu mudah ditipu seperti ini."     

"Harris, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang pamanku bicarakan?" Nadine mulai merasa panik, terutama saat mendengar bahwa Aiden bilang bahwa ia bukan putri ibunya, tetapi ia tetap putri ayahnya.     

"Nona, walaupun Anda bukan putri kandung Nyonya Maria, darah Keluarga Atmajaya masih mengalir di diri Anda. Anda bukan anak adopsi atau pun anak pungut," kata Harris dengan tenang. "Anda adalah anak kandung Tuan Ardan dan ibu kandung Anda telah meninggal. Di saat Nyonya Maria kehilangan anaknya dan tenggelam dalam kesedihannya, Tuan Ardan membawa Anda pulang, berharap kehadiran Anda bisa menyembuhkan sedikit lukanya. Untuk menutupi semua masalah ini, Keluarga Atmajaya mengumumkan bawa anak yang hilang telah ditemukan."     

Nadine tidak bisa mempercayai semua cerita ini. Ia bukan anak ibunya, tetapi ia tetap bagian dari Keluarga Atmajaya. Lalu, untuk apa selama ini ia berusaha menghindar?     

"Selama bertahun-tahun, Keluarga Atmajaya mencari putri kandung Kak Maria secara diam-diam. Kak Maria membenci kakakku karena telah berselingkuh di belakangnya. Tetapi ia tetap mencintaimu dan membesarkanmu seperti putrinya sendiri," kata Aiden dengan geram. "Meski Kak Maria menemukan putri kandungnya, ia tidak akan pernah membuangmu begitu saja. Selama ini, ia sudah menganggapmu seperti darah dagingnya sendiri. Bagaimana bisa kamu menghancurkan hatinya seperti ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.