Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pelaku Utama



Pelaku Utama

0"Kondisi tubuh ibumu sangat lemah. Apakah ibumu kesulitan tidur? Bagaimana dengan makannya?" tanya Tara.     

"Ibuku tidak bisa tidur karena selalu kepikiran atas kesalahannya," kata Nico. "Selama dua tahun terakhir ini, ia tenggelam dalam penyesalannya. Setiap hari ia hanya berdoa untuk menebus semua dosanya, berharap bibi bisa mendapatkan kebahagiaan setelah penderitaan yang dialaminya. Ia tidak bisa tidur, tidak bisa makan sehingga kesehatannya semakin memburuk," Nico sangat mencintai ibunya. Tetapi hatinya pun merasa dilema.     

Ia tahu ibunya melakukan kesalahan, tetapi wanita ini adalah ibunya, yang sangat ia cintai setulus hatinya. Ia frustasi karena tidak bisa melakukan apa pun untuk ibunya.     

Ia berharap dengan membawa Anya ke sini, ia bisa membebaskan ibunya dari rasa bersalahnya.     

"Ibumu bisa saja pulih kalau ia mau menjaga kesehatannya dengan baik. Banyak beristirahat, makan-makanan bergizi dan tidur cukup. Kalau ia tidak mau pergi ke rumah sakit atau mencari pengobatan, ia tidak akan pernah bisa sembuh," Tara mengeluarkan suntikan dari kotak obatnya dan memberikannya pada Maria.     

Nico menatap ke arah Anya dengan sedih. Ia ingin membela ibunya dan memohon pada Anya agar memaafkan ibunya. Tetapi ia juga tahu apa yang keluarganya lakukan pada Anya sangat tidak adil.     

Ia tidak bisa menuntut maaf dari Anya.     

Anya bisa merasakan tatapan Nico. "Dua tahun lalu, kalian membunuh anakku dan membuatku menderita hingga ingin mati. Dua tahun kemudian, kalian ingin aku memaafkan kalian setelah menceritakan semua ini. Setelah aku tahu bahwa kematian anakku sia-sia, kalian ingin aku memaafkan kalian?" Anya mengatakannya dengan suara lirih. Semua orang yang ada di sana bisa merasakan betapa perihnya hati Anya saat mengatakan hal itu.     

Tara menghampiri Anya dan mengelus tangannya, berharap genggaman tangan itu bisa memberikan sedikit dukungan.     

"Aku memang orang luar dan tidak seharusnya ikut campur. Tetapi aku bisa melihat semua masalah ini dari sisi netral. Dua tahun lalu, Anya adalah orang yang paling tersakiti. Ia tidak hanya terluka secara fisik, tetapi hatinya juga hancur. Tanpa adanya kematian anaknya, mungkin kamu bisa meminta maaf setelah menceritakan semua kesalahpahaman ini. Tetapi aku juga tidak bisa menyalahkan Bibi Indah dan Kakek Bima karena mereka adalah korban. Aku yakin mereka juga ingin Anya dan Aiden hidup bahagia, memiliki anak yang sehat," kata Tara sambil mengelus punggung Anya.     

"Maksudmu, kalian semua terlalu fokus memikirkan hal yang salah. Dalam masalah ini, Keluarga Atmajaya dan juga Anya adalah korban. Sementara pelaku utamanya masih belum ditemukan," lanjut Tara dengan tenang.     

Nico menganggukkan kepalanya. "Kakekku juga menyelidiki masalah itu, tetapi ia tidak bisa mendapatkan informasi apa pun. Kami juga tidak bisa memberitahu paman dan hanya bisa mengurusnya sendiri sehingga prosesnya berjalan sangat lambat."     

"Bahkan anakku harus mati karena kejadian ini. Tetapi kalian semua tidak berani memberitahu Aiden karena kalian takut mati. Katakan semua ini padanya. Walaupun ia tidak akan memaafkan kalian, setidaknya kita bisa mencari tahu siapa yang melakukan ini. Apakah kalian berniat melepaskan pelakunya hanya karena kalian takut Aiden marah?" Anya mengatakannya dengan sinis.     

Nico menundukkan kepalanya dan hanya bisa memandang ibunya yang terlihat sangat lemah. "Bibi, kamu tidak tahu bagaimana sikap paman setelah kamu pergi."     

"Apakah kalian butuh aku untuk memberitahunya? Apakah kalian berharap aku bisa meredam kemarahannya?" kata Anya.     

"Bukan begitu maksudku bibi. Keluarga Atmajaya meminta maaf padamu dan paman, tetapi kakek dan ibuku juga korban. Mereka juga terpaksa memutuskan pilihan yang berat ini. Kami tidak berani meminta maaf darimu, tetapi Paman …"     

Maria terbangun dan bersandar di pundak putranya. Ia mendengarkan semua ini dengan air mata di wajahnya.     

"Kalian berani melakukan semua ini kepadaku, tetapi kalian tidak berani memberitahu Aiden bahwa pernikahannya hancur dan anaknya mati sia-sia. Kalian ���" Anya tidak tahu harus berkata apa lagi.     

Ia ingin pergi dari tempat ini sekarang juga. Ia sudah tidak ingin terlibat dengan Keluarga Atmajaya lagi.     

Ia sudah mengetahui apa yang ingin ia ketahui.     

"Anya, Aiden benar-benar mencintaimu. Ia melakukan semua ini untukmu. Kamu boleh benci kami, boleh menyalahkan kami. Tetapi bisakah kamu memaafkan Aiden?" tanya Maria dengan suara lemah.     

Anya mengusap air mata di wajahnya dengan punggung tangannya. Kemudian, ia bangkit berdiri dan memandang Maria dengan dingin. "Kamu pikir aku bisa memaafkan Aiden dan kembali bersama dengannya lagi?"     

"Anya …"     

"Aku tidak akan memaafkanmu. Aku tidak akan memaafkan kalian semua, termasuk Aiden. Aku tidak akan pernah memaafkan kalian kecuali kalian bisa mengembalikan anakku kepadaku," Anya berbalik dan meninggalkan ruangan itu.     

Tara langsung bangkit berdiri dan mengejarnya.     

Anya berlari hingga menuju ke taman depan rumah, mengangkat kepalanya dan menarik napas dalam-dalam. Ia merasa begitu tertekan hingga dadanya sesak. Ia kesulitan bernapas.     

Mengapa mereka pikir ia bisa memaafkan Aiden dan kembali bersama dengan Aiden? Apakah mereka pikir ia tidak akan menyalahkan Aiden?     

Aiden pernah bilang, tidak peduli apa pun yang terjadi padanya, selama itu berhubungan dengan mereka, Aiden tidak akan pernah menyembunyikan apa pun dari Anya.     

Tetapi Aiden menyembunyikan semua ini, berpikir bahwa ini adalah keputusan terbaik untuk mereka.     

Ia memilih untuk menceraikannya dan membunuh anak mereka.     

Sementara itu, Anya hanya bisa menghabiskan lebih dari 700 hari dan malam untuk membenci Aiden. Ia benar-benar putus asa.     

Sekarang, Maria sudah menemukan putri kandungnya, apakah ia harus ikut bahagia?     

Bagaimana dengan dirinya?     

Ia telah bercerai dan ia telah kehilangan anaknya?     

Bagaimana ia bisa memulai semuanya kembali bersama dengan Aiden?     

Menikah dengan Aiden, pria yang telah membunuh anaknya, dan menjadi bagian dari keluarganya lagi?     

Tidak bisa! Ia tidak bisa melakukannya.     

Ia tidak sehebat itu.     

Anya tidak bisa mengelak bahwa hatinya masih milik Aiden. Tetapi semakin besar rasa cinta Anya pada Aiden, semakin besar pula rasa bencinya. Ia tidak bisa memaafkan Aiden.     

"Anya, apakah kamu baik-baik saja?" Tara menatapnya dengan khawatir.     

Anya menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Setelah dua tahun, akhirnya aku mengetahui sebenarnya. Tetapi entah mengapa, bukannya merasa lega, hatiku malah terasa semakin berat. Meskipun mereka juga korban dan terpaksa menyakitiku, itu tidak bisa menghapus fakta bahwa anakku telah mati sia-sia. Sakit sekali rasanya. Sakit …"     

"Anya, jangan pernah memaafkan orang yang menyakitimu, termasuk pelaku utama dari semua ini. Jangan pernah membiarkan mereka pergi begitu saja!" kata Tara dengan tatapan tegas.     

"Selain ingin mencari tahu mengenai masalah ini, aku kembali ke Indonesia untuk mencari orang tua kandungku. Tetapi ternyata, sejak dua tahun lalu, seseorang berusaha untuk menghalangiku. Aku khawatir, ada orang jahat yang mengincar orang tuaku," bisik Anya.     

"Anya, apakah kamu tidak merasa mirip dengan Keara? Dua tahun lalu, bukan hanya Bibi Maria yang mencari anaknya, tetapi juga Bibi Indah. Mungkin saja, sampel darah mereka berdua tertukar dan ternyata Bibi Indah adalah ibumu. Apakah itu mungkin?" tanya Tara.     

Tidak tahu sejak kapan Nico menyusul mereka, ia langsung masuk dalam pembicaraan mereka. "Sayangnya, setelah tahun yang lalu, Keluarga Pratama telah menemukan putri mereka telah meninggal."     

"Keluarga Pratama telah menemukan putri mereka?" Tara terkejut.     

"Saat Bibi Indah melarikan diri bersama dengan Keara, ia terpaksa menitipkan putrinya yang baru lahir kepada pengawalnya. Sayangnya, pengawal itu mati dan anak itu ditemukan oleh anjing liar, digigit hingga mati. Seorang pejalan kaki yang lewat berusaha untuk menyelamatkan anak itu, tetapi ia terlambat," Nico memanggil pelayan untuk menjaga ibunya dan mengikuti Tara keluar untuk mengejar Anya.     

Mendengar cerita dari Nico, Tara dan Anya hanya bisa terdiam.     

Tara menghampiri Anya dan memeluk lengannya. "Anya, jangan menyerah. Suatu hari nanti, kamu pasti akan bertemu dengan keluargamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.