Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Korban



Korban

0"Apa yang lebih kejam dari pada memberitahuku bahwa aku adalah anggota Keluarga Atmajaya?" tanya Anya dengan air mata di wajahnya.     

"Beberapa bulan yang lalu, aku menemukan adikku. Kemungkinan besar, kamu tidak ada hubungan darah dengan Keluarga Atmajaya. Ibuku bukan orang tuamu," kata Nico.     

"Ya, Tuhan!" Tara merasa kepalanya berdengung. "Apakah itu artinya, anak Anya mati sia-sia? Apakah tiga hasil tes DNA itu salah?"     

"Mungkin hasil tes DNA itu salah. Atau mungkin ada seseorang yang sengaja mencegah agar bibi tidak bisa menemukan orang tua kandungnya. Aku hanya menduga bahwa latar belakang keluarga bibi tidak sesederhana itu," kata Nico.     

Anya menatap ke arah Maria. "Jadi, aku bukan putrimu?"     

"Ibuku hanya memiliki satu anak perempuan. Aku membawa adikku itu ke luar negeri dan menjalankan tes DNA denganku. Hasilnya tidak mungkin salah. Jadi, kemungkinan besar, hasil tes DNA bibi yang salah," kata Nico dengan tegas.     

Anya terdiam mendengarnya.     

Setelah itu, suara tawa terdengar dari mulutnya. Tawa itu seolah ingin menertawakan kekonyolan hidupnya. "Jadi, hasil tes DNA itu salah? Karena hasil tes DNA yang salah itu, kalian membunuh anakku …"     

"Anya, aku minta maaf. Aku tidak tahu bagaimana cara menebus dosaku. Jangan salahkan Aiden. Aiden juga tidak ingin berpisah denganmu. Ia sangat mencintaimu. Meski cinta kalian melanggar norma sekali pun, sebenarnya Aiden berniat membawamu kabur ke luar negeri. Kami yang memaksanya untuk melepaskanmu dan menyerahkan anak kalian," kata Maria sambil menangis.     

"Di hari Natal itu, di rumah itu, saat kamu memasukkan obat itu ke mulutku, apakah Aiden juga terlibat?" Anya menarik napas dalam-dalam dan kemudian bertanya dengan tenang.     

Maria menggelengkan kepalanya. "Aiden tidak tahu. Ia terus menolak untuk menerima kenyataan dan ingin menghabiskan hari Natal bersama denganmu. Ayah dan aku yang gelisah. Kalau usia kehamilanmu lebih dari tiga bulan, kamu harus menjalankan aborsi yang malah akan merusak tubuhmu. Pada saat itu, Aiden mengurung kami di rumah. Hingga saat natal, ia membiarkan para pengawalnya pergi karena hari itu ia akan menemani dan menjagamu sendiri. Aku sempat melihat kalian pulang bergandengan tangan di bawah hujan. Hatiku benar-benar sakit …"     

Anya merasa sekujur tubuhnya dingin. Hari itu, sebelum Aiden pergi, Maria sudah membuntuti mereka diam-diam.     

"Rencananya, ayah akan menelepon Aiden dan menjauhkannya darimu. Kamu dan aku memiliki hubungan yang baik sehingga kami tahu kamu akan menerimaku di dalam rumahmu, meski hari itu aku datang tidak diundang. Aku membawa lima pengawal dan menyuruh mereka mengenakan pakaian chef untuk mengelabui pengawal Aiden yang berjaga di depan pintu," kata Maria, mengenang kembali hari yang tidak bisa ia lupakan.     

Air mata Anya terus mengalir saat ia berkata, "Bagaimana bisa Aiden yang secerdas itu berhasil ditipu dengan mudah? Aku tidak percaya. Aku tidak percaya ia tertipu dengan semua ini. Mungkin ia hanya pura-pura bodoh dan membiarkan kalian semua membunuh anakku."     

"Aiden benar-benar mencintaimu hingga ia tidak sadar bahwa hari itu ia telah tertipu. Ayah bilang padanya bahwa kami menemukan foto kecil Nana dan ada tanda lahir di dadanya. Kami memintanya untuk datang ke rumah, memastikan apakah kamu memiliki tanda lahir yang sama," Maria merasa semakin dan semakin bersalah.     

Melihat ibunya tidak bisa melanjutkan ceritanya, Nico kemudian berkata, "Kakek bilang bahwa ibu keluar untuk memperbesar dan mencetak fotonya. Beberapa saat kemudian, paman baru menyadari ada yang salah. Ia bergegas kembali, tetapi ia tetap tidak sempat menyelamatkanmu. Kehilangan anak mungkin sangat menyakitkan untuk bibi. Tetapi paman kehilangan dua orang, anak itu dan juga bibi. Ia bahkan harus menelan semua kepahitan itu sendiri tanpa bisa memberitahumu alasan yang sebenarnya. Ia memilih kamu membencinya dan menyalahkannya agar kamu bisa melupakannya dan memulai hidup yang baru."     

Lutut Anya terasa lemas hingga ia terduduk di lantai. Dadanya seolah ditekan oleh batu yang sangat berat hingga ia kesulitan bernapas.     

Selama dua tahun terakhir, ia begitu membenci Aiden karena Aiden sangat kejam padanya. Anya bersumpah pada dirinya bahwa ia tidak akan pernah memaafkan Aiden karena telah membunuh anak mereka.     

Ia pikir Aiden tidak menginginkan anak itu karena Aiden tidak percaya padanya.     

Tetapi sekarang, Nico memberitahunya bahwa Aiden mencintainya dan mencintai anak mereka. Ia mencoba berbagai cara untuk mempertahankan mereka berdua di sisinya, tetapi takdir terus menerus menyakitinya.     

Bagaimana Aiden bisa menahan kepedihannya saat melihat tiga hasil tes DNA itu?     

Ia tidak mengatakan apa pun padanya. Ia menyimpannya seorang diri.     

"Apakah … Apakah Aiden tahu bahwa kamu sudah menemukan adikmu yang sebenarnya," tanya Anya dengan suara yang gemetaran.     

"Paman tidak tahu. Kami tidak berani memberitahunya. Kami tidak bisa bilang bahwa kami telah menemukan Nana yang asli setelah membunuh anak di dalam kandunganmu. Setelah kejadian itu, paman kembali menjadi sekejam dulu. Kalau ia tahu, mungkin ia akan membunuh kami semua. Bibi, paman juga korban, sama seperti mu. Ia melakukan semua ini karena mencintaimu dan penderitaan yang ia rasakan tidak kalah besarnya dengan yang kamu rasakan," kata Nico dengan pedih.     

Tidak pernah sekali pun Anya meragukan cinta Aiden kepadanya.     

Aiden benar-benar menginginkan anak dan ia mencintai bayi di dalam kandungannya, meski belum lahir sekali pun. Anya tahu betul.     

Saat itu, Tara bilang, mungkin Aiden sedang mengalami kesulitan dan tidak bisa memberitahunya.     

Dua tahun kemudian, Anya akhirnya tahu kebenarannya. Tetapi ia merasa lebih baik ia tidak tahu.     

Lebih baik ia tidak mengetahui semua ini ...     

Lebih baik ia tetap tinggal dalam kegelapan seperti sebelumnya ...     

"Kalian telah membuatku menderita. Kalian juga membuat Aiden menderita. Mengapa kalian selalu menyakitinya?" teriak Anya dengan frustasi.     

Aiden benar-benar mencintainya dan tidak bisa melepaskannya, tetapi semua keluarganya memaksanya untuk meninggalkan Anya.     

Anya tidak bisa membayangkan betapa besar rasa sakit yang Aiden rasakan saat itu? Ia menanggung semua beban ini sendirian.     

Dulu, saat ia diculik, Keluarga Atmajaya tidak mau membayar uang tebusannya sehingga membuatnya menjadi buta dan lumpuh.     

Setelah ia mendapatkan kebahagiaannya, ia dipaksa untuk membunuh anak yang begitu didambakannya dan dipaksa untuk melepaskan wanita yang dicintainya. Mana mungkin ia bisa hidup dengan bahagia setelah itu?     

Mengapa Aiden harus menanggung semua penderitaan ini di dalam hidupnya?     

"Anya, semua ini salah keluargaku. Apa pun yang kamu inginkan, aku akan melakukannya untukmu," tangis Maria.     

"Kamu sudah menemukan putrimu. Tetapi bagaimana dengan anakku? Apakah kamu bisa mengembalikannya padaku?" Anya terisak saat mengatakannya. "Aku tidak ingin apa pun. Aku hanya ingin anakku kembali padaku …"     

Tara ikut menangis sambil memeluk sahabatnya yang duduk sambil terkulai di lantai. Selama dua tahun terakhir, Anya berusaha keras untuk melupakan kejadian yang memilukan ini hingga tidak menjaga kesehatannya dengan baik. Tara tahu bahwa Anya akan sulit untuk memiliki anak lagi di kemudian hari.     

"Anya, maafkan aku. Maafkan aku!" Maria tida kuasa menahan emosinya hingga akhirnya ia pingsan.     

"Ibu, ibu!" teriak Nico dengan panik.     

Tara langsung menghampiri Maria dan memeriksa kondisinya.     

Melihat tangan Maria, Tara merasa sangat miris. Dulunya, Maria adalah seorang pelukis ternama, pelukis berbakat yang menghasilkan berbagai karya agung dengan tangan emasnya.     

Tetapi sekarang, tangan itu hanyalah tangan seorang wanita tua yang bahkan hanya terlihat seperti tulang.     

Anya hanya bisa diam di tempatnya, memandang ke arah Maria dengan perasaan bercampur aduk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.