Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kembali



Kembali

0Dua tahun kemudian. Bandara.     

Ditemani oleh Raka, akhirnya Anya kembali ke Indonesia untuk berpartisipasi dalam kompetisi parfum. Kontestan dari kompetisi ini adalah para parfumeur internasional yang datang dari berbagai penjuru dunia.     

Ini adalah kompetisi pertama Anya dalam 2 tahun terakhir dan semua pesertanya sangat luar biasa.     

Raka sedang pergi mengambil barang-barangnya, sementara Anya menunggu kedatangan Tara.     

Meski sudah menunggu empat puluh menit, Tara masih terjebak di perjalanan sementara Raka tidak bisa dihubungi karena ponselnya tidak mendapatkan sinyal.     

Alhasil, Anya tidak punya pilihan lain selain menunggu kedatangan Tara dan kemudian pergi untuk mencari Raka bersama-sama.     

"Tara, kapan kamu akan tiba? Aku lapar," Anya tidak bisa menahan diri untuk menelepon Tara lagi.     

"Bagaimana kalau aku tinggalkan mobilku di pinggir jalan dan aku berlari menuju ke tempatmu?" kata Anya.     

Bandara itu tepat di hadapan Tara, tetapi Tara tidak bisa melewati kemacetan ini begitu saja.     

"Lalu? Bagaimana kita bisa mengambil mobilmu lagi kalau kamu meninggalkannya di tengah jalan?" begitu mendengarnya, Anya langsung memutar bola matanya. Tara masih sama seperti dulu, berbicara dengan sembarangan, tanpa dipikir terlebih dahulu.     

"Kalau begitu, bagaimana kalau kamu yang berjalan ke tempatku?" tanya Tara.     

"Aku tidak hapal area bandara yang ini. Bagaimana kalau nanti aku tersesat. Nanti kamu malah repot mencariku," Anya menoleh ke belakang. "Aku akan menunggumu di area restoran terlebih dahulu. Kamu ingin makan apa?"     

"Ngomong-ngomong, Anya, aku baru ingat. Aiden akan pergi dinas ke luar negeri hari ini. Mungkin ia akan pergi ke bandara. Lebih baik kamu mencari tempat untuk bersembunyi," kata Tara.     

Anya tertawa kecil saat mendengarnya. "Aku tidak bermusuhan dengannya. Buat apa aku bersembunyi? Toh, kami sudah berpisah."     

Begitu mengangkat kepalanya, Anya melihat seorang pria yang berjalan ke arahnya dan matanya langsung terasa panas.     

"Benar, Bibi. Buat apa bersembunyi? Kalau bertemu, namanya sudah takdir," kata Nico sambil tersenyum.     

"Nico, aku sudah bukan bibimu lagi sejak dua tahun lalu," kata Anya dengan suara pelan. kemudian, pandangannya tertuju pada Aiden.     

Dua tahun berlalu, Aiden masih setampan dulu, tetapi matanya jauh lebih tajam dari sebelumnya.     

Anya bisa merasakan aura dingin terpancar dari pria di hadapannya.     

"Aku akan selalu menganggapmu sebagai bibiku," kata Nico, terlihat seperti berusaha menjilat. "Apakah bibi baru saja kembali ke Indonesia hari ini?"     

"Hmm …" gumam Anya. Ia merasa tidak nyaman dengan panggilan Nico. "Jangan panggil aku bibi lagi. Aku bukan bibimu."     

Mata Aiden yang tajam memandang Anya dalam-dalam.     

Dua tahun berlalu, Anya tampak lebih kurus dari sebelumnya. Namun pembawaannya jauh lebih percaya diri. Dan lebih cantik dibandingkan sebelumnya.     

"Apakah Raka tidak menjemputmu?" tanya Aiden dengan suara dalamnya.     

Anya sedikit tertegun saat mendengarnya. Suara itu masih punya daya tarik yang luar biasa, seperti membuat gelombang di dalam hati Anya.     

Mengapa seperti ini?     

Saat ia pergi meninggalkan Indonesia, ia benar-benar membenci Aiden setengah mati. Namun, begitu melihatnya lagi, ia serasa melupakan semua kebenciannya.     

"Raka sedang mengambil barang. Tara akan menjemputku, tetapi sedang terjebak macet," jawab Anya sambil berusaha berpura-pura tenang.     

"Aku sedang terburu-buru. Aku akan pergi dulu," Aiden melewatinya dan meninggalkan Anya tanpa berbasa-basi lagi.     

"Bibi, aku akan mengantar paman dulu dan kembali lagi ke sini. Tunggu aku!" kata Nico, langsung mengejar langkah kaki Aiden menuju ke area pemeriksaan.     

Anya memandang ke arah punggung yang meninggalkannya sambil berdiri terpaku di tempatnya.     

'Aiden, sudah dua tahun aku tidak melihatmu. Aku benar-benar merindukanmu. Apakah kamu pernah memikirkan aku?' batin Anya.     

Anya tidak menyangka ia akan bertemu dengan Aiden begitu menginjakkan kakinya di Indonesia. Hal ini membuat ketenangan yang ia bangun selama dua tahun terakhir seolah runtuh.     

Ia tidak menyangka Aiden akan setenang ini, seolah mereka tidak memiliki masa lalu apa pun. seolah mereka benar-benar orang asing.     

Dua tahun yang lalu, Aiden telah melupakan semua masa lalunya.     

Hanya Anya yang masih mengingat semuanya.     

Hanya Anya yang masih berusaha mempertahankan semua kenangan mereka.     

Ketika Tara tiba, Nico baru saja kembali setelah mengantar Aiden.     

"Biar aku saja yang mengantar kalian semua, supirku bisa mengantarkan mobilmu pulang. aku akan mentraktir kalian apa pun!" kata Nico dengan murah hati.     

"Aku lelah dan aku ingin segera pulang," Anya tahu bahwa tidak seharusnya ia menyalahkan Nico atas kejadian yang menimpa dirinya dua tahun lalu. Selama ini, Nico selalu memperlakukannya dengan baik.     

Tetapi ketika melihat Nico, Anya selalu teringat akan Keluarga Atmajaya. Ia selalu teringat bagaimana Maria memaksanya untuk meminum obat sialan itu.     

Anya memang pemaaf. Tetapi tidak peduli seberapa besar pemaafnya seseorang, ia tidak bisa memaafkan apa yang telah Keluarga Atmajaya lakukan kepadanya.     

"Bibi, kamu masih menyalahkan aku atas kejadian dua tahun lalu sehingga kamu tidak mau makan malam denganku," Nico berpura-pura sedih. "Tetapi aku kan tidak pernah melakukan apa pun. Aku selalu menghormatimu."     

"Sudah dua tahun berlalu, tetapi aku masih tidak tahu alasan perceraianku. Aku masih tidak tahu mengapa ibumu tiba-tiba berubah dan membunuh anak di dalam kandunganku …" gumam Anya.     

Setelah ragu sejenak, akhirnya Nico berkata, "Aku tidak bisa memberitahumu apa yang bibi inginkan. Tetapi apakah bibi ingin bertanya langsung pada ibuku? Aku akan mengantarmu ke sana."     

"Sudah dua tahun berlalu, mengapa baru menceritakannya sekarang?" tanya Anya.     

Tara menatap ke arah Nico. Melihat Nico diam saja, akhirnya Tara angkat bicara. "Dua tahun terakhir ini, Bibi Maria selalu menyesali perbuatannya dan merasa bersalah kepadamu. Aiden benar-benar marah pada Keluarga Atmajaya hingga tidak pernah pulang ke rumah selama dua tahun terakhir. Ia tidak ingin bertemu dengan ayah dan juga kakak iparnya. Kalau kamu menemuinya sekarang, ia akan menceritakan semuanya kepadamu."     

"Aku tidak mau pergi ke rumah Keluarga Atmajaya," Anya menolak. Sebenarnya ia ingin bertemu dengan Maria dan memperjelas semuanya. Sudah dua tahun ia hidup di dalam kegelapan.     

Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.     

Tetapi ia tidak mau menginjakkan kakinya di rumah Keluarga Atmajaya.     

"Ibuku tidak berada di rumah Keluarga Atmajaya. Dua tahun yang lalu, pelayan tua yang menjaga rumah nenekku meninggal sehingga ibuku pindah ke sana," kata Nico.     

"Anya, aku yakin kejadian dua tahun lalu masih mengganjal di hatimu. Sekarang kamu sudah kembali ke Indonesia, apa salahnya mencari tahu yang sebenarnya. Aku sendiri juga penasaran," dua tahun lalu, Tara dan Nico sudah berpisah.     

Walaupun hingga saat ini Tara masih belum mengakhiri pertunangannya, selama dua tahun terakhir ia dan Nico sibuk mengurus pekerjaan mereka masing-masing.     

Di waktu luang, mereka akan bertemu dan pergi bersama-sama hanya sebatas teman, bukan kekasih.     

Sekarang, Tara hanya menganggap Nico sebagai sahabatnya.     

Sementara itu, Nico hanya bisa mengubur Tara jauh di lubuk hatinya. Ia hanya bisa memperhatikan Tara dari jauh dan menjaganya secara diam-diam.     

Anya tahu Nico dan Tara berpisah karena masalahnya. Ia merasa sangat menyesal, tetapi ia tidak berani membujuk Tara untuk tetap bersama dengan Nico karena ia takut Tara juga akan merasakan hal yang sama dengannya.     

Bukankah itu artinya ia akan menjerumuskan sahabatnya ke dalam lubang yang sama dengannya?     

"Aku datang bersama dengan Raka. Ia masih mengambil barang-barang dan aku tidak bisa menghubunginya," Anya tidak bisa meninggalkan Raka sendirian di bandara.     

"Benarkah? Aku akan mencarinya. Kalian tunggu aku di mobil saja," Nico memberikan kunci mobilnya pada Tara dan meminta supir Nico untuk mengantar kedua wanita itu ke tempat parkirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.