Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Panen Stroberi



Panen Stroberi

0"Aku tidak tahu apa-apa," kata Aiden sambil mengecup kening Anya.     

Anya memiringkan kepalanya dan memandang Aiden. Ia berpikir sejenak dan berkata, "Aku tahu Mila adalah orang suruhan Keara."     

"Kamu tahu?" Aiden menatap Anya dengan terkejut.     

"Aiden, aku punya rencana …" Anya duduk dan melingkarkan tangannya di leher Aiden dan berbisik di telinga Aiden dengan suara pelan. meski tidak ada siapa pun di sana, entah mengapa Anya tidak berani mengambil resiko untuk mengatakan rencananya dengan keras-keras. "Bagaimana menurutmu?"     

"Sudah dua tahun aku tidak melihatmu. Kamu sudah banyak berubah," Aiden menarik selimut dan menutupi tubuh Anya agar ia tidak kedinginan.     

"Apakah rencananya bagus?" tanya Anya dengan manja.     

Aiden mengecup kening Anya dengan lembut dan tersenyum bangga. "Apakah kamu mau tidur lagi sebentar? Aku akan meminta Bu Hana untuk membawakan sarapannya ke kamar."     

"Tidak usah. Aku akan bangun!" Anya merasa malu. Mana mungkin ia membiarkan Hana membawakan sarapannya ke dalam kamar.     

Ditambah lagi, semalaman Anya dan Aiden bercinta tanpa henti. Mana mungkin Hana tidak menyadari badai yang telah memporak-porandakan kamar itu.     

Anya bangkit berdiri dari tempat tidurnya. Karena berdiri terlalu cepat, ia merasa pusing.     

Aiden langsung menahan tubuhnya dan menggendong Anya ke kamar mandi. "Hati-hati."     

Anya tidak bergerak dan bersandar di pelukan Aiden, membiarkan Aiden menggendongnya ke kamar mandi.     

Setelah jam kemudian, mereka turun bersama-sama dari kamar sambil bergandengan tangan.     

Nadine dan Harris sudah berangkat kerja setelah sarapan. Sementara itu, Nico dan Tara datang terlambat, terutama Tara yang tidak bisa bangun.     

Ia menatap Anya dan berkata, "Anya, cepat minum vitaminmu. Wajahnya terlihat pucat!"     

"Paman, kasihan bibi …" kata Nico dengan sengaja.     

Anya langsung melotot ke arah Nico dan membalasnya. "Kamu sendiri juga membuat Tara terlambat bangun."     

Wajah Tara langsung memerah seperti buah tomat. Aiden dan Anya adalah suami istri. Mereka saling mencintai sejak dulu dan perpisahan selama dua tahun membuat mereka tidak bisa menahan diri untuk saling mencintai.     

Tetapi ia dan Nico belum menikah. Mereka masih bertunangan, tetapi mereka sudah tinggal bersama dan mereka juga bercinta seperti layaknya sepasang suami istri.     

Tara menutupi wajahnya dengan malu. Ia benar-benar malu setengah mati.     

"Bibi, jangan membahas masalah yang sensitif di pagi hari! Katanya paman tidak mau bekerja dan ingin menemanimu. Bisakah kamu membujuknya agar mau kembali bekerja?" Nico mengubah topik pembicaraan.     

"Katanya setelah dua tahun berpisah, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak dan ingin menemaniku. Ia sudah bekerja keras dan aku pikir ia butuh liburan. Aku tidak akan menyuruhnya bekerja," Anya menggandeng tangan Aiden dan memeluknya.     

"Nico, pamanmu memiliki insomnia dan sakit kepala cukup parah. Setidaknya kamu harus membantunya," kata Tara dengan serius.     

"Paman, jangan sekejam ini kepadaku," kata Nico dengan memelas.     

"Ivan akan membantumu," kata Aiden dengan tenang.     

"Paman Ivan tidak sama denganmu," Nico tetap tidak senang meski Ivan akan membantunya.     

"Ivan kan juga pamanmu. Aku sudah menyerahkan semua tugasnya kepada Ivan. Untuk menghindari kecurigaan, Harris akan menjadi asistennya," setelah mengatakannya, ia mendengar suara ponselnya berbunyi, pada saat yang bersamaan dengan suara ponsel Nico.     

Ternyata Ivan telah membuat grup chat baru yang beranggotakan Aiden, Ivan, Nico dan Harris.     

Setelah semua orang menerima undangan tersebut, Nico mengundang Bima ke dalam grup chat dan mengubah namanya menjadi 'Perkumpulan Pahlawan dan Satu Anak Ayam.'     

Bima : Di mana anak ayamnya?     

Nico : Di sini, kakek!     

Bima : Harris adalah tentara. Ivan dan Aiden adalah Perwira.     

Nico : Bagaimana denganmu kakek?     

Aiden & Ivan : Raja     

Nico ingin menangis membacanya. Semua orang memiliki pangkat tetapi ia hanyalah anak ayam.     

Nico : Jadi aku yang paling tidak berguna di sini.     

Bima : Seseorang membutuhkan pengetahuan yang luas. Kalau kamu tahu kamu adalah anak ayam, berusahalah untuk terus maju dan menjadi lebih baik. Kakek akan selalu mendukungmu.     

Nico : Terima kasih, Kakek.     

Nico merasa sangat terharu oleh kata-kata kakeknya.     

Ivan : Mulai saat ini, aku akan mengirimkan semua permasalahan penting mengenai Atmajaya Group di grup ini agar kita bisa membahasnya bersama dan membuat keputusan. Masalah lain akan diurus oleh Nico dengan bantuan Harris. Mulai hari ini, Aiden akan cuti.     

Ketika melihat hal ini, Nico merasa aneh. Ia mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Aiden. "Paman, apa maksudnya ini?"     

"Sesuai dengan apa yang Ivan katakan," Aiden meletakkan ponselnya dan menikmati sarapannya dengan tenang.     

"Paman tidak akan pergi ke kantor dan Paman Ivan tidak peduli pada Atmajaya Group. Lalu siapa yang akan mengurus masalah perusahaan?"     

"Kita mengurusnya bersama," jawab Aiden.     

"Paman Ivan tidak ingin mengambil alih perusahaan dan hanya menjadi CEO sementara saja hingga kamu kembali ke perusahaan. Apakah benar keputusan terbesar akan dipilih secara terbuka?" kata Nico.     

Aiden mengangguk sambil mengambilkan bubur untuk Anya.     

Anya menerimanya dan mulai menyendokkan bubur tersebut ke dalam mulutnya ketika Tara tiba-tiba menendang kakinya.     

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" kata Anya dengan terang-terangan. "Aku ingin memberi kesempatan pada Aiden dan diriku sendiri."     

"Aku juga ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk membantu Anya mencari orang tua kandungnya dan 'menagih hutang' yang belum terbayarkan," kata Aiden.     

"Oh! Selamat kalian bersama kembali," Tara tersenyum dengan canggung.     

Nico langsung menatap Anya dan berkata, "Bibi, kalau kamu butuh bantuanku, katakan saja padaku."     

"Bekerja lah dengan keras dan jangan ganggu pamanmu. Jaga baik-baik Tara, jangan membuatnya kecewa," kata Anya sambil tersenyum.     

Di hari pertama Aiden libur, Anya juga tidak bekerja.     

Hari ini, mereka pergi ke rumah ibunya dan membantu mengurus taman.     

Aiden mengenakan jaket yang kasual dengan kaos putih di dalamnya. Jarang-jarang Anya bisa melihat Aiden sesantai ini saat bepergian. Biasanya ia selalu mengenakan kemeja dan jas.     

Diana mendengar bahwa Aiden sedang mengambil cuti dari perusahaan dan menemani Anya untuk mempersiapkan diri dalam kompetisi parfum.     

Diana merasa itu adalah keputusan yang sangat tepat. Mereka telah berpisah selama dua tahun dan jarang bisa mendapatkan waktu untuk bersama.     

Kesempatan ini sangat baik agar mereka bisa kembali membangun hubungan mereka.     

"Bisakah kalian berdua membantuku memanen stroberi dan mengirimkannya kepada Lanny, pemilik toko bunga di dekat halte?" Diana langsung mengatur agar mereka bisa bekerja berdua.     

Anya langsung menjalankan perintah ibunya, mengambil beberapa kotak yang terbuat dari gabus dan mengajak Aiden menuju ke taman.     

Pohon apel mereka masih belum berbuah. Daunnya masih belum tumbuh dengan lebat. Tetapi buah stroberi yang ada di dekatnya telah siap dipanen.     

"Dengan tangan?" tanya Aiden.     

Anya langsung memberikan gunting kecil pada Aiden, "Pegang guntingnya dengan tangan kanan dan stroberinya di tangan kiri. Jangan langsung menyentuh buahnya, takutnya akan mempengaruhi rasanya. Kamu bisa memegang daun atau batangnya."     

Aiden melihat Anya melakukan pekerjaannya dan menirunya.     

Kotak gabus Anya segera terisi dengan banyak stroberi yang berwarna kemerahan.     

Aiden yang mengikuti cara kerja Anya juga bisa mengisi kotak itu dengan cepat.     

Ketika ia bangkit berdiri dan hendak mengambil kotak kosong, tiba-tiba saja ia kehilangan seluruh penglihatannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.