Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menyembunyikan Sesuatu



Menyembunyikan Sesuatu

0"Aiden, tolong ambilkan aku satu kotak juga," kata Anya.     

"Sebentar, aku akan segera kembali," Aiden berpura-pura mengeluarkan ponselnya dan berbalik membelakangi Anya.     

Waktu terus berjalan, akhirnya Anya sudah mengisi penuh dua kotak stroberi, tetapi Aiden masih berdiri di tempat yang sama.     

Anya tidak bisa menunggu lagi dan akhirnya ia bangkit berdiri, berjalan menghampirinya.     

Aiden memejamkan matanya dan berusaha untuk menenangkan diri. Ia tahu ia terlalu lama berjongkok di taman sehingga tiba-tiba ia tidak bisa melihat apa pun ketika berdiri.     

Selama ia beristirahat, ia bisa pulih.     

Ketika ia mendengar suara langkah kaki Anya yang mendekat, Aiden membuka matanya. Cahaya matahari terlihat terang berlebihan, untung saja ia bisa melihat lagi.     

Ia memasukkan kembali ponselnya di kantong dan memandang ke arah Anya dengan sedikit rasa bersalah.     

Anya tersenyum manis ke arahnya. "Tidak masalah kalau kamu ada pekerjaan. Aku sudah cukup senang kamu mau menemaniku."     

Hati Aiden terasa sakit saat melihat senyum yang manis itu. Bisakah ia melihat senyum ini lagi?     

"Berapa banyak yang harus kita panen hari ini?" tanya Aiden.     

"Apakah kamu lelah?" Anya menatap Aiden dengan khawatir. Anya baru menyadari kalau Aiden tidak pernah mengerjakan pekerjaan seperti ini, khawatir kalau Aiden tidak kuat.     

"Tidak, aku takut kamu yang lelah," kata Aiden dengan penuh sayang.     

"Aku baik-baik saja," kata Anya sambil melihat stroberi di sekelilingnya. "Kita sudah selesai. Jangan mengambil semua stroberinya. Alisa akan datang di hari sabtu, biar dia bermain di taman dan memetik stroberi."     

Ketika Aiden mendengar bahwa Alisa akan datang lagi, wajahnya langsung berubah. "Mengapa Jonathan terus menyuruhmu untuk menjaga anaknya?"     

"Sesuatu terjadi pada keluarganya dan ia terluka cukup parah karena perbuatan Nico dan Harris. Ia tidak bisa mengurus Alisa dalam kondisi seperti ini. Hari Sabtu aku akan menjemputnya dan Minggu siang akan mengantarkannya kembali ke sekolah," Anya menyenggol lengan Aiden dengan pelan. "Apakah kamu marah?"     

"Kamu adalah milikku," tegas Aiden.     

"Aku tahu," Anya tertawa.     

"Suruh Nadine yang mengajak Alisa pergi hari Sabtu. Kamu akan pergi denganku," Aiden tidak mau Anya mengurus anak orang lain. Kalau mereka punya waktu untuk mengurus anak orang lain, bukankah lebih baik kalau mereka membuat anak sendiri?     

"Baiklah," setelah Anya berjanji, wajah Aiden terlihat sedikit melunak.     

Hari ini mereka telah mengisi 5 kotak stroberi dan menyimpan 1 kotak untuk dimakan sendiri.     

Setelah itu Anya pergi ke toko bunga milik Lanny yang berada di dekat halte, tempat ia bisa menitipkan sepedanya.     

Ketika tiba di sana, Lanny langsung keluar dan membantu Anya untuk mengangkat kotak stroberi itu dari sepeda Anya.     

"Anya, apakah itu pacarmu?" Lanny menarik Anya dan bertanya padanya dengan suara pelan.     

Anya mengangguk sambil tersenyum.     

"Aku sering melihatnya di halte ini. Hanya duduk diam di mobilnya sambil memandang ke arah halte dengan tatapan menerawang selama berjam-jam," kata Lanny.     

"Apakah ia menunggu seseorang?" gumam Anya.     

"Awalnya aku juga berpikir seperti itu, tetapi siapa yang mau menunggu seseorang sampai dua tahun? Dan sejak kamu kembali ke Indonesia, ia tidak datang lagi. Sepertinya ia menunggumu."     

"Oh?" Anya merasa hatinya terasa hangat. Aiden menunggunya?     

Di perjalanan pulang, mereka berboncengan menaiki sepeda listrik itu sambil memandang langit biru dan awan-awan di atas mereka. Rasanya sangat menenangkan …     

"Bagaimana rasanya hidup menjadi orang biasa?" tanya Anya.     

"Berapa yang kamu dapatkan setelah menjual 4 kotak stroberi?"     

"Aku memberi harga yang murah untuk Bibi Lanny. Satu kotak hanya 100 ribu. Itu harga yang cukup murah dibandingkan harga stroberi di pasaran. Tetapi karena Bibi Lanny selalu membeli bunga dan tanaman dalam jumlah besar pada ibu, kami memberinya harga yang murah."     

Aiden berpikir sejenak dan berkata, "Kalau aku tidak bekerja lagi, hidup dengan menanam stroberi dan menjual bunga, bisakah aku membiayai diriku sendiri?"     

"Tentu saja bisa," Anya tertawa. "Apakah kamu tidak ingin bekerja di perusahaan lagi?"     

"Aku ingin pindah ke desa. Hidup dengan tenang bersama denganmu," Aiden ikut tertawa.     

Anya ingat apa yang Lanny katakan sebelumnya dan memutuskan untuk menanyakannya pada Aiden. "Aiden, Bibi Lanny bilang ia sering melihatmu pergi ke halte itu. Siapa yang kamu tunggu di sana?"     

"Kamu …" jawab Aiden.     

Anya merasa matanya memanas. Aiden benar-benar menunggunya. "Apakah ada tempat lain yang kamu datangi selain halte itu?"     

"Di hari ulang tahunmu tahun lalu, aku duduk di bianglala hingga subuh. Dan pulangnya aku demam," kata Aiden.     

"Ada lagi?" tanya Anya dengan air mata yang mengalir di wajahnya.     

"Aku pergi ke Mid Valley, tempat kita berkencan dulu. Apakah kamu ingat?" tanya Aiden.     

Anya mengangguk. Ia masih ingat mereka pernah bercinta di mobil saat mengunjungi Mid Valley.     

"Aku menunggu di tempat-tempat itu, berharap suatu hari nanti kamu akan kembali. Aku tahu kamu akan kembali lagi padaku," kata Aiden sambil tersenyum.     

Anya merasa tenggorokannya tercekat. Ia menoleh dan memandang ke arah Aiden. "Apakah selama dua tahun terakhir ini kamu merindukan aku?"     

Aiden mengangguk. "Aku sangat merindukanmu."     

"Aku juga merindukanmu. Tetapi aku terus menerus menyalahkanmu atas apa yang terjadi dua tahun lalu. Aku benar-benar merindukanmu dan berpikir kamu telah melupakan aku," kata Anya sambil menangis.     

Aiden turun dari sepeda itu dan memeluk Anya.     

Anya hanya bisa menguburkan wajahnya di pelukan Aiden. Tangan kecilnya melingkari pinggang Aiden dan terus menangis seperti anak kecil.     

Dua tahun sudah berlalu, Anya selalu memikirkan Aiden.     

Ia memikirkan apakah Aiden merindukannya sama seperti ia merindukan Aiden?     

Apakah Aiden masih mencintainya sama seperti ia yang masih mencintai Aiden?     

Dan baru saat ini Anya menyadari bahwa Aiden juga memikirkannya.     

Aiden menanti agar Anya kembali ke sisinya.     

Luka di hati mereka mungkin masih menganga dan berdarah, tetapi setidaknya sekarang mereka berusaha untuk mengobatinya bersama-sama.     

Ia mencium air mata di wajah Anya, "Jangan menangis. Kita tidak akan pernah berpisah lagi."     

"Apa pun yang terjadi, kamu tidak boleh memperlakukanku seperti dua tahun lalu. Aku akan menghadapi semuanya bersamamu. Jangan pernah sembunyikan apa pun lagi. Apakah kamu mengerti?" teriak Anya.     

Dua tahun lalu, untuk melindungi Anya, Aiden memutuskan untuk menutup mulutnya. Ia menceraikan Anya dan meminta Anya untuk menggugurkan kandungannya karena ia benar-benar mencintai Anya.     

Aiden lah yang menanggung semua beban itu sendirian. Tetapi cinta dan pernikahan yang Anya inginkan bukan seperti ini.     

Anya berharap ia bisa sedikit membantu menanggung beban Aiden, menghadapinya bersama-sama atau pun mundur bersama-sama.     

Aiden memikirkan mengenai matanya yang mungkin tidak akan melihat lagi dan bertanya sambil tersenyum. "Kalau aku tidak bisa melihat lagi seperti dulu, tidak bisa melihat senyummu, tidak bisa melihat kecantikanmu, apakah kamu masih mencintaiku?"     

Secara insting, Anya langsung mengulurkan tangannya dan menggoyang-goyangkannya di depan mata Aiden, seperti saat dulu Aiden masih tidak bisa melihat. Ketika melihat bulu mata Aiden bergoyang pelan, Anya menghela napas lega.     

"Jangan bicara begitu, matamu baik-baik saja. Saat kita tua nanti, meski kita tidak bisa mendengar atau pun melihat, aku masih akan tetap mencintaimu. Kalau aku tidak bisa melihat, setidaknya aku bisa mendengar suaramu dan berada di sisimu. Kalau aku tidak bisa mendengar, aku akan terus memandangmu," kata Anya dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya.     

Aiden mengusap air mata itu dengan lembut. "Anya, aku ingin bersamamu hingga maut memisahkan kita. Aku ingin mencintaimu dan hidup bersamamu selamanya. Dan suatu hari ketika kamu memikirkanku, aku ingin kamu memikirkan semua kenangan indah tentang kita."     

Ketika mendengar kata-kata Aiden, Anya merasa khawatir. "Aiden, apakah kamu menyembunyikan sesuatu dari aku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.