Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Mau Bekerja



Tidak Mau Bekerja

0"Ibu, aku akan memberitahumu kalau lamaranku sudah berhasil," kata Nico sambil tertawa.     

"Baiklah, aku akan menunggu berita baik darimu," setelah mengatakannya, Maria berbalik menghadap ke arah Aiden. "Aiden, kakak benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi padamu dan Anya. Aku benar-benar berharap kamu dan Anya memiliki hubungan yang baik."     

"Kakak seharusnya memikirkan kesehatan kakak. Kita adalah keluarga. Tidak ada yang menyalahkan kakak. Sekarang lihatlah, ada tiga pasangan yang akan menikah. Jadi kakak harus sehat lagi. Keluarga Atmajaya tidak akan bisa hidup tanpamu," kata Aiden, suaranya terdengar hangat.     

Air mata bahagia mengalir di wajah Maria. "Aku akan menjaga kesehatanku dan membantu kalian mengadakan pesta pernikahan yang megah!"     

Makan malam mereka terasa sangat menyenangkan. Maria merasa rasa bersalah di hatinya sedikit berkurang saat melihat Anya dan Aiden kembali bersama seperti ini.     

Setelah makan malam, mereka semua kembali ke rumah masing-masing.     

Anya juga sedikit mabuk dan bersandar di sofa dengan malas. Ia juga ingin pulang dari rumah Aiden. "Siapa yang akan mengantarku pulang?"     

"Ke mana mau mau pergi?" Aiden menatapnya sambil tersenyum.     

"Pulang."     

"Ini rumahmu."     

"Aku ingin pulang ke rumah ibuku."     

"Rumahmu adalah tempat di mana aku berada. Jangan pergi," Aiden menggendong Anya dari sofa dan membawanya menuju ke kamar mereka.     

Ia menundukkan kepalanya dan mengecup pipi Anya dengan lembut sebelum menaiki tangga.     

Anya memeluk Aiden dengan semakin erat.     

Mungkin karena ia sedikit mabuk, ia menjadi lebih berani.     

Atau mungkin karena ia sudah berpisah dari Aiden selama beberapa hari sehingga Anya merindukannya setengah mati.     

Di dalam kamar, mereka mulai bercumbu. Meski sedikit mabuk, pikiran Anya masih sejernih air.     

Ia bisa merasakan setiap gerakan Aiden dengan sangat jelas, dan tanpa sadar ia mengikutinya sesuai dengan ritme Aiden.     

Benar apa kata Aiden. Tubuh mereka saling melengkapi satu sama lain dengan sempurna. Mereka diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain. Saat bersama, mereka sempurna.     

…     

Anya terbangun keesokan paginya. Ketika ia membuka matanya, ia melihat Aiden sedang memandang wajahnya.     

"Apakah kamu tidak tidur dan memandangiku semalaman?" Anya memejamkan matanya lagi dan menguburkan dirinya dalam pelukan Aiden dengan malas.     

Ia terlalu malas untuk bangun.     

"Anya, aku tidak mau pergi kerja. Aku akan menemanimu seharian hari ini. Ya?" kata Aiden secara tiba-tiba.     

Anya tertegun sejenak dan memutuskan untuk menggoda Aiden. "Apakah kamu tidak takut Nico akan membuat Atmajaya Group bangkrut?"     

"Ivan akan berada di perusahaan dan mengawasi Nico. Atmajaya Group tidak akan bangkrut," kata Aiden dengan tenang.     

Aiden tidak memberitahu Anya bahwa hal pertama yang ia lakukan begitu kembali ke Indonesia adalah menemui Ivan.     

Dokter mengatakan bahwa kondisinya hanya bisa membaik kalau ia melakukan operasi. Tetapi masih ada banyak hal yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa melakukan operasi itu sekarang.     

Aiden takut kalau sampai ada yang terjadi saat operasi. Ia takut kalau ia tidak akan bangun dan tidak bisa melihat Anya lagi.     

Harris sudah menceritakan apa yang terjadi selama beberapa hari belakangan ini. Sepertinya Ivan sudah tahu mengenai penyakitnya.     

"Aku sudah menyelidiki mengenai kematian ibumu. Saat itu, pelayan yang bertugas lah yang melepaskan laba-laba beracun di rumah ibumu. Karena tidak ditemukan tepat waktu, ibumu tidak bisa diselamatkan dan meninggal di tempat. Ibuku tidak melakukannya, tetapi semua ini ada hubungannya dengannya. Heru yang melakukannya karena ia ingin menyingkirkan ibumu dan membuat ibuku menjadi Nyonya Atmajaya," kata Ivan. "Ibuku bukan pembunuh. Ia tidak menyuruh Heru untuk menyakiti ibumu. Tetapi Heru begitu mencintainya dan mau melakukan segalanya untuknya. Ia juga yang membantu ibuku untuk mendapatkan Amore."     

Tetapi setelah itu, Ivan melanjutkan. "Mengenai ibuku, ia telah melakukan banyak hal dan bahkan ingin menyingkirkanmu. Kejadian penculikanmu bukanlah sebuah kecelakaan. Ledakan di gudang tersebut juga merupakan rencana Heru. Aku tidak mengatakan ini untuk membela ibuku. Ibuku tidak melakukan apa pun, tetapi ia mendapatkan keuntungan terbesar dalam hal ini dan itu membuatnya bersalah."     

"Aiden, aku akan menebus semua kesalahan ibuku. Selama masa pemulihanmu, aku akan menjaga Atmajaya Group untukmu. Setelah kamu sehat lagi, aku akan mengembalikannya padamu," kata Ivan dengan tenang.     

"Kalau kakak ingin melakukan itu, aku tidak akan menolak bantuanmu," dengan itu, Aiden melemparkan semua tanggung jawabnya di Atmajaya Group pada Ivan dan tugas untuk membimbing Nico juga akan menjadi tugasnya.     

Ivan jarang mendengar Aiden memanggilnya dengan sebutan kakak. Ia tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya, tetapi ia merasa sangat senang.     

Pada awalnya, agar Ivan tidak bisa mendapatkan kekuatan sedikit pun, Aiden menguasai perusahaan cabang luar dan kembali ke Indonesia untuk mengambil alih Atmajaya Group. Aiden begitu sibuk hingga untuk bernapas saja ia kesulitan.     

Sebagai hasilnya, ia hampir kehilangan nyawanya.     

Penyakitnya ini membuat Aiden semakin memahami banyak hal.     

Ia bisa melihat bahwa waktunya dengan Anya akan semakin dan semakin berkurang. Aiden benar-benar tidak ingin melakukan apa pun dan menemani Anya saja.     

Setelah ini, mungkin ia tidak akan bisa melihat lagi. Ia ingin mengubur wajah Anya di dalam kenangannya agar ia bisa mengingat Anya seumur hidupnya.     

Apa gunanya kekuasaan dan kekayaan?     

Kalau ia tidak bisa melihat, kekayaan dan kekuasaan tidak akan bisa menyelamatkannya.     

"Kamu tidak keberatan Kak Ivan yang memimpin perusahaan?" Anya terkejut saat mendengar Aiden menyerahkan Atmajaya Group pada Ivan.     

"Kamu memberitahu Ivan mengenai kematian ibuku?" tanya Aiden.     

Anya mengangguk.     

"Mengapa kamu memberitahunya?" tanya Aiden lagi.     

"Aku tidak ingin melihat kalian, kakak adik, saling menyakiti satu sama lain. Aku juga tidak ingin Kak Ivan menjadi seperti ibunya," jawab Anya dengan jujur.     

"Ivan bilang ia ingin menebus kesalahan ibunya dan aku memberinya kesempatan," kata Aiden seolah tidak pernah ada perselisihan di antara mereka.     

"Apakah kamu percaya padanya?" Anya merasa Aiden bukan tipe orang yang mudah percaya.     

Ia bukanlah orang yang akan menyerahkan seluruh kekuasaan yang dimilikinya hanya karena kata-kata dan janji belaka.     

"Aku ingin mengujinya," jawab Aiden.     

Anya tersenyum. Ini lah Aiden yang sebenarnya.     

"Kamu bilang tidak akan bekerja dan menemaniku setiap hari, apakah itu sungguhan?" tanya Anya.     

"Sungguh. Mulai hari ini, aku tidak akan pergi ke kantor," kata Aiden dengan serius.     

Anya melihat ekspresi di wajah Aiden. Aiden tidak terlihat berbohong, tetapi Anya menyadari ada yang salah.     

Apa yang terjadi?     

"Aiden, apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu tiba-tiba tidak mau bekerja?" Anya mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Aiden. Tidak panas …     

"Sudah lama aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Aku hanya bisa tidur saat ada kamu," Aiden memeluk pinggang Anya. "Kita berpisah selama dua tahun. Jadi aku melewatkan lebih dari 700 tidur nyenyak. Sekarang aku ingin menebusnya."     

"Bagaimana cara menebusnya?" tanya Anya.     

"Tentu saja tidur denganmu," kata Aiden.     

"Tapi aku harus bekerja …"     

Aiden tidak membiarkan Anya menolaknya. Ia langsung menutup mulut Anya dengan bibirnya dan setelah itu badai besar terjadi berulang kali.     

…     

Anya berbaring di tempat tidur dengan lemas. Seluruh energi di dalam tubuhnya telah terkuras habis. Tubuhnya terasa lemas dan pegal, sementara kakinya gemetaran.     

"Apa yang kamu butuhkan? Aku akan menyuruh seseorang menyiapkan semuanya untukmu. Kamu bisa bekerja di ruang parfum rumah agar formula parfummu tidak tersebar," kata Aiden.     

Anya menatap ke arah Aiden dengan curiga, "Apakah kamu tahu sesuatu?"     

"Aku tidak tahu apa-apa," kata Aiden sambil mengecup kening Anya. Ia baru tahu akhir-akhir ini kalau Mila adalah tangan kanan Keara. Ia tidak mau melakukan apa pun yang membuat Mila menjadi waspada sehingga lebih baik membiarkan Anya bekerja dari rumah saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.