Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sesak



Sesak

0"Indah, jangan khawatirkan mengenai kakakmu. Aku akan pergi ke rumah Keluarga Atmajaya besok," kata Galih dengan ekspresi serius.     

"Ardan sudah meninggal. Nico dan Nadine tidak memiliki ayah sehingga Bima sangat memanjakan dan melindungi mereka. Kakakku telah melakukan kejahatan kepada mereka berdua sekaligus dan Bima tidak akan diam saja. Aku tidak mau kamu terlibat. Kalau Bima membahas mengenai kehamilan Keara, bagaimana kamu akan menjawabnya?" Indah tidak menyarankan suaminya untuk pergi ke rumah Keluarga Atmajaya.     

Kakaknya sendiri juga memiliki cucu, tetapi ia tega melakukan hal sekejam ini. Sepertinya ia memang ingin tinggal di dalam penjara. Tidak ada yang akan menghentikannya.     

Indah telah menyerah terhadap hidupnya. Kalau kakaknya itu memang ingin mati, biarkan saja. Ia terlalu malas untuk menyelamatkannya.     

"Sayangnya, keluargaku telah melahirkan anak yang sangat memalukan," Galih benar-benar kecewa pada Keara. Ia berulang kali berpikir bahwa lebih baik putrinya tidak kembali da tahun lalu. Lebih baik Keara meninggal dua tahun lalu, sehingga Galih akan selalu mengingatnya sebagai putri kesayangannya yang baik hati.     

Ketika mendengar kata-kata ayahnya, Keara juga merasa marah. "Ayah, apakah ayah berharap aku mati dan yang kembali adalah adikku? Sayangnya, putri yang memalukan yang telah kembali dan putrimu yang baik, yang telah kamu tunggu selama bertahun-tahun telah mati."     

Galih langsung menampar wajah Keara dengan keras hingga wajah Keara memerah dan terlihat ada bekas lima jari pada wajahnya yang putih tersebut.     

"Keara …" seru Indah, langsung melindungi Keara di belakangnya. "Galih, apa yang kamu lakukan pada anak kita? Apakah kehamilan adalah sesuatu yang dilakukan sendirian? Tidak masuk akal kalau kamu menyalahkan Keara saja. Aiden juga bertanggung jawab."     

"Coba kamu tanyakan saja padanya, apakah Aiden juga bersalah," kata Galih dengan marah.     

"Kalau kalian semua tidak menyukaiku, aku akan pergi dari rumah ini!" Keara menangis, menutupi wajahnya yang merah dan membengkak. Tanpa makan malam, ia pergi meninggalkan rumah keluarganya.     

"Keara, jangan pergi …" Indah berlari mengejar putrinya. Tetapi baru beberapa langkah saja, tubuhnya sudah tidak kuat dan ia langsung pingsan.     

…     

Di rumah Aiden, Maria dan Hana sedang sibuk di dapur. Anya sedang memotonng buah dan membuat salad buah di depan.     

Tanpa sengaja, saat sedang memotong buah, ia mengiris tangannya sendiri.     

"Ahh," ringis Anya sambil menahan rasa sakit.     

"Ada apa?" ketika mendengar suara Anya, Aiden langsung menghampirinya. Melihat jari Anya yang berdarah, Aiden tidak ragu untuk menarik tangan itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.     

Anya tertegun di tempatnya, memandang Aiden dengan linglung. Kemudian ia berbisik, "Aku tidak apa-apa. Itu hanya luka kecil."     

Seorang pelayan langsung membawakan kotak obat untuk Anya. Aiden menggandeng tangan Anya menuju ke sofa ruang keluarganya.     

"Mengapa kamu ceroboh sekali?" Aiden membantu Anya membersihkan lukanya. Melihat bahwa luka itu tidak dalam, Aiden baru bisa menghela napas lega. Setelah itu ia membalut luka Anya.     

"Aku tidak tahu kenapa. Saat memotong buah, tiba-tiba saja dadaku sakit dan tanganku tergelincir," kata Anya. Ia tidak tahu apa yang terjadi kepadanya. Tangannya terangkat dan memegang ke arah dadanya. "Aku merasa dadaku sesak dan sedikit panik. Mengapa aku merasakan firasat buruk ada sesuatu yang terjadi?"     

"Aku akan menyuruh seseorang menjemput ibumu," kata Aiden.     

"Aku akan meneleponnya," firasat itu tidak kunjung hilang sehingga Anya memutuskan untuk menghubungi ibunya. Ketika telepon itu tersambung, ia bisa mendengar suara TV dari seberang.     

"Anya, apakah kamu sudah makan?" tanya Diana sambil tersenyum. "Kalau sudah terlalu malam, lebih baik kamu menginap di rumah Aiden. Aku ingin segera tidur dan tidak bisa membuka pintu untukmu."     

Aiden sedang duduk di samping Anya sehingga ia bisa mendengar kata-kata Diana dengan jelas.     

Wajah Anya langsung memerah mendengar ibunya menggodanya. "Ibu, apa yang kamu katakan? Aku punya kunci rumah sendiri. Apakah kamu sudah makan malam? Apakah ibu mau ke sini dan makan malam denganku?"     

"Aku sudah makan. Sekarang aku sedang menonton TV. Sebentar lagi aku akan mandi dan tidur," kata Diana.     

"Kalau ibu lelah, cepat istirahatlah," Anya menghela napas lega.     

Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya barusan. Tetapi setelah menelepon ibunya dan mengetahui bahwa ibunya baik-baik saja, ia merasa sangat lega.     

Saat makan malam, Harris menerima telepon dan kemudian berbisik pada Aiden.     

Wajah Aiden langsung berubah saat mendengar laporan Harris dan kemudian ia memandang ke arah Anya.     

Ia baru saja menerima berita bahwa Galih menampar Keara sehingga Keara melarikan diri dari rumah. Indah merasa sangat shock sehingga jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit.     

Kejadian itu tepat saat Anya tiba-tiba merasakan sesak napas di dadanya.     

Hubungan darah memang sangat aneh. Meski mereka tidak bersama, meski mereka masih belum menemukan satu sama lain, perasaan mereka selalu terhubung.     

Harris mengatakan bahwa kesehatan Indah saat ini sangat buruk dan ada kemungkinan bahwa Indah tidak akan selamat. Apakah mereka harus memberitahu Anya bahwa Indah adalah ibu kandungnya?     

Aiden hanya menyuruh Harris untuk memperhatikan mengenai situasi Indah saat ini. Kalau ada sesuatu yang terjadi, Aiden memintanya untuk segera melaporkannya padanya.     

Di malam hari, Nico, Nadine dan Tara datang untuk ikut makan malam bersama dengan mereka. Begitu rumah Aiden menjadi ramai, Nico langsung membuka anggur dan menuangkannya untuk Anya, seperti sedang berusaha untuk meminta bantuan darinya.     

"Mengapa kamu menuangkannya untukku? Aiden sudah kembali. Kalau kamu butuh bantuan, lebih baik kamu mencarinya," setelah dua gelas, Anya tidak mau minum lagi.     

"Anya, biar kakak yang meminumnya untukmu," kata Maria. Ia sudah sibuk memasak sejak siang tadi, sekarang ia bahkan tidak bisa berdiri karena kakinya lemas.     

Anya tidak membiarkan Maria mengambil gelasnya. "Kak, jangan minum dengan perut kosong. Nanti perutmu sakit."     

"Anya, kakak benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi padamu dan Aiden dua tahun lalu. Kalau kalian tidak kembali bersama, aku tidak akan pernah bisa hidup dengan tenang," kata Maria sambil meneteskan air matanya.     

"Kak, jangan begini. Aku tidak bilang aku tidak akan berbaikan dengan Aiden," ketika melihat Maria seperti ini, Anya bisa merasa hatinya luluh. Ia masih ingat semua kebaikan Maria kepadanya.     

Hana membantu Maria untuk duduk di tengah meja. Hari ini, Maria lah orang yang paling tua di sana, sehingga ia yang akan memimpin makan malam.     

Ia melihat tiga pasangan di hadapannya dengan senang. Maria berkata sambil tersenyum. "Harris, aku ikut senang dengan hubunganmu dengan Nadine. Sebagai orang tua, selama anakku senang, aku juga ikut senang. Jaga Nadine baik-baik dan jangan kecewakan dia."     

"Terima kasih atas kepercayaan Anda. Saya akan menjaga Nadine baik-baik," Harris langsung bangkit berdiri dan mengatakannya di hadapan semua orang.     

Hana ikut tersenyum melihatnya. "Nyonya, saya akan mengawasi Harris. Kalau ia berani membuat Nona Nadine sedih, aku yang akan turun tangan dan memberinya pelajaran."     

"Kalau begitu, aku bisa tenang." Maria tertawa. Setelah itu ia menoleh ke arah Tara dan Nico. "Tara, Nico memang masih kekanakan. Aku harus minta tolong padamu untuk mengurusnya. Kalau Nico tidak mau mendengarmu, laporkan saja pada Aiden. Di keluarga ini, hanya Aiden yang bisa mendidik Nico."     

Tara merasa sedikit malu saat mendengarnya. "Ah, tidak! Nico sangat baik padaku."     

"Kalau kamu sudah siap dan yakin untuk menikah dengan Nico, katakan saja padaku. Aku dan kakek Nico akan datang ke rumah kakekmu dan meminta persetujuan darinya untuk meminangmu," kata Maria. ketika mengetahui bahwa Tara belum menyetujui lamaran Nico, ia tidak langsung mendesaknya.     

Ia memberi Tara kesempatan untuk berpikir dan menata pikirannya baik-baik.     

"Ibu, aku akan memberitahumu kalau lamaranku sudah berhasil," kata Nico sambil tertawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.