Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menyerah



Menyerah

0"Ia pantas mendapatkannya. Beraninya ia ingin menjebak kakak beradik dari Keluarga Atmajaya. Ia juga ingin menjebak putriku dan hampir merusak reputasi Raisa. Untungnya saja Ivan …"     

"Untung apanya? Ivan sama sekali tidak berniat untuk bersaing dengan Aiden. Raisa bahkan tidak akan bisa mendapatkan sebanyak cucu Dokter Tirta. Nico adalah cucu tertua Keluarga Atmajaya. Saham dari Ardan dan Maria juga akan menjadi miliknya. Saham Atmajaya Group yang dipegangnya berada di nomor dua, di bawah Aiden. Apa gunanya kamu senang?" Rian melotot ke arah Irena.     

Akhirnya Raka berhenti mendengarkan dan berkata, "Ayah, jangan bilang begitu. Kalau Raisa menikah dengan Nico, ia tidak akan bisa mengendalikannya. Sebaliknya, dengan Kak Ivan, kami mengenalnya sejak kecil. Ia adalah pria yang baik hati dan lembut."     

"Raisa sedang mencari suami, tetapi ia malah mendapatkan pria yang sakit-sakitan seperti Ivan," tetap saja Rian tidak puas dengan Ivan.     

"Aku juga merasa Ivan cocok untuk Raisa. Aku melihat Ivan dari ia masih kecil. Ia baik, tidak seperti ibunya. Kalau Raisa menikah dengannya, ia tidak akan menderita," Irena setuju.     

"Apakah makanannya belum siap?" kata Rian dengan suara dingin saat seluruh keluarganya tidak ada yang setuju dengannya.     

"Aku juga menyukai Kak Ivan. Kalau aku menikah dengan Nico, aku akan bertengkar dengannya setiap hari," kata Raisa.     

"Kamu …" Rian akhirnya menyerah pada putrinya dan kemudian mengalihkan pandanganya pada Raka. "Raka, pertunanganmu dengan Natali kan sudah berakhir. Sekarang waktu yang tepat untuk membahas mengenai kamu."     

"Aku sudah pernah berkorban dan menuruti ayah saat bertunangan dengan Natali. Setelah ini, biar aku yang mengurus sendiri pasanganku," kata Raka sambil meninggalkan tempat tersebut.     

"Raka, sudah waktunya makan," Irena berusaha untuk menghentikannya.     

"Kalian makan saja dulu. Aku lelah. Aku ingin mandi," setiap kali melihat ayahnya memaksanya menikah, Raka menjadi semakin dan semakin muak.     

Lebih baik ia bersembunyi …     

…     

Dibandingkan dengan Keluarga Mahendra yang cukup harmonis, Keluarga Pratama sedang berada dalam kekacauan besar.     

Begitu memasuki ruangan, Galih langsung berteriak. "Di mana Keara?"     

"Mengapa kamu berteriak begitu keras? Keara ada di kamarnya," Indah menghampirinya dan mengambil jas Galih, kemudian memberikannya pada salah satu pelayan.     

"Hotel kita ditutup dan kakakmu tiba-tiba saja dibawa oleh polisi," kata Galih dengan wajah yang muram.     

Indah terkejut dan bertanya, "Apakah ini karena kejadian yang menimpa Nadine dan Nico?"     

"Coba saja tanyakan pada anakmu," Galih menatap Keara yang berdiri di tangga dengan tajam.     

Wajah Keara terlihat tenang. "Ayah, aku juga khawatir pada paman. Tetapi aku tidak tahu apa yang terjadi."     

"Kamu tidak tahu apa pun?" Galih menatap Keara dengan kecewa. Putrinya yang telah ia manjakan sejak kecil telah berubah.     

Ia sudah tidak lagi seperti putrinya yang dulu …     

"Ayah, aku tahu ayah tidak senang denganku. Keluarga kita telah malu karena aku hamil sebelum menikah, tetapi anak ini tidak bersalah," Keara berpura-pura sedih.     

"Kesehatan ibumu tidak baik. Semakin cepat dilaksanakan operasinya, akan semakin aman. Tetapi kamu menunda operasi itu dan sekarang kamu hamil. Meski bukan ibumu yang melahirkanmu, ia telah membesarkanmu selama lebih dari 20 tahun. Mengapa kamu sekejam ini? Toni memperlakukanmu jauh lebih baik dibandingkan putrinya sendiri. Apa yang sebenarnya kalian lakukan bersama?" Galih membongkar semua perilaku busuk Keara tanpa ampun.     

Keara bisa mendengarkan suara degup jantungnya yang begitu keras. Ia tidak menyangka ayahnya mengetahui apa yang terjadi dengan begitu cepat.     

Tetapi selama tidak ada yang menyebutkan namanya, polisi tidak akan bisa menangkapnya.     

Pamannya akan menanggung semuanya sendirian dan membuktikan bahwa ia tidak bersalah.     

Keara memeluk lengan Indah dan memandang Galih dengan sedih. "Ayah, sebelumnya kesehatanku tidak cukup baik dan aku sedang memulihkan diri. Aku juga memikirkan ibu karena tidak mau sesuatu terjadi pada saat operasi kalau aku sedang tidak sehat. Tetapi aku tidak menyangka aku akan hamil. Mengapa ayah langsung menganggap aku sebagai anak durhaka? Besok aku akan ke rumah sakit, menggugurkan anak ini dan menjadwalkan operasi untuk ibu."     

Mendengar hal ini, Indah langsung menghentikannya. "Jangan menggugurkan kandunganmu. Ibu baik-baik saja. Kamu bisa melahirkan anak ini. Meskipun Keluarga Atmajaya tidak mau menerima anak itu sekalipun, keluarga kita akan mengurusnya sendiri."     

"Ibu, aku benar-benar tidak berniat untuk mengulur operasinya," mata Keara memerah.     

Indah menepuk tangan anaknya dengan lembut. "Aku tidak bisa menemukan adikmu. Kamu adalah satu-satunya anakku dan aku adalah ibumu. Kita saling bergantung sama lain. Mana mungkin anakku sendiri sengaja mengulur waktu dan tidak mau menyelamatkan aku? Jangan terlalu pedulikan kata-kata ayahmu …"     

"Kalau kamu benar-benar peduli pada ibumu, pergilah ke rumah sakit besok dan gugurkan kandungannya. Keluarga kita tidak menginginkan anak yang tidak jelas itu. Itu sungguh memalukan!" kata Galih dengan tajam.     

"Jangan berbicara seperti itu. Aiden tidak bisa melupakan Anya sehingga membuat Keara hamil. Semua ini adalah kesalahan Keluarga Atmajaya," kata Indah dengan marah.     

"Indah, apakah kamu tidak tahu? Anakmu ini …" kata-kata yang ingin Galih ucapkan dari mulutnya kembali tertelan. Keara sengaja menjalankan program inseminasi buatan karena ia tidak mau mendonorkan livernya untuk ibunya. Ia bahkan menggunakan nama Aiden untuk melarikan diri dari situasi ini.     

Kalau Indah mengetahui yang sebenarnya, ia pasti akan sangat kecewa.     

Ia telah kehilangan putri kandungnya. Setelah mencari berpuluh-puluh tahun, ia hanya bisa menemukan abunya.     

Sementara itu, Keara yang ia besarkan seperti putrinya sendiri ternyata adalah serigala yang licik. Kalau Indah tahu, ia akan sangat sakit hati.     

Indah tidak peduli berapa lama sisa hidupnya. Ia tidak masalah apakah ia bisa menjalankan operasi itu atau tidak. Ia tidak peduli apakah ia bisa sembuh atau tidak.     

Satu-satunya yang ia inginkan hanyalah menemukan putrinya.     

Tetapi setelah ia mengetahui bahwa putrinya telah tiada, ia juga menyerah dan tidak lagi berharap untuk sembuh.     

Selama bertahun-tahun, seluruh keluarganya selalu menuntut pengorbanan darinya, tetapi tidak ada satu pun yang peduli terhadapnya, terhadap perasaannya.     

Ketika ia mengetahui bahwa Keara hamil, ia seperti menemukan harapan baru. Mana mungkin ia memaksa Keeara untuk membunuh anak itu?     

"Jangan marah. Besok aku akan pulang ke rumah dan mengunjungi kakak ipar," kata Indah dengan tenang.     

Keluarga Srijaya baik-baik saja saat masih dipimpin oleh ayahnya. Tetapi setelah Keluarga Srijaya diserahkan pada Toni, semuanya menjadi semakin buruk.     

Sekarang, Jonathan pun pulang ke Indonesia, seperti sebuah harapan baru bagi Keluarga Srijaya untuk bangkit kembali.     

Tetapi dengan bodohnya, Toni membuat masalah hingga tertangkap seperti ini.     

Indah sudah terlalu banyak berkorban demi Keluarga Srijaya. Ia tidak mau seperti orang bodoh yang terus menerus diperalat.     

Begitu tahu bahwa Toni ditangkap, ia tidak mau suaminya bersusah payah untuk menyelamatkan kakaknya yang tidak tahu terima kasih itu. Ia tidak mau membiarkan masalah Keluarga Srijaya mempengaruhi keluarganya yang bahagia.     

Sementara itu, mengenai Keara, kalau Keara bersedia untuk mendonorkan livernya, ia mungkin bisa bertahan beberapa tahun lagi. Tetapi apa gunanya hidup beberapa tahun lagi?     

Indah sudah kehilangan tujuan hidupnya.     

Indah tidak akan menyalahkan Keara kalau Keara ingin mempertahankan anak di dalam kandungannya.     

Lagi pula, Indah sudah menyerah terhadap hidupnya ketika ia tahu bahwa putri kandungnya sudah tiada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.