Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Sesederhana Itu



Tidak Sesederhana Itu

0Imel telah banyak melakukan perbuatan buruk, tetapi Bima masih mempertahankannya hingga sekarang. Bukan karena ia masih mencintai Imel, tetapi karena ia peduli terhadap perasaan Ivan.     

Begitu Ivan menunjukkan ambisinya yang sebenarnya dan membuat Bima kecewa, bagaimana nasibnya nanti?     

Mungkin ia dan ibunya akan ditendang keluar dari Keluarga Atmajaya. Imel selamanya hanya akan berstatus sebagai simpanan Bima, sementara Ivan selamanya akan menjadi anak haram dari mereka.     

Anya tidak ingin Aiden dan Ivan bersaing. Ia merasa ia harus memperingati Ivan sebelum Ivan membuat kesalahan besar.     

"Anya, apakah kamu tidak mau aku bersaing dengan Aiden, atau kamu peduli padaku?" Ivan menatap Anya sambil tersenyum.     

"Aku peduli padamu. Kak Ivan adalah orang yang baik hati dan hangat. Aku tidak mau kamu sampai tersakiti," kata Anya dengan tulus.     

Apa yang ia katakan itu jujur. Ivan tidak akan pernah bisa menyaingi Aiden karena Aiden tidak sendirian. Aiden memiliki Maria dan juga Nico.     

Itu artinya, lawan Ivan bukan hanya Aiden, tetapi juga Nico.     

Kemampuan Ivan yang sebenarnya memang tidak di bawah Aiden. Ia memiliki kemampuan dan keterampilan yang luar biasa, bahkan mungkin mampu menyaingi Aiden. Tetapi karena ibunya seperti itu, ia hanya bisa menahan diri dan tidak menunjukkan kemampuannya.     

Aiden dan Nico masih menerima Ivan di rumah Keluarga Atmajaya karena Ivan selalu bersikap rendah hati. Bima juga merasa bersalah terhadap Ivan dan berusaha untuk memberikan apa pun kepadanya.     

Namun, begitu Ivan ingin bersaing dengan Aiden, keluarga mereka akan hancur berantakan. Bima akan lebih memilih keluarganya dibandingkan kekasih dan putranya. Pada akhirnya, Ivan dan Imel akan berakhir dengan menyedihkan.     

Ivan tersenyum dan matanya tertuju pada perut Tara. "Aku tahu Tara tidak hamil. Nico hanya berusaha agar aku tidak menikahi Raisa."     

Anya dan Tara saling berpandangan satu sama lain. Ivan sendiri juga tahu bahwa Nico hanya berusaha untuk mencegah agar ia dan Raisa tidak menikah, tetapi Ivan tidak membongkar semua kebohongan itu di hadapan Bima.     

Kalau begitu, tidak ada yang perlu Anya dan Tara katakan lagi. Sementara ini, ia masih bisa yakin bahwa Ivan tidak berada di pihak ibunya.     

Ivan menatap Anya sambil tersenyum. Sebenarnya, ia baru saja menerima berita bahwa Aiden sedang sakit. Penyakitnya itu bisa menyebabkan ia koma atau kebutaan sementara.     

Kalau Ivan ingin menggantikan Aiden, sebenarnya saat ini adalah saat yang tepat. Ivan tidak takut pada Nico karena Nico masih sangat kekanakan. Ia tidak bisa mengurus dirinya sendiri.     

Sementara itu, Aiden tidak berdaya.     

Namun, Anya baru saja menyebutnya sebagai kakak yang baik hati dan hangat. Anya tidak mau dirinya terluka.     

Kalau ia mendapatkan kekuasaan dan kekayaan Keluarga Atmajaya, siapa yang bisa menyakitinya?     

Tetapi ia akan kehilangan kasih sayang dari Anya kalau ia melakukan itu?     

Seluruh Keluarga Atmajaya akan melawannya dan Anya akan kecewa padanya. Ia akan merasa sama seperti ibunya.     

Dan Ivan tidak mau semua itu terjadi kepadanya.     

Apalah arti kekayaan kalau orang-orang yang ia cintai tidak lagi mencintainya?     

"Jangan khawatir, ayah ingin Keluarga Atmajaya harmonis. Aku juga sama. Kalau aku ingin bersaing dengan Aiden, aku rasa Aiden pun tidak akan bisa menghentikanku," Ivan mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Anya dengan lembut. "Kakakmu akan selalu ada dan tidak akan pernah berubah."     

Anya tersenyum dan mengangguk.     

Ivan menatap ke arah Anya dalam diam.     

Dalam hatinya ia berkata, 'Anya, kamu tidak akan pernah tahu apa yang aku relakan agar tidak menghancurkan sosok Kakak Ivan yang ada di hatimu!'     

Ivan telah menyerahkan segalanya yang bisa ia dapatkan di dalam hidup ini.     

Kekuatan, kekayaan, kekuasaan …     

Hanya demi Anya. Untuk mempertahankan sosok Ivan yang ada di hati Anya.     

"Aku dengar kamu akan mengikuti kompetisi parfum di bulan Mei. Bagaimana persiapanmu?" tanya Ivan.     

"Setiap hari aku mempersiapkan diriku di ruang parfum. Aku sudah mendapatkan ide, tapi aku masih berusaha untuk menyempurnakannya," kata Anya.     

"Aku percaya kamu pasti bisa," kata Ivan.     

Setelah itu, pembicaraan mereka menjadi sangat santai. Ivan tidak banyak bicara. Kebanyakan, Anya dan Tara lah yang berbincang-bincang, sementara Ivan mendengarkannya dengan sabar dan sesekali menimpali dan memberi saran.     

Pada saat jam makan malam, Imel memaksa untuk duduk di samping Bima.     

Karena Aiden sedang tidak ada di sana, tidak ada satu orang pun yang berani terang-terangan memperlakukan Imel dengan kejam, sehingga akhirnya Bima menurutinya.     

Nico dan Ivan duduk bersebelahan, Anya dan Tara di hadapan mereka. Setelah menyajikan makanan, Maria memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat karena terlalu kelelahan.     

Makan malam mereka berjalan dengan lancar. Orang yang paling bahagia di sana adalah Imel. Sekarang ia sedang duduk di samping kursi utama.     

Ia bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi raja di rumah ini.     

Setelah makan malam, Nico mengantar Tara pulang dan pengawal Aiden yang mengantar Anya.     

Di perjalanan pulang, Anya menerima telepon dari Nadine. "Bibi, apakah kamu sudah pulang? Harris dan aku menunggumu di rumahmu."     

"Aku sedang dalam perjalanan. Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Anya.     

"Aku baik-baik saja, tetapi Jonathan terluka cukup parah. Nico dan Harris menghajarnya hingga patah tulang. Hari ini aku mengunjunginya di rumah sakit," kata Nadine.     

Anya mengerutkan keningnya saat mendengar hal itu. Nico memang sangat impulsif, tetapi bagaimana bisa Harris melakukan hal yang sama dengan Nico?     

Harris adalah orang yang sangat tenang dan jarang sekali bersikap gegabah.     

"Jonathan adalah pria baik-baik. Besok aku akan mengunjunginya dan membantumu," Anya menghela napas panjang.     

"Harris menemukan sesuatu. Kakakku juga akan tiba sebentar lagi. Aku akan menunggumu," kata Nadine dari telepon.     

"Aku sudah hampir sampai," kata Anya.     

Dua puluh menit kemudian, Anya tiba di rumahnya dan disambut oleh ibunya, dengan sebuah mangkuk berisi jamu. "Minum ini."     

Anya tidak tahan dengan bau jamu itu dan langsung mengeluh. "Tara bilang ia sudah mengubah resepnya? Mengapa baunya masih parah seperti ini?"     

"Ini baik untuk kesehatanmu. Jangan banyak mengomel dan minumlah!" kata Diana.     

Anya menutup hidungnya dan menegak jamu tersebut dalam satu tegukan. Ternyata memang benar, meski baunya tidak enak, rasanya tidak seberapa.     

Diana mengambil mangkuk yang sudah kosong. "Kalian bicaralah, ibu akan istirahat."     

"Terima kasih, Ibu," Anya memeluk ibunya sebelum menghampiri Nadine dan Harris.     

Tidak lama setelah Diana kembali ke kamarnya, Nico dan Tara datang.     

"Bukankah kamu mengantar Tara pulang?" Anya menatap mereka berdua dengan curiga.     

"Tadinya aku mau mengantar Tara pulang, tetapi aku dengar Harris menemukan sesuatu. Jadi aku mengajaknya untuk mendengarkan. Paman tidak ada di sini. Menurutku lebih banyak orang lebih baik. Kita bisa melawan mereka bersama-sama," kata Nico dengan serius.     

Anya mengangguk. "Semuanya sudah berkumpul sekarang."     

"Kemarin malam, Nadine mendapatkan pesan dari Jonathan mengenai lokasi hotel tersebut. Ia pikir Jonathan tidak berada di dalam ruangan sehingga ia meminta kunci kamar tersebut dari resepsionis dan naik ke lantai atas. Namun, setelah masuk ke dalam ruangan, seseorang membuatnya pingsan. Sementara itu, Jonathan juga sedang berada di sofa, tidak sadarkan diri," kata Harris.     

"Jonathan mungkin tahu siapa yang melakukan ini kepada mereka. Ia adalah orang yang sangat berhati-hati dan tidak mungkin ia bisa terjebak dengan mudah," kata Anya dengan tenang.     

"Kamu memanggilku malam-malam seperti ini hanya untuk mengatakan itu? Apa gunanya? Aku juga sudah tahu kalau Keluarga Srijaya yang melakukan ini pada Nadine dan Keluarga Mahendra yang menjebakku," kata Nico.     

"Tara, urus tunanganmu itu. Sepertinya hingga saat ini otaknya masih belum berkembang," Anya menatap ke arah Nico dengan kesal.     

Masalah ini tidak sesederhana yang Nico pikirkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.