Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Di Hadapan Orang Luar



Di Hadapan Orang Luar

0"Anya, terima kasih sudah peduli padaku. Aku tidak apa-apa," kata Ivan sambil tersenyum tipis.     

"Tapi, kak …"     

"Selama kamu dan Aiden bahagia, selama Nico bisa menikah dengan wanita yang dicintainya, itu sudah cukup untukku. Mengenai masalah Raisa, aku tahu Nico panik dan ingin menyelamatkan Nadine secepat mungkin. Jangan salahkan Nico. Aku mengenal Raisa sejak kecil dan aku tidak akan memperlakukannya dengan buruk," kata Ivan.     

"Tapi …"     

"Raisa sudah setuju," Ivan tampak memahami apa yang hendak Anya katakan dan langsung menyelanya.     

"Apa? Mengapa Raisa setuju?" tanya Anya dengan bingung.     

"Sebenarnya masalahnya tidak serumit yang kamu pikirkan. Aku bersedia untuk menikah dengannya dan Raisa pun bersedia menikah denganku. Semuanya bahagia dan masalah Nico pun selesai," kata Ivan sebelum mengakhiri panggilan.     

Setelah panggilan itu berakhir sekalipun, Anya masih bisa merasakan kepalanya berdengung.     

Raisa setuju untuk menikah dengan Ivan?     

"Ada apa? Ada apa?" melihat wajah Anya yang kebingungan, Tara langsung ikut khawatir.     

"Keluarga Atmajaya mendapatkan jalan keluar yaitu dengan menikahkan Raisa dengan Ivan. Dan Raisa setuju. Apa yang sebenarnya ia pikirkan? Bukankah Raisa menyukai Aiden?" Anya tidak mengerti apa yang direncanakan oleh Raisa.     

"Raisa menyukai Aiden dan menganggapmu sebagai musuh. Mungkin memang benar pernikahan bukanlah permainan. Tetapi kalau ia bisa menikah dengan Ivan, ia akan menjadi anggota Keluarga Atmajaya dan mencari masalah denganmu. Ditambah lagi, kalau ia menikah dengan Ivan, derajatnya di Keluarga Atmajaya lebih tinggi dibandingkan denganmu karena ia akan menjadi kakak iparmu. Nico harus memanggilnya sebagai bibi. Sepertinya, itu yang menjadi alasannya menyetujui pernikahan ini."     

Ketika mendengar pemikiran Tara, ia pikir memang benar seperti itulah gaya berpikir Raisa.     

"Tetapi aku merasa masalah ini tidak sesederhana itu. Aku rasa, ada orang yang menjebak Nico dan Raisa, tetapi sebenarnya tujuan utama mereka adalah untuk mendorong agar Keluarga Atmajaya menyetujui pernikahan antara Ivan dan Raisa," kata Anya.     

"Apakah menurutmu ini perbuatan Imel?" Tara terkejut mendengarnya. "Dengan menikahi Raisa, Ivan akan mendapatkan dukungan dari Keluarga Mahendra dan bisa bersaing dengan Aiden."     

"Aku rasa hanya itu satu-satunya alasan yang masuk akal. Kalau tidak, apakah kita harus menyuruh Nico yang bertanggung jawab?" tanya Anya.     

Ia merasa ada konspirasi yang rumit di balik semua ini.     

Tara langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak boleh. Nico adalah milikku."     

"Akhirnya. Sekarang kamu merasa ia adalah milikmu kan. Ah! Kalian kan sudah bercinta kemarin malam," kata Anya dengan setengah bercanda.     

"Ia tidur di tempat tidurku, itu artinya Nico adalah milikku, kata Tara.     

Anya tertawa mendengarnya. Sekarang Tara sudah tidak malu untuk mengakuinya lagi. "Itu baru Tara yang kukenal!"     

"Ayo kita pergi ke rumah Keluarga Atmajaya."     

Ketika pengawal Aiden mengantar mereka menuju ke rumah Keluarga Atmajaya, Imel dan Ivan sudah tiba di sana.     

Melihat kedatangan Anya dan Tara, Imel langsung kesal. "Bima, bukankah tidak pantas membicarakan mengenai masalah keluarga di hadapan orang luar."     

"Pelayan, tolong antar wanita itu keluar. Katanya tidak pantas membicarakan masalah keluarga di hadapan orang luar," kata Maria sambil berjalan menuju ke ruang tengah, dibantu oleh Nico.     

Maria terlihat jauh lebih baik dibandingkan saat Anya bertemu dengannya sebelumnya.     

"Maria, jangan keterlaluan!" teriak Imel dengan marah.     

"Tara adalah menantuku, ia sudah bertunangan dengan Nico. Dan Anya adalah menantu Keluarga Atmajaya. Siapa yang orang luar?" kata Maria dengan dingin.     

Tara melihat Nico mengedipkan mata ke arahnya, dan ia hanya bisa membuang muka.     

Anya berpura-pura tidak berada di sana dan tidak mengatakan apa pun. Bima memintanya untuk datang, itu artinya ia tidak akan membiarkan Imel untuk mempermalukannya kan?     

"Bima, lihat menantumu. Ia menyebutku sebagai orang luar," Imel memeluk lengan Bima sambil mengeluh. "Nico membuat masalah. Kami datang untuk membantu tetapi Maria malah mengusirku.     

"Maria mengatakannya karena kamu berbicara seperti itu pada Tara dan Anya. Tidak peduli apa pun yang Nico lakukan, ia hanya berusaha untuk menyelamatkan adiknya. Hari ini aku memanggil kalian semua untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk menambah masalah." kata Bima.     

"Aku akan mendengarkan semua keputusan ayah," kata Ivan.     

Bima mengangguk dengan puas.     

"Kakek, aku sama sekali tidak punya hubungan apa pun dengan Raisa. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan langsung padanya. Aku tidak mau menikah dengan siapa pun selain Tara dan Tara sudah mengandung anakku," kata Nico dengan sembarangan.     

Tara langsung melotot, merasa bola matanya hampir keluar dari kepalanya. Ia mengandung anak Nico? Bagaimana mungkin ia sebagai pemilik tubuhnya sama sekali tidak tahu?"     

Anya langsung menoleh dan menatap Tara. Bukankah Nico dan Tara baru bercinta kemarin malam? Tara langsung hamil dalam sehari? Sungguh luar biasa.     

"Benarkah? Tara hamil?" wajah Bima langsung gembira. "Sudah lama Keluarga Atmajaya tidak mendapatkan berita baik seperti ini."     

Tara ingin mengatakan bahwa ia tidak hamil. Ia tidak mengerti mengapa Nico berbicara sembarangan seperti ini.     

Ketika mendengar bahwa Tara hamil, wajah Imel langsung berubah murung. Tatapannya yang dingin langsung menyapu ke arah perut Tara.     

Maria langsung melangkah maju dan melindungi Tara dan Anya di belakangnya. Ia seperti seorang ibu ayam yang berusaha melindungi anaknya.     

Imel mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah Bima sambil tersenyum. "Bima, lihatlah Nico saja sudah mau punya anak. Kalau begitu, pernikahan Ivan tidak bisa ditunda lagi."     

"Kakek, aku harus menikah dengan Tara dulu. Aku bisa menunggu, tetapi bayi di dalam kandungan Tara tidak bisa. Kalau paman Ivan menikah dulu, pernikahanku akan tertunda," kata Nico.     

Anya baru memahami mengapa Nico tiba-tiba mengatakan bahwa Tara hamil. Ia ingin menunda pernikahan antara Ivan dan Raisa dan mengubah pernikahan itu hanya menjadi sekedar pertunangan.     

"Ayah, tidak pantas kalau paman dan keponakan menikah di saat yang bersamaan. Bagaimana kalau biarkan Nico dan Tara menikah dulu. Kemudian beberapa bulan kemudian, kita bisa mengadakan pernikahan Ivan dan Raisa. Tara sedang hamil, ayah tidak mau anak Tara lahir tanpa orang tua yang sah kan?" kata Maria.     

"Tidak! Bagaimana bisa pernikahan Ivan yang ditunda? Kalau Tara hamil, biarkan ia mendaftarkan pernikahannya dulu dan mengadakan pesta setelah anaknya lahir. Wanita hamil mengurus pernikahan, itu tidak baik untuk kandungannya," Imel langsung menjadi orang pertama yang menentang.     

"Biar aku dan Anya yang membantu Tara. Tara tidak perlu melakukan apa pun. Aku tidak akan pernah membiarkan menantuku sakit hati. Aku harus memberinya pernikahan yang layak sebelum anaknya lahir," kata-kata Maria menunjukkan bahwa ia tidak mau anak yang dikandung oleh Tara lahir seperti Ivan, tanpa ayah yang sah dan tanpa pernikahan.     

Selamanya Ivan dibayang-bayangi oleh statusnya sebagai anak haram.     

Awalnya Tara ingin mengatakan bahwa ia tidak hamil, tetapi Anya terus menahannya. Akhirnya, setelah ia mengetahui niat Nico, ia tidak membongkar kebohongannya.     

"Bima, apakah kamu tidak dengar kata-kata Maria? Seharusnya kamu melakukan hal yang sama saat aku mengandung Ivan," kata Imel. Sekarang ia berusaha memaksa Bima untuk menikahinya.     

"Maria benar. Kita tidak boleh menyakiti Tara. Ivan, bagaimana kalau kamu bertunangan dulu dan mengundur pernikahanmu dengan Raisa?" kata Bima sambil memandang Ivan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.