Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pria Terkuat Sedunia



Pria Terkuat Sedunia

0Tara mengedipkan matanya berulang kali. Tubuhnya langsung oleng dan kepalanya terbentur pintu kamar mandi. "Ah! Kepalaku!"     

Nico terkekeh saat melihatnya dan memegangi tangan Tara agar tubuhnya tidak oleng. "Kalau kamu tidak bisa minum, jangan minum banyak-banyak."     

"Kalau kamu tidak berselingkuh dariku, apakah kamu pikir aku akan minum?" Tara menunjuk ke arah dada Nico. "Apa yang kamu lihat darinya? Tubuhnya indah? Perut rata dan berotot? Aku juga punya!"     

"Di mana perutmu yang berotot? Aku tidak pernah melihatnya," Nico tertawa dan sengaja menggoda Tara.     

Tara menarik bagian bawah handuknya dan menunjuk ke arah perutnya. "Lihat ini. Perutku juga bagus"     

Nico tidak menyangka Tara akan termakan godaannya. Ia hanya bisa menelan ludahnya dalam diam sambil memandang Tara.     

Tara tidak mengenakan pakaian dalam di balik handuknya dan sekarang ia mengangkat bagian bawah handuknya, berniat menunjukkan perutnya, tetapi Nico juga bisa melihat bagian yang lainnya.     

Ini benar-benar akan membunuh Nico.     

Tara yang mabuk benar-benar sangat manis. Ia bersandar di pelukan Nico dan banyak berbicara, menanyakan berbagai hal tanpa henti.     

"Nico, siapa yang lebih cantik? Aku atau Raisa? Apakah Raisa lebih cantik dariku?"     

"Tidak, kamu yang paling cantik."     

"Tubuhnya pasti tidak sebagus tubuhku. Lihat perutku rata dan berotot."     

"Aku tahu, aku sudah melihatnya."     

"Aku bisa mendapatkan uang dan memiliki beberapa cabang klinik gigi. Uang tabunganku juga sangat banyak. Apakah kamu mau aku obati?"     

"Tidak," jawab Nico dengan sabar.     

"Kamu pasti sakit. Buktinya saja kamu selesai bercinta dengannya hanya dalam 34 menit. Bagaimana kalau aku mengobatimu? Aku tidak akan memintamu untuk membayar."     

"Tidak terima kasih. Aku baik-baik saja."     

"Kamu tidak percaya pada kemampuanku?"     

"Aku percaya pada kemampuanmu, tetapi aku baik-baik saja."     

"Kamu sakit!"     

"Tidak!"     

"Kalau aku bilang kamu sakit, artinya kamu sakit!"     

"Apakah kamu ingin mencobanya?"     

"Bagaimana cara mencobanya?" Tara berbaring di tempat tidur. Ketika handuk di tubuhnya dilepaskan, ia langsung berhenti berbicara.     

Wajahnya yang mungil langsung memerah seperti kepiting rebus. Napasnya menjadi semakin dan semakin cepat.     

Nico begitu dekat dengannya sehingga ia bisa merasakan napas pria itu.     

Nico adalah pria yang sangat normal, baik secara fisik maupun secara mental. Selama dua tahun bertunangan dengan Tara, berulang kali ia ingin memiliki Tara seutuhnya.     

Tetapi ia menghargai Tara dan tidak menyentuhnya sama sekali, terutama saat Tara merasa ragu ketika Anya dan Aiden berpisah.     

Nico tidak mau menakuti Tara dan selalu menghormati keputusannya. Meski ia hampir meledak sekali pun, Nico tidak akan menyentuh Tara sama sekali tanpa seijinnya.     

Tetapi malam ini, ia benar-benar ingin membuat Tara sebagai miliknya.     

Tara benar-benar seperti bunga indah yang mekar di hadapan Nico.     

Beberapa orang mengatakan bahwa wanita berasal dari tulang rusuk pria. Nico berpikir bahwa Tara mungkin saja adalah tulang rusuknya yang hilang.     

Kalau tidak, mana mungkin ia mau menunggu Tara selama dua tahun.     

Mungkin ia memang terlihat seperti pria nakal yang mempermainkan banyak wanita, tetapi sebenarnya hanya ada satu wanita yang dicintainya dalam hidupnya.     

Hanya Tara …     

Ia terlihat seperti playboy hanya karena ia terlalu ramah dan suka menggoda orang.     

Tetapi hanya ada Tara untuknya.     

Tara memandang ke arah Nico, melihat Nico berusaha untuk menahan dirinya. Entah apa yang merasuki dirinya, entah apakah ini karena pengaruh alkohol di dalam tubuhnya, atau karena keinginannya sendiri, tiba-tiba saja tangannya terangkat untuk memegang pipi Nico.     

Ia menepuk-nepuk pipi Nico sambil terus memandangnya seolah ingin memastikan bahwa Nico yang ada di hadapannya adalah asli.     

Nico tidak bisa menahan dirinya dan tidak bisa menjauh dari Tara.     

Ia mulai memeluk bibir Tara, mengulumnya dengan lembut. Pertama-tama, Tara merasa panik dan kebingungan. Lama kelamaan, ia mengikuti Nico dan balas mencium bibirnya.     

Malam mereka menjadi sangat panas dan bergairah seolah mereka mengungkapkan perasaan mereka yang terpendam selama dua tahun terakhir.     

…     

Tara terbangun keesokan paginya.     

Ia sama sekali tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.     

Bagaimana ia bisa tidur dan terbangun dengan tubuh yang sakit.     

Ia menepuk keningnya, berusaha untuk mengingat kejadian kemarin. Kemarin malam, Nico datang sambil membawakan makanan. Ia tidak sengaja mengotori baju Nico sehingga ia mandi di rumahnya dan menggunakan handuknya.     

Setelah itu …     

Setelah itu apa? Bagaimana ia tidak bisa mengingatnya?     

Setelah Nico pulang, ia tidak bisa ingat apa yang terjadi.     

Ia tidak ingat bagaimana ia bisa kembali ke kamarnya.     

Tara menundukkan kepalanya dan menyadari bahwa seluruh tubuhnya dipenuhi dengan bekas ciuman. Ia langsung terkejut setengah mati.     

"Ahhh!" teriaknya.     

Kemarin malam, ia dan Nico …     

Nico mendengar suara teriakan Tara dan langsung menghampirinya. "Tara, bangunlah dan sarapan."     

"Mengapa kamu belum pulang?" Tara melotot ke arah Nico dengan kesal. "Apa yang sudah kamu lakukan kepadaku?"     

"Kita bicarakan nanti setelah sarapan," kata Nico.     

"Keluarlah dari sini. Aku perlu menenangkan diri," Tara mengambil bantal di belakangnya dan melemparkannya pada Nico.     

Nico menangkis bantal tersebut. Setelah itu, ia mengambilnya dari lantai dan mengembalikannya ke atas tempat tidur, sebelum duduk di samping tempat tidur.     

"Aku sudah menduga kamu tidak akan mengingat semuanya sehingga aku merekamnya," Nico mengeluarkan ponselnya dan memulai sebuah rekaman.     

…     

"Kamu sakit!"     

"Tidak!"     

"Kalau aku bilang kamu sakit, artinya kamu sakit!"     

"Apakah kamu ingin mencobanya?"     

"Bagaimana cara mencobanya?"     

…     

Setelah itu, suara yang sangat provokatif terdengar. Tara menutupi telinganya, tidak percaya bahwa suara di dalam rekaman itu adalah suara dirinya sendiri.     

"Kamu menyerah setelah 50 menit. Apakah kamu mau mendengar apa yang kamu katakan?" Nico mempercepat rekaman itu hingga mendengar suara Tara yang meminta ampun.     

"Nico, kamu sama sekali tidak sakit. Kamu adalah pria terkuat di dunia. Kamu yang terbaik."     

Tara langsung merebut ponsel itu dengan paksa, hendak menghapus rekaman tersebut. "Kamu tidak tahu malu!"     

"Tidak perlu repot-repot menghapusnya. Aku sudah menyimpannya di tempat lain. Aku akan mendengarkannya lagi nanti. Tidak kusangka ternyata di matamu aku adalah pria yang terkuat di dunia."     

"Aku benar-benar akan membunuhmu!" Tara langsung melompat keluar dari tempat tidur dan mencekik leher Nico dengan tangannya. Ia benar-benar akan membunuh Nico.     

Tetapi ia tidak pernah menyangka bahwa sebenarnya Nico sangat kuat. Tidak butuh banyak tenaga, Nico langsung menahan Tara di bawah tubuhnya.     

Setelah itu, Nico mengecup kembali bibir Tara dan membuat Tara ingat kembali apa yang mereka lakukan kemarin malam.     

Kepingan-kepingan ingatan mulai kembali ke ingatan Tara.     

Ia benar-benar ingin menangis. Mengapa ia mengatakan bahwa Nico sakit? Mengapa ia harus menertawakan Nico dan mengatakan bahwa Nico 'selesai' dengan cepat?     

Satu jam kemudian, Nico melihat Tara kelelahan di tempat tidur dan memutuskan untuk melepaskannya.     

Ia menundukkan kepalanya untuk mengecup mata Tara dengan lembut. "Kamu harus senang karena pernikahan kita akan sangat bahagia nantinya."     

"Kalau kamu menindasku, aku akan menusukmu dengan jarumku!" kata Tara dengan kesal.     

Nico memeluknya semakin erat dan tersenyum. Ia benar-benar mencintai Tara.     

Internet begitu digegerkan oleh berita Nico dan Raisa, tetapi ia sama sekali tidak peduli.     

Toh, Harris sedang berusaha untuk mengurusnya. Raka juga sedang berusaha untuk menutupi semuanya demi memperbaiki reputasi adiknya.     

Namun, Nico tidak menyangka Aiden yang sedang berada di luar negeri juga mendengar berita itu dan langsung meneleponnya.     

"Paman, kapan kamu pulang?" tanya Nico dengan bersemangat.     

"Kapan aku pulang untuk membereskan semua kekacauan yang kamu buat? Aku hanya pergi beberapa hari, tetapi kamu dan Nadine malah membuat masalah," kata Aiden dengan suara berat.     

"Paman, Nadine baik-baik saja. Jonathan adalah pria baik dan tidak menyentuh Nadine sama sekali. Tetapi Raisa sedikit bermasalah," kata Nico.     

"Kamu dan dia …"     

"Tidak. Aku bisa bersumpah, aku tidak melakukan apa pun kepadanya," kata Nico dengan cepat.     

"Bagaimana dengan Keluarga Mahendra?" tanya Aiden dengan tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.