Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hanya Makanan



Hanya Makanan

0"Memangnya kenapa? Apa urusannya aku melihatnya atau tidak? Keluarga kalian telah menjebakku dan memaksaku untuk menikahinya. Apa lagi yang kalian inginkan dariku?" tanya Nico dengan dingin.     

Tidak biasanya Nico berbicara seperti itu kepada Raka. Tetapi sekarang ia tidak bisa mempercayai Raka.     

Ia tidak menyangka Raka akan menjebaknya seperti ini.     

"Kamu meragukan aku?" kata Raka setelah mendengarkan kata-kata Nico.     

"Apakah aku tidak boleh meragukanmu?" cibir Nico. "Di ruangan itu tidak ada sinyal dan ada aroma-aroma aneh di dalam ruangan. Kami menunggu pertolongan, tetapi kamu malah datang bersama dengan beberapa wartawan. Raka, apakah kamu benar sahabatku?"     

"Bukan aku yang membawa wartawan tersebut," kata Raka.     

"Benarkah?"     

"Mengapa kamu membawa Raisa ke hotel? Seseorang melihatmu menyewa kamar hotel. Dan CCTV koridor juga menangkap rekaman kalian memasuki kamar bersama-sama. Seharusnya aku yang marah padamu. Reputasi Raisa telah rusak karena ketahuan masuk ke dalam hotel bersama denganmu, tetapi kamu tidak berniat untuk bertanggung jawab. Lalu apa yang bisa ia lakukan?" kata Raka dengan marah.     

"Apa yang kamu inginkan dariku? Menikahinya?" kata Nico dengan menantang.     

"Nico, jangan jadi lelaki brengsek. Aku tidak akan pernah membiarkan Raisa menikah denganmu. Daripada kamu marah padaku seperti ini, lebih baik kita mencari solusi," kata Raka dengan tenang.     

Mendengar bahwa Raka tidak berniat menyuruhnya menikah dengan Raisa, Nico menjadi sedikit lebih tenang. "Bagaimana keadaan Raisa sekarang?"     

"Obatnya masih bekerja, tetapi ia sudah diberi penenang. Sampai sekarang ia masih belum bangun. Nico, beri aku penjelasan mengapa kamu membawa Raisa ke hotel," kata Raka.     

"Raisa meneleponku, mengatakan bahwa ia melihat Nadine di hotel. Keluarga Srijaya menginginkan Nadine sebagai istri Jonathan. Sepertinya, Toni Srijaya yang menjebak mereka. Aku pergi ke hotel itu untuk mencari Nadine, tetapi resepsionisnya tidak membiarkan aku untuk naik. Raisa yang menyewa kamar itu, agar kita bisa naik ke lantai atas untuk mencari Nadine. Tetapi kami malah bertengkar dengan seorang wanita paruh baya dan kembali ke kamar yang Raisa sewa untuk kabur dari wanita itu. Ketika kami ingin keluar, pintunya sudah terkunci dari luar," Nico menjelaskan kejadian itu dengan sabar.     

Raka mengerutkan keningnya dalam-dalam. Kalau Keluarga Srijaya ingin menjebak Nadine, mengapa Nico dan Raisa juga harus terlibat?     

"Bagaimana dengan Nadine? Apakah kamu menemukannya?" tanya Raka.     

"Kami menemukan Nadine di kamar sebelah. Untung saja, Jonathan Srijaya adalah pria baik-baik. Tetapi aku yakin seratus persen bahwa Toni Srijaya yang melakukannya. Mereka berani melakukan ini kepada Nadine. Keluarga kami tidak akan membiarkannya begitu saja. hari ini, aku ingin berterima kasih pada Raisa karena telah memberitahuku. Aku akan bertanggung jawab kalau ada yang terjadi pada Raisa," Nico tahu bahwa Raisa tidak akan mau menikah dengannya.     

Meski ia bersedia bertanggung jawab, tidak ada gunanya kalau Raisa menolaknya. Raisa mungkin akan menangis dua tiga hari dan keluarganya tidak punya pilihan lain selain mengalah padanya.     

Apa yang harus Nico takutkan? Ia tidak melakukan apa pun!"     

"Nico, kamu telah membuatku kecewa. Aku tahu kamu khawatir pada adikmu. Tetapi Raisa adalah adikku. Kamu takut Nadine dijebak. Tetapi apakah kamu pernah berpikir apa artinya saat kamu naik ke kamar hotel bersama dengan Raisa? Kalau kamu bilang kamu mencari Nadine, apakah ada orang yang percaya padamu?" setelah mengatakannya, Raka menutup teleponnya.     

Setelah dimarahi oleh Raka seperti itu, Nico baru merasa pikirannya terbuka.     

Memang benar ia bodoh. Ia dan Raka berteman dekat sehingga ia menganggap Raisa sebagai adiknya sendiri.     

Tetapi di mata orang luar, mereka adalah sepasang wanita dan pria muda yang menyewa kamar hotel untuk melakukan hal yang tidak senonoh.     

Ia mengeluh, khawatir orang lain akan salah paham padanya. Tetapi semua itu karena ia tidak berpikir panjang, membuat reputasi Raisa hancur.     

Kalau masalah ini tidak terselesaikan dengan jelas, apakah ia harus menikahi Raisa?     

Nico masih memikirkan masalah ini dengan seksama, ketika Tara tiba-tiba meneleponnya. "Nico, apakah kamu berselingkuh dariku?"     

Nico langsung merasa panik mendengar pertanyaan Tara.     

"Ini hanya salah paham!" kata Nico.     

"Aku sudah melihat beritanya di internet. Kamu membuka kamar hotel bersama dengan Raisa, naik ke atas bersama-sama dan memasuki kamar bersama-sama. Kalian bahkan berada di dalam kamar tersebut selama 34 menit. Nico, apakah staminamu hanya segitu? 34 menit saja kamu sudah selesai, apakah kamu sakit?" tanya Tara.     

Nico hanya bisa mengusap keningnya. Ia merasa sakit hati.     

Tara adalah tunangannya. Ia dan Raisa ketahuan membuka kamar hotel dan beritanya tersebar di internet. Sebagai tunangan, bukankah seharusnya Tara memarahinya dan mencacinya karena telah berselingkuh?     

Tetapi bukan itu yang Tara pikirkan. Tara malah memikirkan mengenai kondisi fisiknya. Apakah semua dokter seperti ini?     

"Tara, apakah kamu yakin ingin menanyakan hal itu di saat-saat seperti ini?" tanya Nico dengan tidak berdaya.     

"Kamu masih muda. Kamu masih bisa memulihkan kondisimu," kata Tara dengan serius.     

"Di mana kamu? Aku akan menemuimu," Nico merasa marah. Ia harus memperjelas semua ini dengan Tara.     

"Di rumah. Kalau kamu datang, bawakan makanan untukku," kata Tara dengan santai.     

"Apakah kamu punya bir di rumahmu?"     

"Ada. Apakah kamu benar-benar akan membawakanku makanan?" tanya Tara dengan penuh semangat.     

"Kalau kamu mau makan, aku akan membelikannya untukmu," Nico mengakhiri panggilan dan langsung menelepon temannya yang memiliki restoran dan memesan banyak makanan untuk Tara.     

"Tunanganku ingin makan sate barbekyu. Tolong bungkuskan aku beberapa. Aku akan mengambilnya nanti."     

"Aku tidak punya restoran sate. Ini adalah restoran teppanyaki," jawab temannya itu dengan kesal.     

"Apa ada bedanya? Kalau begitu buatkan aku sate ala jepang. Buatkan aku yang banyak."     

"Nico, mengapa kamu bisa makan banyak? Kamu memiliki tunangan, tetapi kamu membawa Raisa ke hotel. Kamu terlibat masalah yang sangat besar sekarang!"     

"Raisa sudah seperti adikku sendiri. Mana mungkin aku menyerang adikku sendiri. Jangan khawatir. Raka bisa menyelesaikan semuanya. Sekarang cepat urus pesananku. Aku mengandalkan masakanmu untuk mendapatkan hati tunanganku," Nico sangat mengenal Tara.     

Untuk mendapatkan hati Tara, ia harus melewati perutnya!     

Sekitar jam sebelas malam, Nico tiba di rumah Tara dengan berbagai makanan.     

Tara memiliki rumah sendiri di dekat kliniknya. Sementara di hari liburnya, ia akan pulang ke rumah kakeknya.     

"Wow! Banyak sekali!" mata Tara berbinar saat melihat bungkusan makanan yang dibawa oleh Nico. Ia langsung memyambut kedatangan Nico.     

Nico mengambil kaleng bir dan duduk di meja makan. Sementara Tara, menelepon Anya.     

"Anya, aku baru mau makan," kata Tara dari sambungan panggilan video tersebut.     

Anya baru saja selesai mandi dan mau siap-siap tidur. Ketika ia melihat Tara meneleponnya, Anya langsung mengangkatnya.     

"Jangan makan terlalu banyak malam-malam begini. Nanti kamu sakit perut," kata Anya dengan setengah bercanda. Anya merasa sedikit lega melihat reaksi Tara.     

Kalau Tara masih bisa makan banyak, itu artinya berita di internet tidak terlalu mempengaruhinya.     

Tetapi kemudian Tara berkata dengan sedih. "Nico berselingkuh dariku, membuat suasana hatiku sangat buruk. Hanya makanan yang bisa membuatku senang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.