Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Datang untuk Menertawakan



Datang untuk Menertawakan

0Anya baru saja berniat turun ke lantai bawah ketika mendengar komentar para pegawainya itu. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kantornya.     

Anya merasa konyol saat mendengar komentar-komentar itu, tetapi ia juga tidak berniat untuk mengurusi mereka.     

Biar saja mereka berbicara sesuka hati mereka …     

"Sepuluh kemenangan pun tidak bisa dibandingkan dengan Aiden Atmajaya. Aku khawatir terhadap Anya."     

"Aku tidak menyukai sifat wanita seperti Keara. Aku rasa Anya jauh lebih pantas untuk Aiden. Kalau ia menjadi bos kita, mungkin kita lebih bisa bekerja dengannya, dibandingkan dengan Keara."     

"Pemilik Iris ini adalah Aiden, kan? Kalau ia menikah dengan Keara, apakah nama toko kita akan berubah? Apakah kita akan menjadi toko cabang Keara's Parfume?"     

"Tidak! Toko kita jauh lebih baik dari toko itu. Mengapa kita harus mengganti nama?"     

"Aku tidak ingn Aiden bersama dengan Keara. Aku harap anak itu bukan anak Aiden."     

"Keara memiliki anak Aiden, bagaimana mungkin?" tidak tahu kapan Raisa masuk ke dalam toko tersebut dan mendengar pembicaraan para pegawai.     

Pegawai itu langsung mengenali Raisa dan menyapanya dengan cepat. "Selamat datang, Nona Raisa."     

"Apakah Anya ada?" Raisa langsung mengatakan niat kedatangannya.     

"Ia sedang berada di atas. Nona bisa menunggu di ruang tunggu, saya akan panggilkan Anya," kata Mila dengan sopan.     

Raisa pernah menunggu di ruang tunggu tersebut dan terkunci di dalam. Pengalaman itu masih membuatnya merasa takut.     

"Biar aku menunggu di sini saja," kata Raisa, duduk di salah satu kursi toko tersebut.     

Mila naik ke atas dan mencari Anya.     

Anya mengerutkan keningnya saat mendengar Raisa datang untuk mencarinya. Kapan Raisa kembali ke Indonesia dan mengapa ia mencarinya?     

"Suruh Raisa tunggu sebentar di bawah. Aku akan turun sebentar lagi," kata Anya.     

Raisa datang di saat yang tidak tepat. Nadine baru saja pergi sehingga tidak ada yang bisa membantu Anya kalau sampai ada sesuatu yang terjadi.     

Mila adalah pengkhianat. Ia hanya akan membuat suasana semakin panas dan memperkeruh masalah mereka.     

Anya langsung menelepon Nadine, tetapi malah Mila yang mengangkat panggilan itu. "Anya, Nadine tidak membawa ponselnya. Mengapa kamu meneleponnya?"     

"Sepertinya aku salah pencet. Tolong buatkan teh untuk Raisa, aku akan segera turun," Anya menutup teleponnya dan langsung menghubungi Raka. "Raisa datang menemuiku. Tolong datanglah ke Iris dan bawa ia pergi dari sini."     

"Aku akan segera ke sana," Raka tidak berani menunda dan langsung berangkat untuk menjemput Raisa.     

Tetapi Anya tidak bisa bersembunyi terlalu lama di lantai atas dan menunggu hingga Raka tiba di sana. Kalau Raisa menunggu terlalu lama, ia bisa marah dan membuat keributan.     

Anya memutar otaknya dan memutuskan untuk meminta bantuan dari temannya yang bekerja di toko perhiasan.     

Pertama-tama, ia menelepon Shania yang ceria dan cerewet, "Shania, ini Anya. Ada sesuatu yang terjadi di toko. Apakah aku bisa meminta bantuanmu untuk mencari Nadine?"     

"Aku akan meminta bantuan pada Meli untuk mencari Nadine dengan cepat! Jangan khawatir." Karena mereka berangkat ke tempat kerja bersama-sama setiap hari, mereka berempat menjadi cukup dekat. Shania dan Meli langsung berlari untuk mencari Nadine di mall tersebut.     

Anya menghela napas lega. Ia memutuskan turun dan menemui Raisa.     

Raisa sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Sementara itu, para pegawai Iris memandang ke arah Anya dengan khawatir.     

Semua pegawai yang berada di Iris adalah pegawai yang setia. Mereka sudah bekerja lama di sana dan ingat saat Raisa berulang kali membuat masalah.     

Anya menatap mereka dan berusaha untuk menenangkannya. Kemudian, ia berjalan ke arah Raisa sambil tersenyum. "Raisa, kamu sudah kembali ke Indonesia?"     

"Mengapa kamu terlihat senang? Aku rasa hubungan kita tidak sedekat itu," cibi rRisa.     

"Kita sudah mengenal sejak kecil. Aku juga sudah melupakan semua kejadian buruk di masa lalu," kata Anya.     

"Mungkin kamu sudah lupa, tetapi aku masih ingat. Kamu adalah Anya yang merebut tunangan saudaranya sendiri. Aku dengar kamu sudah putus dari Aiden dua tahun lalu?" Raisa mengatakannya dengan wajah yang bangga. "Aku juga dengar Keara sedang hamil anak Aiden."     

"Benarkah? Lalu, apa hubungannya kehamilan Keara denganku?" tanya Anya dengan tenang.     

"Apakah kamu ingin mengganggu kakakku lagi? Anya, kamu pantas mendapatkan semua ini. Aiden sudah tidak menginginkanmu dan kakakku juga tidak menginginkanmu lagi. kami, Keluarga Mahendra, tidak akan membiarkan wanita jahat sepertimu masuk ke dalam keluarga kami," Raisa sengaja ingin membuat Anya marah.     

Tetapi Anya hanya tertawa dan menatap Raisa yang marah dengan tenang, "Lalu apa yang kamu khawatirkan sampai-sampai kamu datang ke sini?"     

"Aku tidak khawatir. Aku datang ke sini hanya untuk menertawakanmu. Sekarang Keara hamil dan kamu akan segera disingkirkan. Apakah kamu segitu tidak tahu malunya sehingga masih punya muka untuk bekerja di sini?" Raisa masih sama seperti dulu.Kejadian yang menimpanya sama sekali tidak membuatnya jera.     

Anya tidak bisa berkata apa-apa dan tidak bisa membalas kata-kata Raisa.     

Ia hanya mengedikkan bahunya dengan tidak peduli. "Aku tidak peduli Keara hamil. Aku merasa hidupku tidak semenyedihkan itu. Aku hanya merasa konyol. Mengapa ada orang yang repot-repot datang ke sini untuk menertawakanku padahal aku sama sekali tidak peduli …"     

"Omong kosong! Sebenarnya kamu pasti merasa marah dan sedih. Keara sedang hamil anak Aiden, Aiden akan menikahinya dan kamu akan disingkirkan!" Raisa menatap ke arah Anya seperti sedang menatap orang bodoh.     

Anya benar-benar beodoh.     

"Raisa, kamu masih lucu seperti dulu," Anya tidak marah, tidak peduli seberapa keras Raisa berusaha untuk memicu kemarahannya. Ia malah tertawa. "Aku tidak tahu siapa yang memberitahu semua ini kepadamu, tetapi biar aku bilang, aku sama sekali tidak peduli."     

"Kamu tidak ingin bersama dengan Aiden?" Raisa terlihat ragu.     

"Aiden punya anak dengan wanita lain, untuk apa aku memikirkan pria semacam itu. Ditambah lagi, aku kembali ke Indonesia hanya untuk mengikuti kompetisi, bukan bersaing dengan Keara untuk mendapatkan pria. Kalau kamu tidak percaya, tanyakan saja pada semua orang di sini. Setiap hari aku selalu berada di ruang parfum," kata Anya sambil tersenyum manis.     

"Bagaimana mungkin kamu berada di ruang parfum setiap hari? Kamu diam-diam pergi berlibur dengan Aiden. Anya, kamu benar-benar munafik. Kamu pasti sebenarnya merasa sangat marah sekarang," Raisa merasa kesal. Ia datang untuk melihat penderitaan Anya. ia ingin melihat Anya sedih dan kesepian setelah ditinggal Aiden, tetapi reaksi Anya tidak seperti harapannya.     

Keara sedang hamil anak Aiden dan Anya akan segera dibuang. Bukankah seharusnya ia menangis saat ini?     

"Mengapa bibiku harus marah? Tidak ada gunanya marah pada orang yang tidak penting," Nadine datang tepat waktu. Begitu memasuki Iris, ia langsung melindungi Anya di belakangnya.     

"Nadine, apakah kamu bodoh? mengapa kamu melindunginya? Pamanmu sudah tidak menginginkannya lagi. Setelah ini, ia akan kembali mengganggu kakakku. Bukankah kamu menyukai kakakku? Biar aku membantumu untuk mendekatinya. Sebagai gantinya, suruh Aiden memecatnya dari sini dan mengusirnya," Raisa mengatakannya dengan penuh semangat dan tanpa keraguan sedikit pun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.