Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berselingkuh



Berselingkuh

0"Kamu pasti banyak pekerjaan lain yang harus kamu selesaikan, terutama dengan Hermawan Group. Tidak usah membuang-buang waktumu untukku. Aku datang sendiri ke sini dan aku juga bisa pulang sendiri," kata Anya sambil memandang Aiden dengan dingin.     

"Anya, jangan marah padaku," Aiden menghela napas panjang.     

"Bagaimana bisa aku tidak marah padamu? Kalau kerja sama antara Atmajaya Group dan Hermawan Group batal karena tindakanku barusan, aku akan mengganti semua kerugiannya. Meski aku tidak punya uang, aku masih punya ayah dan ibuku," Anya merasa cukup beruntung sekarang memiliki ayah dan ibu kandungnya.     

"Kamu tidak perlu melakukan itu. Selama kamu senang, aku akan menyelesaikan semuanya," kata Aiden.     

"Aku yang seharusnya menyelesaikan masalah yang aku buat sendiri. Aku adalah pasien depresi dengan kepribadian ganda. Kondisiku sangat parah dan psikiaterku yang memberitahunya pada Jessica. Aku memang tidak bisa berpikir dengan jernih. Saat aku memukuli orang, pengawalmu tidak menghentikanku dan malah membantuku untuk mengunci pintu kamar. Memang semuanya sesuai dengan perintahmu, sesuai dengan kendalimu," kata Anya.     

"Apakah kamu sudah lega?" Aiden merasa kepalanya semakin pusing.     

"Masih belum. Jessica juga bilang aku cemburu pada Della dan sengaja mendorongnya dari tangga," Anya memandang ke arah Raka dan berkata, "Mungkin aku memang tidak bisa melupakan Raka. Apakah aku juga harus membunuhnya?"     

"Anya, apakah belum cukup masalah yang kamu buat?" Aiden merasa marah saat mendengar hal ini.     

"Apakah kamu marah? Apakah kamu marah memiliki istri gila yang memalukan seperti aku? Apakah kamu masih menginginkan aku? Hari ini aku memukuli Jessica, mungkin besok aku akan memukuli orang lain lagi. Apakah kamu masih betah memiliki istri yang gila seperti ini?" tanya Anya sambil menghampiri Aiden.     

"Apakah ini caramu untuk meninggalkan aku?" tanya Aiden dengan sedih. "Aku minta maaf karena psikiater yang aku pilih tidak bisa menjaga rahasia pasiennya. Kita bisa mengganti dokternya dan melanjutkan pengobatannya. Jangan pergi di saat-saat seperti ini. Aku khawatir …"     

"Apakah kamu khawatir aku akan bunuh diri? Aku tidak bisa mengendalikan emosiku sekarang. Mungkin aku benar-benar akan mengakhiri hidupku. Bukan ini hidup yang aku inginkan. Bagaimana denganmu? Kamu bahagia dengan hidupmu, kamu bahagia dengan pekerjaanmu. Kamu bahagia dengan kerja samamu dengan Hermawan Group. Kamu sudah tidak membutuhkan aku lagi dan aku juga sudah tidak menginginkanmu lagi," Anya mengatakan kata demi kata dengan serius.     

"Kalau kamu ingin memukuli Jessica, aku akan membantumu dan menyelesaikan semuanya untukmu. Kalau ada hal lain yang ingin kamu lakukan, katakan saja padaku, aku akan memberikan segalanya untukmu!" kata Aiden.     

"Lepaskan aku. Biarkan aku bebas," bisik Anya.     

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi di saat-saat seperti ini. Kalau kamu benar-benar ingin meninggalkan aku, kamu harus sembuh dulu," kata Aiden.     

Anya tidak membalasnya. Ia berbalik dan memandang ke arah Della dan Raka, "Della, sekali lagi aku minta maaf padamu. Aku tidak bermaksud melukaimu. Mungkin kamu tidak bisa memahami apa yang terjadi padaku, tetapi …"     

"Aku percaya padamu," kata Della sambil tersenyum.     

"Anya, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Jangan terjebak dalam perasaanmu sendiri. Kalau kamu punya alasan untuk sedih, kamu juga punya alasan untuk bahagia. Setelah kamu sembuh, kamu bisa pergi ke mana pun yang kamu mau," Raka dan Aiden sama. Mereka membujuk Anya untuk menjalani pengobatan dan tidak setuju kalau ia pergi di saat-saat seperti ini.     

"Aku sarankan agar Anya pergi ke luar kota dulu untuk menenangkan diri," saran Della.     

Ia bisa melihat rasa sakit dan perjuangan di mata Anya. Anya tahu bahwa ia sakit, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun untuk menyembuhkannya.     

Perasaan itu seolah perlahan membunuhnya.     

"Tunggu aku dalam tiga hari. Setelah tiga hari, kita bisa pergi ke pulau," kata Aiden.     

Anya menganggukkan kepalanya sekilas. Ia hanya ingin pergi dari tempat ini.     

Aiden merasa cemas sehingga ia mengantarkannya sendiri sampai tiba di rumah. Saat makan siang pun Anya merasa tidak nafsu makan. Setelah makan beberapa sendok, ia langsung naik ke lantai atas.     

Diana tahu dari Aiden bahwa Anya tidak bisa mengendalikan emosinya dan memukuli Jessica di kamar rumah sakit Della.     

Jessica adalah CEO dari Hermawan Group dan merupakan putri satu-satunya dari Eka Hermawan.     

Anya tidak hanya memukulinya, tetapi juga melukai wajahnya. Hermawan Group tidak akan tinggal diam.     

"Ibu, jangan biarkan Anya pergi ke mana pun selama beberapa hari ini," kata Aiden.     

"Apakah ia juga tidak boleh pergi ke rumah ibunya?" tanya Diana.     

Aiden mengerutkan keningnya dan berpikir sejenak. "Kalau Anya ingin mengunjungi ibunya, suruh beberapa pengawal mengikutinya. Aku khawatir di luar sana berbahaya."     

Diana mengangguk.     

Di kamar, Anya berdiri di pinggir pintu dan melihat mobil Aiden keluar dari rumah. Ia tahu bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan besar hari ini, tetapi ia tidak bisa mengendalikan dirinya.     

Ia benar-benar marah, ia benar-benar kesal. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih.     

Yang membuatnya lebih frustasi lagi karena ia tidak bisa mengendalikan emosinya dan mengendalikan dirinya sendiri.     

Kemarahannya telah mengambil alih tubuhnya, membuatnya bertindak sebelum memikirkan konsekuensinya.     

…     

Pada jam makan malam, Aiden masih belum pulang juga.     

Tara datang ke hadapan Anya seperti seorang yang pendosa. Ia menundukkan kepalanya dan meminta maaf berulang kali. Ia tidak menyangka temannya sendiri akan membocorkan penyakit Anya pada Jessica hanya demi uang.     

Anya memandang ke arah Tara dengan dingin.     

Ia tahu seharusnya ia tidak menyalahkan Tara. Ia tahu seharusnya ia tidak menyalahkan Aiden.     

Tetapi siapa yang harus ia salahkan?     

Apa yang harus ia lakukan untuk meringankan beban di hatinya?     

"Anya, maafkan aku!" kata Tara sambil menunduk.     

"Bibi, jangan salahkan Tara atas kesalahan temannya. Temannya sendiri yang tidak menjaga etik profesional sebagai seorang psikiater. Paman sudah memberi pelajaran padanya dan ia tidak bisa bekerja di bidang medis lagi," kata Nico.     

"Nico …" kata Anya dengan nada yang serius.     

Nico langsung terkejut mendengar nada itu. Tidak pernah sekalipun Anya berbicara padanya dengan nada seperti itu. "Bibi, jangan memanggilku dengan nada seperti itu. Menyeramkan sekali. Kalau ada sesuatu yang bisa aku lakukan, katakan saja. Aku akan melakukan semuanya."     

"Di internet, katanya Jessica mengalami kecelakaan mobil. Apakah pamanmu pergi mengunjunginya? Kapan Jessica mengalami kecelakaan dan bagaimana lukanya?" tanya Anya.     

"Jessica tidak kecelakaan. Luka yang dideritanya sekarang karena bibi. Kecelakaan itu hanyalah alasan. Pamanku pergi ke rumah sakit untuk berdamai dengannya. Katanya ia ingin menuntutmu dan memasukkanmu ke rumah sakit jiwa," setelah itu, Nico memandang ke arah Tara. "Mengapa kamu mencubitku? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."     

"Tara, mengapa kamu mencubitnya? Ia tidak salah. Agar aku tidak masuk rumah sakit jiwa, mungkin lebih baik aku pergi untuk menenangkan diriku. Apakah kamu punya rekomendasi tempat?" tanya Anya.     

"Bukankah paman bilang akan mengajak bibi untuk berlibur ke pulau? Tara dan aku akan menemanimu. Kita bisa mengadakan pesta barbekyu, berenang, atau memancing," memikirkannya saja sudah membuat Nico merasa bersemangat.     

Anya terdiam saat mendengarnya. Ia sudah tidak banyak berharap pada Aiden. Semakin ia berharap, semakin besar pula kekecewaan yang ia rasakan.     

Ia berharap Aiden akan menghentikan Jessica.     

Ia berharap Aiden akan menolongnya.     

Tetapi apa yang Aiden lakukan? Aiden mengunjungi Jessica di rumah sakit!     

Malam itu, internet penuh dengan berita bahwa Aiden mengunjungi Jessica sambil membawa buket bunga. Beberapa orang juga langsung mengunggah foto mereka berdua yang pernah bertemu di café sebelumnya.     

Semua orang langsung berasumsi bahwa Aiden dan Jessica pernah memiliki hubungan sebelumnya.     

Anya memandang foto di internet itu dengan tatapan kosong.     

Ia tahu, kemungkinan besar Jessica lah yang melakukan semuanya sendiri. Atau mungkin ia yang pertama menyebarkan foto itu, membuat semua orang mengikutinya.     

Apa yang sebenarnya Jessica inginkan? Menjadi perusak rumah tangga orang? Menjadi perebut lelaki orang?     

Atau ia ingin memberitahu seluruh dunia bahwa Aiden berselingkuh dari Anya dan jatuh cinta padanya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.