Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Memukuli Seseorang



Memukuli Seseorang

0"Anya, apa yang ingin kamu lakukan?" Jessica terlihat panik.     

"Anya, jangan!" teriak Della.     

"Jessica, katamu kamu adalah orang baik. Tetapi mengapa kamu sengaja memancing emosi orang gila? Kamu tahu betul mengenai kondisiku, kamu tahu aku sedang depresi, memiliki kecenderungan kepribadian ganda, tetapi kamu tetap memancingku. Apakah kamu ingin mati?" Anya tersenyum saat memandangnya. "Tetapi kamu memang benar. Mungkin aku gila. Mungkin aku akan membunuhmu."     

Setelah itu, Anya mengayunkan kruk yang dipegangnya ke arah Jessica.     

Jessica berulang kali berteriak. Ia mengambil tasnya dan berlari menuju ke pintu kamar Della. Tetapi ketika ia menarik pintu tersebut, ia menyadari bahwa pintu tersebut tidak bisa dibuka.     

Anya tidak datang sendirian. Ia datang bersama dengan pengawalnya.     

Dan para pengawal itu sudah mendapatkan perintah dari Aiden.     

Kalau Anya ditindas, mereka harus langsung melindungi Anya, apa pun yang terjadi.     

Kalau Anya ingin menindas orang lain, mereka akan membantu Anya dan menghajar orang yang ingin Anya pukuli.     

Hari ini, Anya datang dengan mengenakan baju olahraganya dan sepasang sepatu olahraga berwarna putih.     

Sebaliknya, Jessica sedang menggunakan rok dan sepatu hak tinggi. Apa yang bisa ia lakukan untuk melawan Anya?     

Jadi, saat ia melihat Anya mendekatinya dengan membawa kruk itu, reaksi pertamanya adalah ingin segera kabur. Tetapi ia tidak menyangka bahwa pintu kamar itu ternyata terkunci dari luar.     

"Anya, kamu sengaja menyakitiku!" Jessica gemetar ketakutan.     

"Benar. Aku sengaja menyakitimu," Anya tersenyum dan memukul pundak Jessica dengan keras. "Pukulan ini untuk anak-anakku yang hampir saja celaka saat mati lampu di rumah sakit."     

"Ahhh!" teriak Jessica. Pundaknya terasa sangat sakit.     

Setelah itu, Anya mengangkat kruk yang dipegangnya lagi. Ia memukul pundak Jessica yang satunya. "Ini adalah untuk balasan atas kebakaran yang terjadi di rumah sakit. Di dalam rumah sakit itu tidak hanya ada anakku, tetapi juga ada banyak anak-anak lain yang tidak bersalah. Seharusnya kamu memang mati."     

Pukulan ketiga mendarat di wajah Jessica. Anya memandang Jessica yang meringkuk di lantai. Air mata membasahi wajahnya hingga riasannya sudah luntur. "Apakah kamu tahu mengapa aku memukulmu di wajah? Karena kamu tidak tahu malu. Kamu tahu Aiden adalah suamiku, tetapi kamu masih menginginkannya. Kamu menyuruh Yura untuk mencari masalah denganku dan menyebarkan foto memalukan itu. Apakah kamu pikir Aiden akan meninggalkanku dan menceraikanku?"     

Jessica akhirnya menemukan kesempatan untuk merebut kruk yang dibawa Anya, "Kamu bilang aku tidak tahu malu? Bagaimana denganmu? Bukankah kamu juga merebut Aiden dari Natali?"     

"Sejak awal, Natali mencintai Raka. Ia tidak menginginkan Aiden yang tidak bisa melihat saat itu."     

Ketika Anya mengatakan hal ini, ia tampak menyadari sesuatu dan berkata dengan sinis. "Kalau kamu benar-benar menyukai Aiden, di mana kamu saat Keara pergi? Setelah ia terluka dan buta, di mana kamu? Di mana kamu saat Natali tidak menginginkan Aiden? Sekarang, Aiden sudah sehat kembali dan kamu menginginkannya lagi karena ia sempurna."     

Jessica tidak bisa berkata apa-apa. Anya berteriak pada para pengawalnya. "Tolong singkirkan wanita gila ini keluar. Aku tidak nafsu makan saat melihatnya."     

Pengawal itu langsung membuka pintu dan menyeret Jessica yang terluka keluar. Mereka bekerja dengan sangat cepat.     

Ketika Jessica ingin balas berteriak, pengawal itu langsung menutup mulutnya.     

Anya membawa kruk yang dipegangnya ke kamar mandi, membersihkannya, sebelum mengembalikannya di samping tempat tidur Della.     

"Della, apakah kamu takut padaku?" tanya Anya dengan senyum kecil di wajahnya.     

Della tertawa dan bertepuk tangan. "Kerjamu bagus. Aku juga sudah lelah mendengarkan omongannya sebelumnya. Aku ikut puas saat melihatnya dipukuli. Tetapi apakah tidak apa-apa?"     

"Apa yang kamu takutkan? Mentalku sedang tidak sehat. Bukankah ia bilang aku depresi dan gila? Biar aku menunjukkan kegilaanku padanya," kata Anya dengan acuh tak acuh.     

"Setiap kali aku ditindas, ibu angkatku selalu menyuruhku untuk diam. Ia tidak mau perusahaan Keluarga Mawardi terpengaruh karena aku. Sejak saat itu, aku berusaha untuk tidak membuat masalah dengan orang lain. Melihatmu barusan, membuatku sangat iri. Kapan aku bisa melakukan hal yang sama denganmu?" Della terlihat sangat cemburu.     

"Aku sudah minta cerai dari Aiden, tetapi ia tidak setuju. Ia juga sama seperti ibumu. Meski ia tidak menyuruhku untuk diam dan menahan semuanya, tetapi ia harus memikirkan mengenai Keluarga Atmajaya dan Atmajaya Group sehingga ia tidak bisa melakukan apa pun."     

Anya menghela napas panjang. "Sejak seminggu lalu, aku selalu merasa kesal dan marah. Aku merasa lebih puas setelah memukuli Jessica hari ini, tetapi sepertinya Aiden akan mengalami masalah karena perbuatanku."     

"Bagaimana kalau Jessica melapor pada polisi?" Della ikut khawatir.     

"Biar saja polisi menangkapku. Aku tidak peduli. Ayo kita makan. Aku belum sarapan," Anya terlihat santai seolah tidak ada yang terjadi.     

Namun, Della tidak bisa setenang itu. Ia mengambil ponselnya dan langsung mengirimkan pesan pada Raka.     

Della : Raka, Anya baru saja memukuli Jessica di kamar rumah sakitku. Tolong bantu aku menyelesaikannya.     

Raka sedang di tengah rapat saat menerima pesan itu. Ia langsung menghubungi Aiden, tetapi ternyata Aiden sudah mengurus semuanya.     

Saat Anya menutup pintu dan memukuli Jessica, pengawal Aiden yang berjaga di depan kamar sudah menghubungi Aiden.     

Aiden bergegas menuju ke rumah sakit, menemukan Anya dan Della sudah selesai sarapan. Mereka sedang duduk di sofa bersama-sama dengan selimut membungkus tubuh mereka, sambil berbincang-bincang.     

Ubi panggang dan jus jeruk sudah tersedia di meja yang ada di depan mereka.     

Mereka berdua terlihat sangat nyaman, tidak terlihat seperti baru saja memukuli orang lain. Anya benar-benar tidak peduli dan sama sekali tidak khawatir.     

"Apakah kamu terluka?" tanya Aiden dengan cemas.     

"Jessica yang terluka. Aku memukulnya tiga kali. Satu di pundak kanan, satu di pundak kiri dan satu di wajahnya. Apakah polisi akan datang dan menangkapku?" mata Anya terlihat tenang saat melihat ke belakang Aiden. Ia tidak melihat ada orang di sana selain Aiden. "Atau kamu akan menyeretku untuk menyerahkan diri ke polisi?"     

"Kalau Jessica terluka parah, Paman Eka akan benar-benar marah. Kamu terlalu gegabah," kata Aiden.     

Anya tersenyum pahit saat mendengarnya. Di saat seperti ini, yang Aiden pikirkan masih Jessica dan Hermawan Group.     

"Tidak ada polisi yang menangkapku, aku juga tidak akan menyerahkan diriku. Aku tidak akan meminta maaf pada wanita itu atau pun pada Hermawan Group," Anya kembali bersandar di sofa, membaringkan kepalanya dan mengabaikan Aiden.     

"Della …" begitu mendengar bahwa Anya memukuli seseorang di kamar Della, Raka takut terjadi sesuatu pada Della.     

"Aku di sini. Aku baik-baik saja," kata Della sambil tersenyum.     

Raka berjalan menuju ke arah sofa dan menghampiri Della. Anya mulai merasa tidak nyaman saat banyak orang berada di sana. Ia bangkit berdiri dari sofa. "Raka sudah datang. Aku akan pulang dulu."     

"Biar aku yang mengantarmu pulang," Aiden memandang Anya dengan cemas.     

Anya tersenyum ke arah suaminya itu tetapi senyum di wajahnya terlihat dingin. "Kamu pasti banyak pekerjaan lain yang harus kamu selesaikan, terutama dengan Hermawan Group. Tidak usah membuang-buang waktumu untukku. Aku datang sendiri ke sini dan aku juga bisa pulang sendiri," kata Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.