Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Aku Tidak Menginginkanmu Lagi



Aku Tidak Menginginkanmu Lagi

0"Anya, apakah kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?" tanya Diana dengan khawatir.     

Sebelumnya, ia terlalu panik saat melihat darah Della yang menggenang di lantai, melupakan putrinya yang terlihat benar-benar shock hingga membeku di tempatnya.     

"Aku …" Anya memandang ke arah kedua tangannya dengan panik. Kemudian, pandangannya tertuju pada darah yang berceceran di lantai. "Aku tidak bermaksud. Aku tidak tahu … Aku benar-benar minta maaf!"     

Anya terlihat panik. Ia berbalik, berlari menuju ke arah kamarnya dan mengunci pintu.     

"Bibi, pergilah. Aku tidak apa-apa!" Della berusaha untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan. Saat ini, keadaan Anya lebih mengkhawatirkan. Ia tidak mau kalau Anya sampai menyalahkan diriya sendiri dan melakukan hal-hal yang tidak rasional.     

Hari ini, ia datang ke rumah ini untuk menghibur dan menemani Anya.     

Tetapi tidak ada yang menyangka hal ini akan terjadi. Ia tidak menyangka bahwa kedatangannya akan membuat situasinya semakin buruk.     

Tidak mungkin Anya sengaja mendorongnya dari tangga. Tidak mungkin Anya ingin melukainya.     

Pasti ada sesuatu …     

Untung saja ambulans tiba dengan cepat. Hana langsung menemani Della pergi ke rumah sakit.     

Dengan bantuan dari para pelayan lainnya, Diana naik ke lantai dua dan mengetuk pintu kamar Anya.     

"Anya, ini ibu. Buka pintunya. Ayo bicara dengan ibu," Diana berusaha untuk mengatakannya setenang mungkin.     

Ia tidak mau terkesan terlalu menyalahkan Anya sehingga ia berusaha untuk memelankan suaranya. Saat ini kondisi Anya sedang tidak normal. Ia sedang depresi dan hal sekecil apa pun bisa mempengaruhi mentalnya.     

"Aku tidak bermaksud menyakiti Della …" Anya bersandar di pintu sambil menangis seperti anak kecil.     

"Ibu tahu. Ibu juga tahu Della tidak akan menyalahkanmu. Bisakah kamu membuka pintunya?" tanya Diana dengan lembut.     

"Ibu, aku tahu aku sedang depresi. Apakah aku sudah gila sekarang?" Anya menangis tidak berdaya.     

Diana terkejut saat mendengar bahwa putrinya sudah mengetahui kondisinya. "Kamu hanya sakit biasa. Sama seperti sedang sakit flu. Sekarang buka pintunya dulu, Nak. Ibu sudah tidak kuat berdiri. Ibu terburu-buru naik sehingga lupa membawa kruk. Hana pergi menemani Della ke rumah sakit. Kalau ibu terjatuh nanti …"     

Sebelum Diana menyelesaikan kalimatnya, Anya langsung membuka pintu dan membantu ibunya. "Ibu, mengapa ibu tidak hati-hati. Ayo cepat masuk dan duduk."     

Diana terenyuh melihat putrinya. Anya masih memikirkan mengenai ibunya.     

Anya langsung membantu ibunya untuk duduk di sofa dan kemudian ia memijat kaki Diana.     

Diana tahu bahwa putrinya itu keras kepala sejak masih kecil. Kalau ia melakukan kesalahan, ia akan menundukkan kepalanya dan diam, tidak berani mengatakan apa pun.     

Diana mengulurkan tangannya dan meminta Anya untuk memandangnya, sama seperti dulu setiap kali ia memarahi Anya kecil.     

Anya ragu sejenak, tetapi pada akhirnya ia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan ibunya.     

Diana tersenyum dengan senang. Salah satu tangannya menggenggam tangan Anya dan tangannya yang lain mengelus kepalanya. "Katakan pada ibu. Apa yang sebenarnya terjadi barusan?"     

"Aku berhalusinasi …" bisik Anya. "Aku melihat lampu kristal di koridor terjatuh. Pada saat itu, aku tidak bisa berpikir panjang. Aku hanya ingin menyelamatkan Della sehingga aku mendorongnya. Tetapi saat Della terjatuh, aku melihat bahwa lampu itu masih bergantung di atas dengan aman. Sementara itu, Della tergeletak di lantai dan berdarah. Sepertinya penyakitku sangat serius. Aku sudah melukai orang lain …"     

Anya menangis dengan sedih, "Ibu, apa yang harus aku lakukan? Hari ini aku mencelakai Della. Mungkin besok, ibu yang akan celaka karena aku. Setelah itu, mungkin saja Aiden, atau Arka dan Aksa. Aku tidak ingin mencelakai kalian semua, tetapi aku tidak tahu …"     

Diana juga ikut menangis dan memeluk putrinya. "Maafkan ibu. Semua ini salah ibu. Kalau saja saat itu ibu tidak terluka, kamu tidak akan sakit seperti ini."     

"Ini bukan salah ibu. Memang ada yang salah denganku. Karena aku tidak cukup kuat. Aku sudah berusaha untuk tidak berpikir yang macam-macam, tetapi aku tidak bisa …" Anya merasa sangat sedih dengan ketidakberdayaannya.     

"Sebenarnya, awalnya kondisimu sudah cukup membaik karena pengobatan yang kamu jalani. Tetapi kejadian saat pesta Arka dan Aksa membuatmu kepikiran dan memburuk. Anya, ibu yakin kalau kamu mau berobat, kamu pasti bisa sembuh," kata Diana dengan tatapan tegas.     

"Pengobatan? Kapan aku menjalani pengobatan?" tanya Anya dengan heran.     

"Teman Tara yang datang ke rumah adalah seorang psikiater. Ia datang untuk memeriksa kondisimu setiap hari. Anya, aku minta maaf tidak bisa menjagamu dengan baik. Aku minta maaf atas kejadian yang terjadi di pesta itu, membuat penyakitmu semakin memburuk," tidak tahu sejak kapan Aiden tiba di sana.     

Psikiater? Teman Tara yang membuatnya merasa tidak nyaman itu ternyata seorang psikiater …     

Tidak heran temannya itu suka menanyakan hal-hal yang pribadi. Ternyata, selama ini ia sedang menjalani pengobatan, tanpa sepengetahuannya.     

Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, tetapi semua orang di sekitarnya sudah tahu.     

Suaminya juga sudah tahu …     

Anya bangkit berdiri dan memandang ke arah Aiden. "Kamu sudah mengetahui semuanya? Kamu menyembunyikan semuanya dariku? Kalau kamu memberitahuku, apakah kamu pikir aku tidak mau berobat?"     

Diana berusaha untuk membela Aiden. "Aiden melakukannya untuk melindungimu. Ia takut kamu terlalu kepikiran dan semakin memburuk. Setelah ibu bangun dan setelah kedua putramu kembali ke rumah, kondisimu sudah jauh membaik. Kalau bukan karena pesta itu …"     

Anya merasa sangat marah saat mengetahui semua ini. Sama seperti dulu, semua orang membiarkannya berada di dalam kegelapan seorang diri, tidak mengetahui apa pun. Bahkan mengenai kondisi kesehatan mentalnya sendiri.     

"Kapan kamu akan belajar menghormatiku? Apakah kamu menganggapku bodoh dan tidak bisa apa-apa? Menurutmu, apa yang membuatku menjadi seperti ini?" tanya Anya.     

"Semua ini salahku. Aku yang membuatmu menderita," kata Aiden dengan suara pelan.     

Anya berusaha untuk menahan kemarahannya, tetapi perasaanya saat ini benar-benar tidak stabil. Ia menangis dan berkata. "Ya, semua ini salahmu. Setelah kembali ke Indonesia, aku meninggalkan pekerjaanku demi membangun keluarga denganmu. Aku tidak menyentuh parfum sama sekali untuk menjaga anak-anak kita. Aku melakukan semuanya untukmu. Tetapi apa balasanmu?"     

"Anya, bukan begitu …" sebelum Aiden menyelesaikan kalimatnya, Diana menggelengkan kepalanya dan memintanya untuk tidak menyela Anya.     

Diana ingin Anya mengeluarkan semua rasa sakit di hatinya.     

Dengan mengeluarkan semua uneg-unegnya, Anya bisa sedikit lebih tenang.     

"Saat aku sedang hamil, Keara berusaha untuk menyakitiku. Setelah anakku lahir pun, ada seseorang yang berusaha untuk mencelakai aku dan anak-anakku. Aku tidak bisa hidup dengan tenang. Mengapa hidupku harus seperti ini? Aiden, kamu bilang kamu akan memberiku kebahagiaan. Tetapi mengapa aku begitu lelah?"     

"Aku tidak bisa melindungi anak-anakku. Aku juga tidak bisa melindungi ibuku dan membuatnya terluka. Aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri. Dan kamu juga tidak berusaha untuk melindungiku sama sekali. Aku tahu kamu melakukan semuanya yang terbaik untukku, tetapi sampai kapan aku harus bersabar? Sampai kapan aku harus menunggumu untuk menyingkirkan semua wanita itu?"     

"Sebagai istrimu dan ibu dari anak-anakmu, aku tahu semua wanita pasti cemburu dan ingin merebut posisiku. Aku sudah berusaha untuk mempertahankan posisiku, tetapi apa yang bisa aku lakukan? Kamu bahkan tidak turun tangan, membantuku untuk menghadapi wanita-wanita itu. Kamu membiarkan mereka mempermalukanku. Apakah aku masih berarti untukmu?" Anya bangkit berdiri dan berjalan ke arah Aiden, selangkah demi selangkah. Air mata mengalir di wajahnya. "Aiden, aku sudah tidak menginginkanmu lagi …"     

"Apa katamu?" Aiden tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.